Liputan6.com, Jakarta - Masa kejayaan Islam telah banyak menghasilkan terobosan baru di berbagai bidang, salah satunya adalah di bidang kesehatan. Abad pertengahan menjadi awal mula ilmuwan muslim mendunia, salah satu yang terkenal adalah Al-Zahrawi.
Memiliki nama lengkap Abu al-Qasim Khalaf ibn Al-Abbas Al-Zahrawi, ilmuwan muslim yang lahir di Kordoba, Spanyol, pada tahun 936 Masehi. Al-Zahrawi juga dikenal di Barat dengan sebutan Abucalsis atau Albucasis dan di kalangan bangsa Moor Andalusia sebagai El Zahrawi. Seorang ilmuwan muslim yang atas pemikirannya dapat menciptakan banyak terobosan di bidang kesehatan khususnya pada ilmu bedah.
Advertisement
Sumbangsih Al-Zahrawi bagi dunia kedokteran khususnya ilmu bedah sangatlah besar. Salah satunya adalah catgut, sebuah benang guna menjahit luka yang terbuat dari jaringan hewan untuk pertama kalinya.
Sebelum catgut ditemukan, luka yang terbuka biasa ditangani dengan menggunakan semut besar, dengan cara ditempelkan pada luka yang terbuka itu untuk merapatkannya kembali. Hal ini pernah lazim dilakukan di pelosok Afrika dan Amerika Selatan.
Catgut secara luas digunakan sejak diperkenalkan oleh Al-Zahrawi. Dia membuatnya dari usus kambing dan sapi, binatang yang halal dalam Islam. Selain itu, Al-Zahrawi juga menemukan belasan hingga puluhan peralatan bedah yang sebelumnya belum pernah ada di masanya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Karya Al Zahrawi
Alat-alat bedah baru yang dibuat atas hasil pemikirannya antara lain adalah pisau bedah, sendok bedah, retractor, surgicalrod, specula, bone saw, plaster, dan lain sebagainya. Penggunaan alat bedah di masa itu merupakan konsep revolusioner, karena telah mengubah wajah sains yang awalnya bersifat spekulatif menjadi eksperimental.
Selain itu, kitab al-Tashrif adalah sebuah karya besar yang telah dibuatnya, sebuah ensiklopedia kesehatan berjumlah 30 jilid yang menjadi pedoman para dokter di berbagai penjuru dunia selama berabad abad. Dalam kitab yang diwariskannya bagi peradaban dunia itu, Al-Zahrawi secara rinci dan lugas mengupas tentang ilmu bedah, ortopedi, ophthalmologi, farmakologi, serta ilmu kedokteran secara umum. Termasuk gambar ilustrasi dan peralatan bedah temuannya.
Al-Zahrawi tak hanya menuliskan hal-hal yang bersifat praktis, ia juga menuliskan pentingnya menciptakan hubungan positif antara dokter dan pasien. Ia sangat menekankan pentingnya merawat pasien tanpa melihat latar belakangnya, dan memberikan pelayanan yang sama sebagaimana yang dibutuhkan pasiennya.
Sumbangsih yang diberikan Al-Zahrawi begitu besar untuk kemajuan pengetahuan, khususnya pada bidang kedokteran dalam ilmu bedah. Karena besarnya jasa yang diberikannya, Al-Zahrawi memiliki sebutan lain sebagai “Bapak Ilmu Bedah Dunia”.
Al-Zahrawi menghabiskan sebagian besar hidupnya di Kordoba. Tempat dimana ia lahir, belajar, mengajar dan mempraktikkan pengobatan dan pembedahan sampai sesaat sebelum kematiannya pada tahun 1013 Masehi pada usia 77 tahun.
Penulis: Hamzah Setia Al Muhandisyi
Advertisement