Liputan6.com, Jakarta - Sejak 1959, 12 November ditentukan sebagai Hari Kesehatan Nasional (HKN). Penetapan tersebut bermula pada 12 November 1959 ketika Presiden Sukarno melakukan IRS (“indoor residual spray”) dengan insektisida Dichloro Diphenyl Trichloroethane (DDT) di Desa Kalasan, Yogyakarta.
Tindakan tersebut dilakukan untuk mengendalikan malaria. Ini mengingatkan kita bahwa masalah kesehatan bukan hanya COVID-19, tetapi berbagai penyakit menular lainnya pula.
Advertisement
Pada HKN ke-58 tahun ini tentu banyak kemajuan yang sudah dicapai, tetapi juga masih sangat banyak tantangan yang perlu diselesaikan. Target dunia “Sustainable Development Goal – SDG” tentang penyakit menular menyatakan bahwa dunia harus menghentikan epidemi tuberkulosis, malaria dan HIV/AIDS di tahun 2030. Itu artinya sekitar 7 tahun dari sekarang. Di bawah ini kita bahas satu persatu tentang situasinya di Indonesia.
Tentang malaria, Kementerian Kesehatan mencatatkan bahwa total kasus malaria di Indonesia tahun 2020 sebanyak 254.055. Persentase suspek malaria yang dikonfirmasi laboratorium baik menggunakan mikroskopis maupun RDT pada tahun 2020 adalah 97 persen. Persentase itu didapat dengan jumlah pemeriksaan 1.823.104 dari 1.877.769 suspek yang diperiksa dengan "positivity rate (PR)" adalah 14 persen. Sementara itu, publikasi Kementerian Kesehatan pada 22 April 2022 menyebutkan jumlah kasus malaria di Indonesia pada tahun 2021 sebesar 304.607 kasus, jadi meningkat dari tahun sebelumnya.
Untuk HIV/AIDS, publikasi “UNAIDS 2022 HIV Estimates” menyampaikan bahwa di Indonesia diperkirakan ada 540.000 orang dengan HIV/AIDS (ODHA). tapi diantarnya yang tahu pasti status HIV-nya adalah 387.210 orang. Lalu diantaranya yang dalam pengobatan "anti-retroviral therapy (ART)" adalah 152.525 orang. Jadi memang belum cukup besar yang tertangani sampai pengobatannya. Data infeksi HIV baru adalah 27.000 orang, dan dalam setahun ada 26.000 yang meninggal sehubungan dengan AIDS ini (“AIDS-related deaths”).
Tuberkulosis
Untuk tuberkulosis (TB), data tahun 2020 menyebutkan bahwa Indonesia adalah penyumbang kasus TB kedua terbanyak di dunia. Peringkat ini “sedikit membaik” pada tahun berikutnya karena Indonesia bukan lagi peringkat kedua tetapi jadi penyumbang kasus ketiga terbanyak di dunia.
Hanya saja, “Global Tuberculosis Report” 2022 yang diterbitkan 27 Oktober 2022, hanya 15 hari sebelum peringatan HKN hari ini, menunjukkan ternyata peringkat Indonesia terkesan naik lagi dan kini kembali menjadi penyumbang kasus tuberkulosis nomor dua terbanyak di dunia. Jumlah kasus baru Tuberkulosis di negara kita di tahun 2021 adalah 969 ribu orang, angka ini naik dari angka tahun 2020 yaitu 824 ribu. Jadi kasus TB terus meningkat.
Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI/Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara/Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Mantan Kabalitbangkes Kemenkes RI
Advertisement