Diversifikasi Portofolio, Simak Kiat Aman Jual Beli Kripto

Kripto terbilang masih baru dibandingkan dengan aset lainnya. Selalu ada beberapa tingkat risiko yang terlibat dalam hal investasi

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 14 Nov 2022, 06:00 WIB
Ilustrasi bitcoin (Foto: Vadim Artyukhin/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Pekan lalu banyak investor memantau perkembangan dua perusahaan pertukaran kripto (cryptocurrency exchange) terbesar, FTX dan Binance.

Investor dilanda ketakutan dan mencari cara untuk meminimalkan risiko serta mengurangi kerugian mereka, menyusul penurunan tajam pada beberapa aset populer seperti Bitcoin dan Ether. Beberapa lainnya justru mengambil kesempatan dan memanfaatkan anjloknya kripto untuk beli.

Kripto terbilang masih baru dibandingkan dengan aset lainnya. Selalu ada beberapa tingkat risiko yang terlibat dalam hal investasi, tetapi sebagai investasi alternatif yang lebih baru, risiko hampir pasti merupakan bagian dari kesepakatan.

Hal yang membuat crypto menarik bagi banyak investor adalah peraturan yang longgar. Dibandingkan dengan jenis aset lain seperti saham, kripto saat ini belum diatur dengan baik.

Namun kekurangannya, terdapat potensi risiko penipuan yang lebih besar hingga kehilangan dana jika terjadi kebangkrutan, serta kerugian besar karena peningkatan volatilitas.

Banyak penggemar kripto berpendapat bahwa regulasi dapat menghambat inovasi dan mengalahkan tujuan mata uang terdesentralisasi, yaitu untuk memotong perantara seperti bank besar dan pemerintah federal. Tetapi lainnya berpendapat bahwa pasar kripto masih prematur dan investor lah yang membayar.

"Banyak aset kripto beroperasi di jaringan terbuka tanpa izin yang memungkinkan siapa saja, di mana saja untuk berdagang di jaringan, yang—dengan desain—membuat sulit untuk melacak aktor individu,” kata Ketua Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) Martin J. Gruenberg, dikutip dari Fortune, Senin (14/11/2022).

“Dari sisi desain fiur aset ini juga membuat hampir tidak mungkin untuk memastikan kepatuhan terhadap persyaratan anti-pencucian uang dan kontra pendanaan terorisme,” imbuh dia.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Cara Investasi Kripto dengan Aman

Bitcoin adalah salah satu dari implementasi pertama dari yang disebut cryptocurrency atau mata uang kripto.

Meski memiliki potensi risiko yang relatif tinggi, kripto dapat menjadi alternatif untuk mendiversifikasi portofolio investasi untuk menyebarkan risiko ke beberapa kelas aset yang berbeda.

Beberapa investor menganggap aset seperti Bitcoin sebagai lindung nilai yang berharga terhadap inflasi karena ada sejumlah koin tetap yang dapat ditambang, tidak seperti mata uang biasa yang dikendalikan oleh bank sentral.

Lalu, bagaimana cara berinvestasi kripto dengan aman?

Jika Anda telah memutuskan untuk berinvestasi di kripto, tidak ada cara pasti untuk menghilangkan risiko, tetapi ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk berinvestasi dengan aman.

Pertama, gunakan perangkat yang aman. Penggunaan komputer publik dan jaringan WiFi rentan penipuan. Saat membeli kripto, Anda mungkin akan dimintai informasi keuangan pribadi.

Memilih untuk menggunakan komputer dan jaringan pribadi virtual (VPN), yang dapat membantu membangun koneksi yang aman antara Anda dan internet serta menjaga informasi sensitif Anda tetap aman.

Kedua, pilih exchange yang bereputasi baik. Anda bisa membandingkan kripto apa saja yang ditawarkan dan biaya pembelian maupun penjualan kripto, serta rekam jejak pertukaran. Telusuri, apakah perusahaan pertukaran sudah mapan dan apakah ada pelanggaran keamanan pada masa lalu.


Baca Persyaratan dan Perjanjian

Bitcoin - Image by Allan Lau from Pixabay

Baca persyaratan dan perjanjian pengguna setiap bursa dengan cermat untuk mempelajari lebih lanjut tentang di mana dana disimpan dan apa yang terjadi pada uang Anda jika perusahaan bangkrut. Jika perlu, tak ada salahnya meluangkan waktu untuk menyisir ulasan pengguna untuk mengetahui apakah ada tanda bahaya utama yang harus Anda waspadai.

Ketiga, pikirkan baik-baik tentang bagaimana Anda berencana untuk menyimpan kripto. Saat berinvestasi di kripto, Anda mungkin memiliki opsi untuk menyimpannya di dompet berbasis web yang dihosting oleh perusahaan pertukaran.

Meskipun kecil, namun tetap ada kemungkinan rugi yang ditimbulkan akibat gangguan sistem online saat ingin mengkonversikan atau mengubah koin menjadi uang tunai. Untuk itu, tak ada salahnya mempertimbangkan alternatif lain berupa penyimpanan yang bisa diakses secara offline dan mengupayakan sistem pengamanan pribadi agar tak bisa sembarang diakses orang lain. Keempat, konsultasikan anggaran.

Baik investasi dalam kripto, saham, obligasi, komoditas, atau jenis aset lainnya, Anda harus mengevaluasi situasi keuangan Anda saat ini dengan hati-hati untuk menentukan berapa banyak yang dapat diinvestasikan dengan nyaman. Tidak ada jaminan pasti di dunia investasi dan bukanlah ide yang bijak untuk mempertaruhkan lebih dari besaran toleransi kehilangan.

 

 


Gulung Tikar, CEO FTX Sam Bankman-Fried Mengundurkan Diri

Sam Bankman Fried, Founder FTX. Dok: Alameda Research

Sebelumnya, CEO pertukaran cryptocurrency FTX Sam Bankman-Fried telah mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11 di Amerika Serikat (AS). Sam Bankman Fried juga telah mengundurkan diri sebagai CEO dan telah digantikan oleh John J. Ray III.

"Pembebasan segera dari Bab 11 tepat untuk memberikan Grup FTX kesempatan untuk menilai situasinya dan mengembangkan proses untuk memaksimalkan pemulihan bagi para pemangku kepentingan,” kata kepala FTX yang baru, Ray dikutip dari CNBC, Sabtu (12/11/2022).

Dalam pengajuannya, FTX tercatat memiliki lebih dari 100 ribu kreditur, aset dalam kisaran USD 10 miliar sampai dengan USD 50 miliar, serta kewajiban dalam kisaran USD 10 miliar- USD 50 miliar.

"Grup FTX memiliki aset berharga yang hanya dapat dikelola secara efektif dalam proses bersama yang terorganisir. Saya ingin memastikan setiap karyawan, pelanggan, kreditur, pihak kontrak, pemegang saham, investor, otoritas pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya bahwa kami akan melakukan upaya ini dengan ketekunan, ketelitian dan transparansi,” imbuh Ray.

Dalam beberapa hari, valuasi FTX berubah dari USD 32 miliar menjadi dalam status kebangkrutan karena likuiditas mengering. GameStop sedang menelaah kemitraannya dengan FTX.

Berdasarkan perjanjian yang diumumkan pada September, GameStop menjual kartu hadiah FTX di toko-toko tertentu dan sementara FTX mempromosikan pengecer di bursanya.

Penghentian perjanjian bisnis, seperti yang terjadi dengan GameStop, kemungkinan akan terus berlanjut setelah pengajuan kebangkrutan FTX.

 

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya