Liputan6.com, Jakarta - CRISPR merupakan suatu teknik rekayasa genetika yang dapat membantu penderita kanker sembuh dari penyakitnya.
Dilansir dari New York Post, penelitian baru ini memiliki potensi untuk merevolusi pertempuran melawan kanker dengan "menyunting" sel pasien itu sendiri untuk melawan profil penyakit uniknya.
Advertisement
Sebagai bagian dari uji klinis yang dipublikasikan dalam jurnal medis Nature, para ilmuwan menggunakan teknologi CRISPR untuk mengarahkan sel-sel kekebalan tubuh untuk menyerang mutasi protein yang menumbuhkan tumor kanker sambil mencegahnya menimbulkan bahaya pada jaringan non-kanker yang sehat.
"Ini adalah kemajuan dalam perkembangan perawatan yang dipersonalisasi untuk kanker, di mana isolasi reseptor kekebalan yang secara khusus mengenali mutasi pada kanker pasien itu sendiri digunakan untuk mengobati kanker," kata seorang peneliti kanker dan dokter di University of California, Los Angeles sekaligus rekan penulis studi Dr. Antoni Ribas.
Proses ini juga meningkatkan kemanjuran imunoterapi konvensional yang diberikan oleh dokter, yang mendorong sistem kekebalan tubuh seseorang untuk melawan kanker.
Teknik CRISPR sebelumnya telah digunakan untuk menghilangkan gen tertentu dari tubuh yang akan membuka jalan bagi sistem kekebalan tubuh untuk melawan penyakit dan deformitas atau kelainan bentuk.
CRISPR, yang merupakan singkatan dari Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats mengacu pada sekelompok sekuens DNA yang bertindak sebagai penjaga gerbang genetik.
Dalam beberapa tahun terakhir, para ilmuwan belajar bagaimana menggunakan protein yang berkaitan dengan CRISPR untuk memotong untaian DNA yang tidak diinginkan dan benar-benar menyunting atau mengedit gen manusia.
Studi Terbaru
Studi baru ini menggunakan teknik CRISPR untuk mengembangkan metode yang lebih kompleks yang melibatkan pengangkatan sel-sel pasien, memodifikasi dan memasukkannya kembali ke dalam tubuh—dilengkapi dengan instruksi yang baru dan lebih baik tentang cara melawan kanker tertentu.
"Ini mungkin terapi paling rumit yang pernah dicoba di klinik," kata Ribas. "Kami mencoba membuat pasukan dari sel T pasien sendiri."
Dalam studi ini, Ribas bekerja bersama presiden Institute for Systems Biology di Seattle James Heath, Ph.D., serta pemenang Nobel sekaligus profesor emeritus di Caltech dan anggota UCLA Jonsson Comprehensive Cancer Center serta PACT Pharma David Baltimore, Ph.D.
Terdapat 16 pasien yang terlibat dalam uji coba dengan berbagai jenis kanker yang berbeda termasuk kanker usus besar, payudara dan paru-paru. Para peneliti mengambil sampel darah dan tumor dari 16 pasien tersebut.
Timnya mengurutkan DNA dalam darah dan biopsi tumor, mencari mutasi yang hanya muncul pada tumor dan mengabaikan yang juga muncul dalam darah.
Data ini kemudian dihitung dengan algoritma yang menyarankan mutasi mana yang kemungkinan akan memicu respons dari sel T—sebuah pelindung imun yang melihat sel penyerang—dan menghilangkannya.
Sayangnya, sistem kekebalan tubuh sendiri tidak memiliki riwayat yang bagus untuk mengalahkan kanker.
Advertisement
Hasil Penelitian
Dengan menggunakan prediksi algoritma, para peneliti kemudian merekayasa protein reseptor sel T—menyesuaikannya secara khusus untuk setiap pasien—yang akan mengenali mutasi yang menyebabkan tumor.
Kemudian para peneliti mengirimkan reseptor yang dirancang khusus itu ke setiap sel T pasiennya melalui CRISPR—melengkapi sistem kekebalan tubuhnya dengan alat untuk menemukan dan menghancurkan kanker.
16 pasien yang terlibat dalam uji coba ini memiliki variasi jenis kanker yang semuanya adalah jenis "padat", yang berarti tumor mereka tidak mengandung cairan atau kista.
Satu bulan setelah uji coba, kondisi lima peserta stabil, yang berarti tumornya belum tumbuh. Tingkat kesuksesannya mungkin tampak kecil. Meskipun demikian, para peneliti mengatakan ini baru awal.
Sejak teknik CRISPR ditemukan, dokter kini menjajaki penerapannya dalam mengobati berbagai penyakit langka dan kelainan genetik seperti penyakit sel sabit.
"Generasi pengobatan sel yang dipersonalisasi untuk kanker tidak akan layak tanpa kemampuan yang baru dikembangkan untuk menggunakan teknik CRISPR untuk menggantikan reseptor imun dengan satu langkah persiapan sel tingkat klinis," tambah Ribas.
Manfaat CRISPR
Temuan ini memberi harapan bagi 1,9 juta orang Amerika yang didiagnosis dengan beberapa jenis kanker tahun ini, menurut situs Daily Mail UK.
Sekitar 290.000 wanita dan 2.700 pria didiagnosis menderita kanker payudara yang menjadikannya diagnosis kanker paling umum.
Kanker prostat adalah diagnosis kanker tertinggi di antara pria dan diagnosis paling tertinggi kedua secara keseluruhan dengan sekitar 269.000 kemungkinan kasus tahun ini.
Namun, teknologi ini relatif baru dan menimbulkan beberapa pertanyaan etis yang besar tentang penerapannya dalam modifikasi genetik.
Kemajuan bidang kedokteran telah memasuki tahap di mana cacat keturunan dalam embrio mungkin dapat dihilangkan.
Masalah keamanan dalam penelitian teknologi pengeditan gen tidak pernah terdengar.
Pada 2019, sekelompok ilmuwan mengusulkan moratorium penyuntingan germline manusia di seluruh dunia.
Mereka menulis, "Dengan 'moratorium global', kami tidak bermaksud membuat larangan permanen. Sebaliknya, kami menyerukan pembentukan kerangka kerja internasional di mana negara-negara, dengan mempertahankan hak untuk membuat keputusan mereka sendiri, secara sukarela berkomitmen untuk tidak menyetujui penggunaan penyuntingan germline klinis kecuali kondisi tertentu terpenuhi."
(Adelina Wahyu Martanti)
Advertisement