Liputan6.com, Jakarta - Dalam momentum Hari Kesehatan Nasional (HKN) 2022, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan kondisi kesehatan Tanah Air, yang menurutnya mengalami bencana dan punya banyak korban.
Meski tidak disebutkan berapa banyak, data menunjukkan bahwa jumlah pasien meninggal akibat COVID-19 mencapai 159.035 jiwa per 11 November 2022. Sedangkan terdapat 195 anak yang meninggal akibat gagal ginjal akut.
Advertisement
"Kita lihat sendiri bahwa bencana kesehatan itu terjadi dan memiliki siklus yang panjang. Bisa 100 tahun sekali, bisa puluhan tahun sekali. Tetapi yang pasti mereka selalu mengakibatkan banyak sekali korban di seluruh dunia," ujar Budi Gunadi saat Upacara Peringatan HKN di Lapangan Upacara Kemenkes RI, Sabtu (12/11/2022).
Budi Gunadi menjelaskan, penting untuk melakukan persiapan-persiapan di bidang kesehatan. Sehingga nantinya saat bencana kesehatan mungkin akan datang lagi, Indonesia sudah lebih siap menghadapinya.
"Untuk itu kita harus memastikan generasi kita kedepan, anak-anak kita jauh lebih siap dalam menghadapi bencana kesehatan berikutnya. Ketahanan kesehatan dalam bentuk vaksin, obat-obatan, dan alat kesehatan harus kita pastikan dibangun di dalam negeri," kata Budi Gunadi.
"Kita juga harus memastikan bahwa kita memiliki peralatan yang cukup, sumber daya manusia yang cukup kalau misalnya nanti terjadi bencana kesehatan berikutnya."
Saat ini, terdapat enam pilar transformasi kesehatan nasional yang perlu dilakukan Kemenkes. Poin di atas masuk dalam poin ketiga yakni tentang sistem ketahanan kesehatan.
Janji yang Belum Terpenuhi
Lebih lanjut Budi Gunadi mengungkapkan bahwa pilar lainnya yang masuk dalam daftar transformasi adalah soal sumber daya manusia kesehatan, yang mencakup kelengkapan dokter di seluruh fasilitas kesehatan, termasuk puskesmas.
Menurutnya, janji untuk memenuhi dokter-dokter sudah lama ada. Namun hingga saat ini belum pernah ada yang memenuhinya. Bahkan setelah Indonesia telah begitu lama merdeka.
"Kita harus melengkapi janji kita bahwa semua puskesmas harus ada dokter, harus memiliki tenaga kesehatan lengkap. Kita sudah merdeka sekian lama, tapi janji itu tidak pernah kita penuhi," ujar Budi Gunadi.
"Kita harus memenuhi janji kita bahwa setiap rumah sakit harus punya sembilan dokter spesialis. Itu juga janji lama yang tidak pernah kita penuhi, sudah puluhan tahun."
Selanjutnya, soal transformasi digital. Menurut Budi Gunadi, teknologi tersebut bisa mempersiapkan Kemenkes kedepannya dalam menjalankan tugas untuk memenuhi akses kesehatan.
Advertisement
Biaya Kesehatan Tinggi, Terutama bagi Lansia
Sebelumnya, Budi Gunadi pun menjelaskan soal pilar sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia. Menurut pria yang akrab disapa BGS itu, biaya kesehatan akan semakin tinggi seiring bertambahnya usia.
Terlebih, masyarakat Indonesia semakin lama memang semakin tua dan nantinya akan membutuhkan biaya kesehatannya yang tinggi.
"Saya tahu, saya pernah punya orangtua, begitu sakit berat sekali bebannya yang harus ditanggung oleh mereka dan ditanggung oleh anak-anaknya. Untuk itu kita harus memastikan bagaimana sistem kesehatan kita nantinya akan cukup adil dan bisa diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia," kata Budi Gunadi.
"Terutama untuk mereka yang nanti mulai menua. Tak hanya di kota-kota besar, tapi juga di kota-kota kecil dan desa di pelosok Indonesia. Bukan hanya orang kaya atau pegawai negeri, tapi juga yang miskin dan bekerja sendiri bukan merupakan bagian dari pemerintahan kita."
Pilar Transformasi Lainnya
Tak lupa, dalam kesempatan yang sama, Budi Gunadi juga melengkapi pilar-pilar transformasi lainnya yakni soal sistem layanan primer dan layanan rujukan atau rumah sakit.
"Saya tidak akan bosan-bosan untuk mengulangi bahwa ada enam pilar transformasi yang kita lakukan, dan ada satu pilar sebenarnya tambahan yang harus kita lakukan ke dalam," ujar Budi Gunadi.
Transformasi sistem layanan primer sendiri mengharuskan adanya penguatan pada seluruh posyandu, puskesmas, laboratorium, dan melengkapi ketiganya dengan layanan kesehatan berbasis teknologi digital dan program yang sifatnya promotif dan preventif.
Sedangkan, transformasi sistem layanan rujukan atau rumah sakit bertujuan untuk membuat semua rumah sakit di Indonesia dilengkapi dengan sumber daya yang cukup, baik itu sumber daya dalam bentuk alat maupun tenaga.
"Khususnya untuk bisa melayani penyakit-penyakit yang menyebabkan tingkat kematian tertinggi yang ada di Indonesia sekarang," kata Budi Gunadi.
Advertisement