Liputan6.com, Jakarta Selain menantikan aksi para pemain, hal lain yang dinanti adalah sikap beberapa tim nasional terutama dari Eropa terhadap himbauan FIFA untuk fokus saja pada sepakbola selama Piala Dunia 2022.
Berbagai isu serta kontroversi memang kerap menyelimuti proses penyelenggaraan Piala Dunia 2022, tepat sejak Qatar ditunjuk sebagai tuan rumah pada tahun 2010 lalu.
Advertisement
Pembicaraan soal hak asasi manusia para pekerja imigran kerap menjadi perhatian khusus media hingga bahkan para negara peserta Piala Dunia 2022.
FIFA sempat mengirimkan surat kepada para pimpinan federasi dari 32 peserta Piala Dunia agar pada turnamen nanti, semua tim fokus hanya pada aspek sepak bola saja.
"Tolong, mari sekarang kita fokus ke sepakbola! Kita tahu sepakbola tidak hidup dalam lingkungan eksklusif, dan kita semua sadar banyak tantangan dan kesulitan dari situasi politik di seluruh dunia," tulis FIFA.
"Namun tolong jangan biarkan sepakbola terseret dalam setiap pertarungan politik atau ideologi yang ada. Di FIFA, kami mencoba menghormati segala opini dan kepercayaan, tanpa memberikan pelajaran moral kepada seluruh dunia."
Surat yang ditandatangani oleh juga oleh Presiden FIFA, Gianni Infantino dan Sekjen FIFA, Fatma Samoura.tak pelak menimbulkan beragam reaksi, ada yg mencibir, marah dan juga mendukung.
Infantino juga menegaskan bahwa semua orang akan diterima di Qatar, terlepas dari suku, latar belakang, agama, jenis kelamin, orientasi seksual, atau negara asal.
FIFA mendapatkan dukungan dari atau Federasi Sepakbola Afrika (CAF), yang disampaikan langsung oleh Presiden CAF, Patrice Motsepe, seperti dikutip dari Daily Mail.
Dukungan
Sebelumnya Federasi Sepakbola Amerika Selatan (CONMEBOL) dan Federasi Sepakbola Asia (AFC) sudah terlebih dahulu menyatakan dukungannya.
Dukungan atas hal itu juga disuarakan oleh pelatih Liverpool, Jurgen Klopp. Ia berpendapat, para pemain harusnya fokus saja dengan Piala Dunia 2022 dan tidak perlu memedulikan urusan pelanggaran HAM di Qatar.
"Saya melihatnya dari sudut pandang sepakbola dan saya tidak suka fakta bahwa para pemain kami, dari waktu ke waktu, berada dalam posisi di mana mereka harus mengirim pesan perdamaian," kata Klopp seperti dikutip dari Independent.
"Kami harus mengatur pemain kami untuk pergi ke sana, bermain dan melakukan yang terbaik untuk negara mereka," lanjut Klopp.
Sedangkan Denmark yang para pemainnya merencanakan mengenakan jersey bertuliskan “Hak Asasi Manusia untuk Semua” mendapatkan penolakan dari FIFA. Mereka pun menerima hal itu.
Advertisement
Menerima Keputusan
"Bagi saya, ini adalah jersey dengan pesan yang sangat sederhana tentang hak asasi manusia universal," kata Direktur DBU, Jakob Jensen kepada agen Denmark Ritzau.
Federasi Sepakbola Denmark (DBU) bertanya apakah para pemainnya boleh mengenakan kaus bertuliskan 'Hak Asasi Manusia untuk Semua'.
DBU membantah bahwa itu adalah pesan politik tetapi menerima keputusan itu.
Sementara itu, penolakan terhadap himbauan FIFA diberikan oleh pelatih Inggris, Gareth Southgate yang menyatakan kecewa dengan sikap induk sepakbola dunia itu.
Ia menganggap bahwa federasi sepak bola dunia itu ingin membungkam suara para negara peserta.
"Saya sedih, saya akan merasa kecewa jika ada sesuatu yang terjadi dan saya tak bisa melakukan apa pun tentang itu," ujar Southgate dikutip dari Yahoo Sports.
Tidak Berubah
"Jadi, saya pikir pendirian kami tidak akan berubah karena surat (FIFA) tersebut," kata pelatih berusia 52 tahun tersebut.
Kapten timnas Inggris, Harry Kane yang turut menyuarakan protes akan kondisi di Qatar akan tetap memakai ban kapten khusus yang menyuarakan kampanye anti diskriminasi saat ia bermain membela Inggris di Qatar nanti.
Three Lions tergabung dalam grup B di Piala Dunia 2022 bersama Amerika Serikat, Iran, dan Wales. The Three Lions akan memulai perjuangan mereka dalam laga pertama melawan Iran pada Senin (21/11/2022) malam WIB.
Penolakan lain datang dari Steve Cockburn selaku Kepala Keadilan Ekonomi dan Sosial Amnesti Internasional. Ia mengatakan FIFA seharusnya serius menangani masalah dugaan pelanggaran HAM pekerja migran.
"Jika Gianni Infantino ingin dunia 'fokus pada sepakbola', ada solusi sederhana, FIFA bisa mulai menangani masalah HAM yang serius dari pada menyembunyikannya di bawah karpet," kata Cockburn dilansir Mirror (5/11/2022).
"Infantino benar untuk mengatakan bahwa ‘sepak bola tidak ada dalam ruang hampa’. Ratusan ribu pekerja telah menghadapi pelanggaran untuk membuat turnamen ini mungkin dan hak-hak mereka tidak dapat dilupakan atau diberhentikan. Mereka layak mendapatkan keadilan dan kompensasi, bukan kata-kata kosong, dan waktu hampir habis," imbuh Cockburn.
Menarik dinanti, apa sikap FIFA jika ada negara yang tidak mengindahkan himbauan untuk focus saja di sepakbola, tidak mempersoalkan pelanggaran hak asasi manusia di Qatar dengan mengenakan ban kapten atau menggunakan jersey.
Akankah FIFA menjatuhkan sanksi?.
Advertisement