Liputan6.com, Jakarta Kanker paru merupakan penyakit mematikan peringkat ke-8 se Asia Tenggara. Selain karena merokok, penyakit ini bisa dipicu karena genetik yang diturunkan.
Dokter spesialis paru dari MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, Dr. dr. Achmad Mulawarman J, Sp.P(K) menjelaskan, kanker paru adalah suatu kondisi ketika sel atau jaringan dari lapisan saluran nafas telah berubah menjadi sangat besar dan memperbanyak diri. Kondisi tersebut menyebabkan gangguan fungsi dari paru sebagai organ pertukaran udara di dalam tubuh.
Advertisement
"Selain disebabkan oleh kebiasaan merokok aktif ataupun pasif yaitu terpapar senyawa beracun dari asap rokok atau zat kimia aktif dari lingkungan sekitar, timbulnya kanker paru dapat disebabkan oleh riwayat keluarga penderita kanker paru," ungkap Achmad.
Di stadium awal, penyakit ini tidak memiliki gejala, namun keluhan dan rasa sakit mulai timbul saat sel kanker paru mulai bertambah besar dan menyebar di jaringan organ paru dan sekitarnya. Yakni ditandai dengan batuk kronis, batuk berdarah, nyeri dada dan penurunan berat badan secara signifikan.
"Keberadaan kanker paru ini umum tidak memiliki gejala namun akan timbul jika sel kanker telah menyebar luas di jaringan organ paru dan sekitarnya," kata Achmad.
Secara global, kanker paru merupakan penyebab pertama kematian akibat kanker pada pria dan penyebab kedua kematian akibat kanker pada wanita. Kanker paru menempati urutan ke tiga kasus terbanyak yaitu 8,8 persen setelah kanker payudara (16,6 persen) dan kanker serviks (9,2 persen).
Pengobatan Kanker Paru
Kanker paru bisa diobati dengan berbagai cara, namun dengan meninjau dari kondisi penderita dan tingkat keparahan penyakit kanker. Penanganan utama terhadap kanker paru stadium awal melalui tindakan operasi. Jika kanker telah mencapai stadium lanjut, maka penanganan dapat dilakukan dengan radioterapi dan kemoterapi.
Pencegahan terbaik adalah berhenti merokok bagi yang merokok atau menghindari asap rokok bagi yang tidak merokok. Bagi seseorang yang berisiko terkena kanker paru-paru, pemeriksaan rutin sebaiknya dilakukan. Selain itu, disarankan untuk berolahraga secara rutin dan mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang.
Tanda dan gejala kanker paru meliputi batuk yang berkelanjutan dan tak kunjung sembuh, sesak nafas, batuk berdarah, nyeri pada bagian rasa dan kerap terkena infeksi paru, sering merasa letih dan kehilangan berat badan secara signifikan.
"Penatalaksanaan kanker paru disesuaikan dengan jenis kanker paru utama yaitu non small cell lung cancer (NSCLC) atau small cell lung cancer (SCLC) dan tujuan pengobatan pada pasien kanker berupa kuratif, paliatif, dan suportif", kata Achmad.
Advertisement
Jenis Kanker Paru
Kanker paru terbagi dalam dua jenis, yaitu kanker paru-paru non-small cell (NSCLC ) dan kanker paru small cell.
Kanker paru non small cell jenis ini merupakan yang paling sering terjadi, yaitu sekitar 87 persen dari seluruh kasus kanker paru. Jenis ini juga memiliki tiga tipe utama, yaitu adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa, dan large-cell carcinoma.
"Lalu, kanker paru small cell, yaitu kanker paru jenis ini jarang terjadi. Berbeda dengan kanker paru non-small cell, kanker paru small-cell dapat menyebar dengan sangat cepat. Sebagian besar kasus kanker paru jenis ini disebabkan oleh kebiasaan merokok," katanya.
Tindakan operatif merupakan pilihan utama pada kanker paru NSCLC stadium I atau II, terutama pada pasien dengan sisa cadangan parenkim paru yang adekuat. Tindakan operatif umumnya dilakukan dengan reseksi paru setelah kemoterapi neoadjuvan.
Penanganan Pasien Kanker Stadium IIIB dan IV
Penyebaran sel kanker yang luas pada intratoraks menjadi pedoman pilihan prosedur operasi yang akan dilakukan. Lobektomi ataupun pneumonektomi tetap menjadi terapi operatif standar, di mana segmentektomi atau reseksi sleeve dapat menjadi pilihan pada kondisi tertentu.
"Pasien kanker paru dengan stadium IIIb dan IV tidak direkomendasikan untuk menjalani terapi operatif, namun diberikan combined modality therapy yaitu dengan terapi gabungan radiasi dan kemoterapi," ujarnya.
Lalu, radioterapi biasanya diberikan pada kasus yang inoperable dengan tujuan pengobatan kuratif. Radioterapi juga dapat berperan sebagai terapi ajuvan ataupun paliatif pada kanker paru yang berlokasi di bronkus yang dapat memberikan penekanan di daerah vaskular.
Lalu, kemoterapi, prinsip pemberiannya adalah pemberian sitostatika akan sangat efektif pada sel yang bermitosis dengan fase proliferatif yang tinggi. Dosis obat sitostatika pada kemoterapi harus diberikan secara optimal dan sesuai dengan jadwal pemberian yang telah disesuaikan, kecuali jika pemberian sitostatika akan lebih membahayakan jiwa seperti pada pasien kanker paru dengan keadaan umum yang memburuk.
Advertisement