Liputan6.com, Jakarta - Istilah socialpreneur atau wirausaha sosial akhir-akhir ini kian populer. Tujuannya tak lain, bahwa bisnis bukan sekadar mencari keuntungan tapi ikut membawa dampak positif bagi masyarakat.
Meski tampak baru, aksi ini ternyata sudah cukup lama dilakukan bahkan sebelum istilah socialpreneur naik daun. Gerakan Turun Tangan salah satunya ingin menjaring banyak anak muda berpartisipasi menyelesaikan persoalan terdekat di sekelilingnya.
Baca Juga
Advertisement
Sejak hampir 10 tahun berjalan dan memiliki cabang di 77 kota di seluruh Indonesia, Gerakan Turun Tangan kini juga sudah memiliki relawan yang mencapai 53 ribu orang. Dengan keanggotaan yang bersifat volunter, Turun Tangan punya berbagai kegiatan aksi langsung salah satunya program pilah sampah.
Kemudian ada program Kaki Kota yang berlangsung di Banjarmasin untuk gerakan Banjarmasin lebih bersih. Tak hanya bertema lingkungan, ada kegiatan bernama Jadulimpic yaitu olimpiade permainan tradisional yang diadakan oleh Gerakan Turun Tangan di Surabaya.
"Tapi kalau sosial terus kegiatannya tidak bisa sustain, karena itu kita bekali dengan enterpreneurship. Me-manage kegiatan sosial sebagaimana kegiatan bisnis," ujar Sociopreneur Enthusiast dan Ketua Gerakan Turun Tangan, M. Chozin Amirullah saat dihubungi Liputan6.com, Jumat 11 November 2022.
Anggota Gerakan Turun tangan dibekali dengan kemampuan enterpreneurship melalui mentoring supaya bisa membiayai aksi sosialnya. Terbiasa untuk punya jiwa enterpreneurship, bahkan di kantor Turun Tangan ada Kafe yang menjual kopi, di mana keuntungannya digunakan untuk membiayai operasional.
Fase Seorang Sociopreneur
Lebih jauh, Chozin mengungkapkan keanggotaan di Gerakan Turun Tangan memang berifat sukarela atau tidak dibayar. Namun ternyata ada banyak anak muda yang tertarik bergabung lantaran ingin eksis.
Sementara mereka yang bergabung ternyata bukan hanya mahasiswa, kebanyakan justru fresgraduate yang baru memasuki dunia kerja. "Anak muda mereka ingin punya banyak penghasilan, tapi itu tidak cukup. Tetap ada kebutuhan untuk diakui atau eksis, maka kita buat aksi untuk masyarakat bagaimana bisnis bisa mendapatkan impact," sebut Chozin.
Saat mendaftar Gerakan Turun Tangan yang ia dirikan bersama Anies Baswedan dan tokoh lainnya ini pun, anggotanya harus melewati 4 fase sebelum mendapatkan mentoring socialpreneur lebih jauh. Dalam fase pertama individu masuk dalam level kesadaran pribadi, menjadi partisipan yang didorong untuk mempunyai kesadaran pada diri sendiri, misalnya dalam pilah sampah.
Kemudian fase kedua apabila diri sudah berubah, maka levelnya akan naik menjadi orang yang bisa memengaruhi lingkungan sekitar misalnya teman dan keluarga untuk ikut terlibat dalam program Turun Tangan. Di fase ketiga, individu sudah dapat konsisten menjalankannya maka ia bisa mulai mengorganisir dalam taraf kampus atau mencari partisipasi dana.
Di fase ini individu sudah secara otomatis mulai mengalami perubahan sebagai leader. Kemudian di fase keempat, individu sudah masuk inkubasi di mana Turun Tangan akan membantu mentoring untuk menghasilkan gerakan baru. Di sinilah tercipta seorang socialpreneur.
"Kalau di bisnis ada startup, di Turun Tangan kita bantu bikin startup tapi di bidang socialpreneur," tambah Chozin.
Advertisement
Motivasi Ikut Program
Sebagai sebuah aksi sosial yang sifatnya relawan, apa yang mendorong para anak muda untuk mendaftar di Gerakan Turun Tangan? Chozin mengungkapkan kebanyakan memang ingin eksis mendapat pengakuan dari orang lain dan menyeimbangkan sisi berbeda dari kehidupannya.
"Karena tidak harus money oriented, bergabung di sini membantu belajar banyak hal dan ada kebahagiaan yang didapat dari memberikan kontribusi bagi orang sekitar," sebutnya lagi.
Selain itu kebanyakan pendaftar memang ingin mendapatkan pelajaran leadership. Di mana saat melalui tiap fase di Gerakan Turun Tangan, secara otomatis individu tersebut akan mengalami perubahan dari sikap dan kepemimpinan.
Sistem digital yang diterapkan di Turun Tangan ikut memudahkan gerakan ini untuk bisa saling terhubung di berbagai kota. Mereka juga setara, tidak ada pemilihan ketua dan saat Gathering Nasional tiap daerah hanya memperlihatkan hasil karya kegiatan agar bisa menginspirasi anggota lainnya.
Tak kalah penting, para anggota yang telah bergabung mendapatkan manfaat jejaring. Lantaran dalam proses aksi di Gerakan Turun Tangan mereka akan beretemu dengan senior-senior yang telah sukses, bahkan elit dari kalangan bissnis, NGO, dan pemerintah. Tak sedikit dari alumni Gerakan Turun Tangan menduduki posisi penting di pemerintahan, salah satunya adalah Anies Baswedan.
Beasiswa Socialpreneur
Bukan hanya dengan keanggotaan sukarelawan di Gerakan Turun Tangan, untuk mahasiswa yang sedang mencari beasiswa lembaga pemerintah seperti Bank Syariah Indonesia (BSI) pun turut menginisiasi program pembinaan socialpreneur. BSI melalui beasiswa Islamic Sociopreneur Development Program (ISDP) menggelar program beasiswa inkubator bisnis yang telah diluncurkan sejak 4 Desember 2017 di kampus IPB.
"Tujuan program mencetak lulusan sarjana memiliki alternatif karir tidak hanya berorientasi sebagai pencari kerja (job seeker) tetapi sebagai pencipta lapangan kerja (job creator)," Ungkap Ketua Umum Pengurus BSI Maslahat, Suhendar dalam wawancara tertulis dengan Liputan6.com, Kamis 10 November 2022.
ISDP sendiri diperuntukan untuk mahasiswa minimal tingkat 2 yang memiliki minat bisnis dan sudah memulai berbisnis di tengah aktivitas perkuliahan. Sampai dengan saat ini jumlah total mahasiswa yang sudah dan sedang dibina yaitu 230 mahasiswa yang berasal dari 32 kampus di Indonesia, 130 yang sudah menyelesaikan pembinaan dan 100 yang masih dalam pembinaan.
"Mahasiswa dengan bisnis sustain sebanyak 159 dan membuka lapangan kerja sebanyak 311 karyawan dengan rata-rata omset per bulan dengan model bisnis agro 120 juta, Food and Beverage 41 juta, Kreatif 18 juta, Digital 33 juta," ungkap Suhendar.
Lebih jauh mengenai ISDP sebagai program inkubator bisnis di kampus kampus terpilih yang program kewirausahaan dan merupakan nasabah BSI memiliki kualifikasi pendaftar memiliki minat dan rintisan bisnis. Ada tahap seleksi seperti kesesuaian berkas, wawancara, hingga kesesuaian bisnis potensial untuk bisa berkembang.
Menurut Suhendar ISDP ikut mendukung lahirnya "local hero" pemberdayaan desa dan kelompok tani serta bisnis yang dibangun mampu membuka lapangan kerja. Anggaran BSI Maslahat untuk program ini sekitar Rp5 miliar untuk 1 tahun masa program yang mencakup serial workshop bisnis, mentor bisnis, pemagangan hingga permodalan.
Inovasi terus dilakukan BSI agar ISDP bisa menjadi lebih baik lagi. Mereka ikut melakukan penguatan kurikulum, penguatan sinergi dengan ekosistem stakeholders, baik untuk penguatan kapasitas bisnis peserta maupun perluasan pasar.
Advertisement