Silk Road Fund dan INA Bakal Eksekusi Rights Issue Kimia Farma

Kimia Farma (KAEF) akan mendapatkan dana untuk mendukung modal kerja dalam rangka ekspansi perusahaan.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 14 Nov 2022, 06:00 WIB
Konferensi pers Bio Farma, Kimia Farma (KAEF) PT Kimia Farma Apotek, SRF dan INA, Minggu (13/11/2022) (tangkapan layar/Elga N)

Liputan6.com, Jakarta - Silk Road Fund (SRF) dan Indonesia Investment Authority  (INA) akan menjadi investor PT Kimia Farma Tbk (KAEF) ketika melakukan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue

Kemitraan transformatif ini sejalan dengan tujuan pemerintah Indonesia untuk lebih  mengembangkan industri healthcare serta membawanya menuju kualitas dan standar internasional. Investasi strategis ini akan membawa Kimia Farma dan Kimia Farma Apotik serta industri healthcare Indonesia ke tingkat  selanjutnya.

Kolaborasi para pihak dituangkan melalui penandatanganan conditional share subscription and purchase  agreement beserta dokumen-dokumen transaksi terkait lainnya antara KAEF dan anak usahanya, KFA dengan SRF dan INA. 

Sementara itu, total investasi sekitar Rp 1,86 triliun untuk 40 persen kepemilikan di KFA,  tergantung kepada closing account mechanics berdasarkan laporan keuangan pada saat completion. 

Investasi ini akan digunakan untuk mendanai ekspansi bisnis strategis KFA, kebutuhan modal kerja serta  inisiatif untuk lebih meningkatkan efisiensi operasional. 

Kedua investor juga akan berpartisipasi dalam rencana transaksi penambahan modal dengan hak  memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) yang telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham  Luar Biasa (RUPSLB) pada 14 Oktober 2022. 

Kimia Farma akan mendapatkan dana untuk mendukung modal kerja dalam rangka ekspansi perusahaan dan peningkatan pelayanan kesehatan yang lebih baik kepada masyarakat Indonesia. 

Direktur Utama Kimia Farma, David Utama menutukan, masuknya investor akan membuka peluang pasar dan jaringan Kimia Farma, dari sisi ritel dan layanan kesehatan, hingga ke luar negeri. 

 

 

 


Dongkrak Struktur Permodalan

PT Kimia Farma Tbk adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang sudah didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda sejak 1817.

Selain itu, kolaborasi tersebut dapat meningkatkan struktur permodalan di Kimia Farma Apotik sehingga mampu melakukan pengembangan usaha ke depannya, dan dalam jangka panjang akan meningkatkan nilai Perusahaan.

"Kerja sama investasi ini akan memperkokoh struktur permodalan Perseroan, sehingga mampu meningkatkan performa operasional dan finansial untuk mengembangkan kinerja Perseroan yang lebih baik,” kata David, dikutip Senin (14/11/2022).

Dia menuturkan, ini merupakan ketahanan nasional, karena kesehatan merupakan dasar dari semua.

"Kalau dilihat Indonesia punya tambang emas dalam kesehatan. Dengan adanya sinergi dan strategis alliance SRF dan INA akan buat kita unlock value. Ini merupakan bagian ketahanan nasional, karena kesehatan dasar dari semua,” imbuhnya.

Sementara itu, Wakil Menteri BUMN I, Pahala Mansury, mengatakan, kerja sama investasi ini  dapat membukakan akses Kimia Farma ke ekspertis dari investor global. Akses pada ekspertis investor global juga akan memperkuat posisi perusahaan serta meningkatkan  kualitas mengacu pada standar internasional.

"Ini bentuk upaya untuk bisa kembangkan sektor kesehatan Indonesia, salah satu tantangan untuk sektor kesehatan lebih aksesibel dan terjangkau dan mandiri. Sebagian besar bahan-bahan baku untuk bidang healthcare masih impor dari negara lain,” kata Pahala.

Dia menambahkan, salah satu agenda G20, yakni digitalisasi, pertumbuhan, juga membangun sistem kesehatan yang lebih baik ke depan dan belajar dari pandemi. 

"Ini bentuk konkret bersamaan dengan minggu-minggu B20 dan G20. Ini yg kita harapkan bentuk konkret salah satu agenda, bangun healthcare agar bisa siap lagi pandemi di masa mendatang,” kata dia. 


Buka Potensi Ekosistem Farmasi

Kerja sama investasi antara PT Bio Farma (Persero), PT Kimia Farma (Persero) Tbk, PT Kimia Farma Apotek, SIlk Road Fund (SRF) dan  Indonesia Investment Authority (INA). (Foto: Kimia Farma)

Sementara itu, Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir menjelaskan, kerja  sama investasi ini akan memperkuat struktur permodalan kerja anak usaha dan cucu usaha grup Bio  Farma. 

"Sebagai holding grup BUMN Farmasi, Bio Farma mendukung setiap wujud nyata investasi dalam  pengembangan industri healthcare di Indonesia,” kata Honesti.

Chairwoman of the Board of Directors SRF, Zhu Jun mengungkapkan, kesepakatan  ini merupakan proyek utama dari kerja sama berkualitas tinggi antara Tiongkok dan Indonesia di bawah  belt and road initiative dan merupakan peluang investasi yang menarik. 

"Dengan dukungan Pemerintah  Indonesia yang kuat dan upaya bersama INA, kami berharap dapat bekerja sama dengan manajemen  Kimia Farma dan KFA dalam fase pengembangan perusahaan selanjutnya,” katanya. 

 Tak hanya itu,  Ketua Dewan Direktur INA, Ridha Wirakusumah mengaku, pihaknya optimis kesepakatan  ini dapat membuka potensi ekosistem farmasi di Indonesia. Kimia Farma Group merupakan perusahaan  yang secara mumpuni memiliki kapasitas dari hulu ke hilir di seluruh rantai nilai sektor farmasi, dengan  lebih dari 1.100 outlet, 400 klinik, dan 70 laboratorium diagnostik.

"Kami percaya kerjasama dengan SRF yang dituangkan dalam perjanjian ini akan mendukung ekspansi perusahaan guna meningkatkan akses  layanan kesehatan bagi masyarakat Indonesia yang kurang terlayani,” kata Ridha.


Melihat Kebutuhan Indonesia

Kerja sama investasi antara PT Bio Farma (Persero), PT Kimia Farma (Persero) Tbk, PT Kimia Farma Apotek, SIlk Road Fund (SRF) dan  Indonesia Investment Authority (INA). (Foto: Kimia Farma)

Sesuai dengan mandatnya, INA berperan untuk menarik investasi, baik domestik maupun internasional,  sebagai alternatif pembiayaan non-utang yang akan digunakan untuk mendukung pengembangan bisnis  kesehatan berkelanjutan di Indonesia.

Sebagai salah satu sumber pembiayaan alternatif, keterlibatan SRF  dan INA mendukung perwujudan kemakmuran jangka panjang bagi seluruh masyarakat Indonesia. 

"Mandatnya itu kami ditugaskan kalau bisa bersama-sama cari investor dari negara-negara lain yang punya misi bersama-sama membangun indonesia. Kami bawa SRF, mirip-mirip INA lembaga anak cucu dari China,” kata dia.

Kedua, INA melihat ternyata kebutuhan  Indonesia untuk penyediaan kesehatan masih panjang sekali. Masih banyak anak yang kurang berkembang dan sehat. 

"Itu sebabnya perkembangan kesehatan cerahnya klo bisa sediakan alatnya. Kerja sama dengan KAEF satu-satunya lembaga yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Kami terima kasih untuk bangun bersama, kami dari sisi finansial dan akses ke global dan kultur Biofarma yang lama dibanugun untuk bisa bangun sistem kesehatan yang lebih baik,” ujar dia.

 


Perlunya Jasa Kesehatan

(foto: Liputan6.com)

Ridha mengatakan, karena kebutuhan di Indonesia semakin lama semakin tinggi. Sehingga, semakin perlu jasa kesehatan dan obat-obatan. 

Adapun penandatanganan ini dilakukan di Hotel Indigo Seminyak, Bali pada Minggu, 13 November 2022, dengan  disaksikan oleh Wakil Menteri BUMN I, Pahala Mansury dan Komisaris Utama Bio Farma, Tanri Abeng.  

Selain itu para pihak yang menyepakati kerja sama ini adalah Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir, Direktur Utama Kimia Farma David Utama, Direktur Utama KFA, Nurtjahjo Walujo Wibowo, Chairwoman of the Board of Directors SRF Zhu Jun serta Ketua Dewan Direktur INA, Ridha Wirakusumah. 

Credit Suisse, BNI Sekuritas dan Mandiri Sekuritas adalah penasehat keuangan untuk KAEF dan KFA. CLSA adalah penasehat keuangan untuk SRF and INA. 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya