Liputan6.com, Bali - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia turut mengisi rangkaian kegiatan menuju KTT G20 dengan menggelar B20 Net Zero Summit. Dalam pertemuan ini, fokus pembahasan utamanya adalah percepatan dekarbonisasi secara global dari berbagai sektor.
Acara ini pun resmi dibuka bersama rangkaian acara B20 Investment Forum di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) I, Bali, Jumat (11/11/2022). Acara ini dihadiri oleh 900 peserta dari 30 negara.
Advertisement
Sejumlah pembicara pun membuka acara ini termasuk Shinta Widjaja Kamdani selaku Ketua B20, Norimasa Shimomura selaku UNDP Resident Representative, Arsjad Rasjid selaku Ketum Kadin Indonesia, Bahlil Lahadalia selaku Menteri Investasi serta Luhut B. Pandjaitan selaku Menteri Kemaritiman dan Investasi.
Perubahan iklim sendiri telah menjadi isu global yang juga jadi topik pembahasan dalam rangkaian acara G20.
Arsjad Rasjid, Ketum Kadin Indonesia mengatakan bahwa masalah perubahan iklim telah menjadi tantang dunia yang tidak lagi dapat dikesampingkan, walaupun krisis geopolitik dan resesi ekonomi masih menghantui.
Ia juga menambahkan bahwa jika dibiarkan, perubahan iklim yang dihasilkan oleh emisi karbon akan berdampak kepada banyaknya bencana alam, penyakit hingga krisis pangan yang sudah semakin nyata.
“Perubahan iklim bukan hanya persoalan pemerintah atau organisasi sosial semata, tapi juga persoalan bagi pelaku usaha atau dunia bisnis. Pebisnis harus ikut terlibat untuk ikut mengatasi ini. Salah satu upaya yang dilakukan Kadin Indonesia melalui Kadin Net Zero Hub,” ujar Arsjad.
Target Nol Emisi Karbon
Arsjad turut menambahkan bahwa inisiatif tersebut tentu membantu pemerintah Indonesia untuk mencapai target nol emisi karbon pada 2060.
Kadin Net Zero Hub sementara itu juga akan mendorong terbentuknya ekosistem net zero, serta membantu memberikan bantuan teknis bagi perusahaan dalam melakukan dekarboniasi.
Namun demikian, Arsjad turut mengharapkan dukungan pemerintah lantaran menurutnya keberhasilan target net zero tergantung dari regulasi yang bisa memberikan kemudahan bagi pelaku usaha.
“Kita semua tahu target net zero tidak mungkin terjadi tanpa regulasi yang kondusif. Perlu ada peraturan yang memungkinkan listrik terbarukan dapat diakses oleh industri, mengamanatkan perusahaan untuk membuat pelaporan yang berkelanjutan,” tambahnya lagi.
Advertisement
Bakal Dorong Investasi
Tak hanya sampai disitu, regulasi yang baik akan mendorong investasi lantaran banyak investor yang bakal tertarik untuk terlibat dalam sektor energi terbarukan.
“Solusi energi bersih juga memerlukan pembiayaan yang dapat menutupi investasi dekarbonisasi industri. Melalui Indonesia Net Zero Summit ini, saya mendorong investor untuk mengambil peran untuk ikut berkontribusi melalui investasi di bidang energi yang berkelanjutan,” tambahnya.
Kawasan Industri Jababeka jadi Klaster Industri Net Zero Pertama di ASEAN
Pabrik-pabrik industri terkemuka di Kawasan Industri Jababeka di Cikarang-Indonesia terdiri dari Pertamina, Hitachi, Unilever, dan L'Oréal, berkolaborasi untuk menciptakan klaster industri net zero dan menjadi klaster industri net zero pertama di Asia Tenggara.
Hal ini merupakan hasil konkret dari Task Force Energy, Sustainability & Climate (TF ESC) B20 dengan mendorong kolaborasi untuk klaster industri net zero pertama di Asia Tenggara.
Advertisement