Liputan6.com, Jakarta - PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) mencatat kinerja keuangan beragam hingga September 2022. PT Wijaya Karya Tbk membukukan kenaikan pendapatan, tetapi laba bersih turun tajam hingga kuartal III 2022.
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Senin (14/11/2022), PT Wijaya Karya Tbk mencatat pendapatan bersih Rp 12,79 triliun hingga kuartal III 2022. Pendapatan naik 9,8 persen dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 11,64 triliun.
Advertisement
Beban pokok pendapatan tercatat Rp 11,69 triliun hingga kuartal III 2022. Beban pokok pendapatan itu naik 9,53 persen jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 10,6 triliun. Perseroan mencatat laba kotor Rp 1,1 triliun hingga kuartal III 2022, atau tumbuh 12,94 persen. Pada periode sama tahun sebelumnya laba kotor perseroan tercatat Rp 974,43 miliar.
Beban usaha perseroan susut 23,39 persen menjadi Rp 235,07 miliar hingga September 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 306,86 miliar. Dengan demikian, laba usaha naik 29,6 persen menjadi Rp 865,54 miliar hingga September 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 667,56 miliar.
Perseroan mencatat beban dari pendanaan naik menjadi Rp 815,23 miliar hingga September 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 718,69 miliar. Perseroan mencatat laba entitas ventura bersama turun 46,5 persen menjadi Rp 274,87 miliar hingga kuartal III 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 514,27 miliar.
Melihat kondisi tersebut, Wijaya Karya mencatat laba bersih anjlok 97,02 persen menjadi Rp 5,53 miliar hingga September 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 185,9 miliar. Perseroan mencatat rugi yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar Rp 27,96 miliar hingga kuartal III 2022. Kondisi ini berbeda dari periode sama tahun sebelumnya untung Rp 104,9 miliar.
Perseroan mencatat rugi per saham dasar sebesar Rp 3,12 hingga September 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 11,71.
Perseroan mencatat ekuitas sebesar Rp 17,42 triliun hingga September 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 17,43 triliun. Total liabilitas perseroan naik menjadi Rp 56,7 triliun hingga September 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 51,9 triliun.
Aset perseroan naik menjadi Rp 74,18 triliun hingga kuartal III 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 69,3 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 3,26 triliun hingga September 2022.
Wijaya Karya Garap Proyek Pengembangan Bandara Internasional Batam Rp 2,18 Triliun
Sebelumnya, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) akan menggarap proyek pengembangan Bandara Internasional Batam (BIB) dengan nilai kontrak Rp 2,18 triliun.
Proyek tersebut resmi dimulai dengan diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) oleh PT Bandara Internasional Batam (BIB) dengan menunjuk Wijaya Karya sebagai kontraktor pelaksana.
Direktur Utama Wijaya Karya, Agung Budi Waskito menjelaskan, keterlibatan perusahaan sebagai investor dan kontraktor pelaksana pada pengembangan Bandar Udara Internasional Batam menjadi sebuah langkah maju dalam penguatan bisnis WIKA pada sektor konstruksi kebandarudaraan.
Dia juga menyampaikan apresiasinya sejalan dengan dipercayanya perseroan sebagai kontraktor pelaksana proyek pengembangan Bandara Hang Nadim.
"Berbekal pengalaman panjang, juga portofolio di bidang konstruksi bandar udara, baik di dalam negeri maupun luar negeri, WIKA siap untuk menjawab kepercayaan untuk menyelesaikan Proyek Pengembangan Bandar Udara Internasional Batam sesuai dengan target mutu dan waktu yang telah kita sepakati bersama," kata Agung Budi dalam keterangan resminya, Kamis (3/11/2022).
Advertisement
Pengembangan
Sementara itu, pengembangan Bandar Udara Internasional meliputi lingkup Pemugaran Terminal 1, Pembangunan Terminal 2, Perluasan Apron, serta pengembangan beberapa fasilitas air side dan land side. Pekerjaan ini akan berlangsung selama 36 bulan dengan nilai kontrak sebesar Rp 2,18 triliun.
Direktur Utama BIB, Pikri Ilham Kurniansyah mengatakan, pihaknya berharap hasil pekerjaan rancang bangun dapat mewujudkan harapan para stakeholder atas rancangan yang merepresentasikan ciri khas Batam.
"Sejalan dengan SPMK yang diterbitkan, PT Bandara Internasional Batam sebagai perusahaan yang dibentuk oleh konsorsium PT Angkasa Pura I (Persero), Incheon International Airport Corporation dan PT Wijaya Karya (Persero) berharap hasil pekerjaan rancang bangun dapat mewujudkan harapan para stakeholder atas design yang merepresentasikan ciri khas Batam,” kata Pikri Ilham.
Hal tersebut dirancang dengan ciri khas Batam karena Bandara Internasional Hang Nadim dipersiapkan untuk melayani penerbangan langsung ke Asia serta ke wilayah lain di Indonesia yang belum terhubung dengan Batam.
Wijaya Karya Danai Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya Wilayah 2 Rp 100 Miliar
Sebelumnya, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) berikan fasilitas non cash loan kepada entitas anak, PT Wijaya Karya Industri energi (WINNER) senilai Rp 100 miliar.
WINNER saat ini memerlukan pendanaan dalam bentuk non cash loan guna mendukung pelaksanaan proyek pembangunan penerangan jalan umum tenaga surya (PJUTS) Wilayah 2, pemenuhan kebutuhan material impor dan lokal untuk proyek tersebut, dan kebutuhan retail untuk produk water heater.
Untuk mendukung kegiatan tersebut, perseroan mempunyai fasilitas dari salah satu mitra perbankan perseroan yang menyediakan fasilitas pinjaman untuk proyek di bidang energi baru terbarukan. Sehingga perseroan berencana memberikan non cash loan kepada WINNER sebanyak banyaknya Rp 100 miliar dengan kompensasi sebesar 0,75 persen per tahun atas nilai realisasi plafon.
“Berdasarkan perjanjian antara perseroan dan WINNER tentang pemanfaatan fasilitas non cash loan WINNER oleh perseroan pada 7 Oktober 2022, perseroan memberikan plafon pinjaman berupa pemanfaatan fasilitas non cash loan yang dapat dimanfaatkan oleh WINNER sebanyak-banyaknya sebesar Rp 100 miliar,” ungkap manajemen Wijaya Karya dalam keterbukaan informasi Bursa, Selasa (11/10/2022).
Perseroan dan PT WIjaya Karya Rekayasa Konstruksi saat ini merupakan pemegang saham PT Wijaya Karya Industri energi (WINNER) dengan kepemilikan perseroan 40 persen dan WRK 60 persen. Perseroan juga merupakan pemegang saham mayoritas WRK dengan kepemilikan sebesar 97,99 persen.
Pertimbangan dilakukannya transaksi ini adalah sebagai upaya perseroan untuk mendukung operasional Winner sebagai perusahaan yang bergerak di bidang energi terbarukan dengan memberikan dukungan pinjaman fasilitas non cash loan.
Sehingga perseroan memperoleh imbal hasil berupa kompensasi penggunaan fasilitas pinjaman yang akan menambah pendapatan dan memberikan kontribusi positif terhadap keuangan perseroan.
Advertisement