Liputan6.com, Jakarta Emiten baja nasional PT Gunung Raja Paksi, Tbk terus memperkuat komitmen guna mendukung program pemerintah dalam mewujudkan Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
Komitmen kali ini dilakukan melalui dua penandatanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU, yakni dengan Fortescue Future Industries (FFI) dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN). Penandatanganan dilakukan di Bali, 13 November 2022, pada gelaran B20 Summit.
Advertisement
“Penandatanganan MoU untuk menjalin kerjasama dan mengidentifikasi potensi kolaborasi yang saling menguntungkan. Termasuk mengenai pemakaian energi bersih yang ramah lingkungan," jelas Anggota Komite Eksekutif PT Gunung Raja Paksi, Tbk Kimin Tanoto, Senin (14/11/2022).
Menurut Kimin, MoU dengan FFI mengeksplorasi kolaborasi dalam kasus penggunaan hidrogen hijau dan amonia hijau. Penggunaan hidrogen hijau memungkinkan GRP memproduksi baja rendah emisi di sektor yang sangat sulit dikurangi.
Sedangkan perjanjian dengan KADIN menjanjikan komitmen GRP menuju nol bersih, yang merupakan area fokus utama setelah GRP meluncurkan Buku Panduan ESG beberapa waktu lalu.
“Hal ini sejalan dengan Buku Panduan ESG kami. Dalam hal ini, akan mendorong perusahaan maju dalam agendanya untuk dekarbonisasi industri baja kawasan melalui percepatan emisi nol bersih dan mempromosikan penggunaan energi hijau, yang merupakan area fokus utama dalam strategi ESG-nya,” jelasnya.
Kerja sama tersebut memang strategis. Pasalnya, lanjut Kimin, produksi baja merupakan salah satu sektor paling berpolusi dan mengkonsumsi energi di dunia sehingga menjadi penyumbang utama emisi global. Hingga kini, industri baja Asia menyumbang lebih dari 70 persen emisi karbon dalam produksi baja global.
“Langkah-langkah yang kami ambil hari ini akan membangun masa depan. Oleh karena itu GRP bekerja sama dengan para mitra yang memiliki keahlian untuk mendorong bisnis dan industri baja kami menuju masa depan yang sejahtera dan lebih ramah lingkungan,” imbuh Kimin.
Net Zero Emission
FFI sendiri, merupakan perusahaan energi hijau global yang berkomitmen untuk memproduksi hidrogen hijau, mengandung nol karbon, dari 100 persen sumber terbarukan.
Sementara KADIN merupakan organisasi payung dari kamar-kamar dan asosiasi-asosiasi bisnis Indonesia, yang komitmen tinggi untuk memanfaatkan potensi dan sinergi perekonomian nasional, dan menawarkan forum strategis bagi pengusaha Indonesia.
Kimin menambahkan, berbagai upaya mencapai Indonesia Net Zero Emission tersebut, tak lepas dari peran KADIN Net Zero Hub (KADIN NZH).
KADIN NZH, lanjutnya, merupakan wadah gerakan dekarbonisasi pada sektor industri dan komersial serta upaya mendukung transisi energi guna mencapai Indonesia Net Zero Emission.
Terkait hal itu, Ketua Komite Energi Terbarukan KADIN Muhammad Yusrizki menjelaskan, KADIN NZH bertujuan untuk membangun ekosistem bisnis yang berkelanjutan dengan membantu sektor swasta Indonesia dalam merealisasikan komitmen net zero emission pada entitas bisnis masing-masing dan meningkatkan daya kompetisi di pasar global.
“Pencapaian nol bersih pada 2060, hanya dapat dicapai dengan kerjasama dengan mitra sektor swasta seperti GRP. Kami berharap MoU ini akan membuka jalan bagi kemitraan masa depan,” kata Yusrizki.
Sementara Andrew Forrest AO, Ketua dan Pendiri FFI mengatakan, pihaknya tak bisa mengurangi emisi karbon sendirian. Dia berharap, perusahaan-perusahaan penghasil emisi mengikuti jejak PT GRP. “Kami bertekad, membantu mereka untuk melakukan menuju dekarbonisasi,” kata Andrew
Advertisement