Liputan6.com, Jakarta Hari Diabetes Sedunia jatuh setiap 14 November. Momen ini dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk mengedukasi masyarakat soal penyakit diabetes dan bahaya gula.
Beberapa pihak biasanya menggelar seminar atau webinar dan mengundang beberapa ahli di bidangnya. Namun, hal cukup unik dilakukan oleh Fransiskus S M Sitanggang, seniman yang aktif di Instagram lewat @duniafrans.
Advertisement
Di peringatan Hari Diabetes Sedunia ini ia digandeng Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) untuk membuat instalasi seni bertajuk “Monster Tersembunyi di Balik Minuman Manis Favoritmu”.
Instalasi seni ini dapat dikunjungi publik di Taman Literasi Martha Tiahahu, Jakarta pada 12-15 November 2022. Hingga Minggu 13 November 2022, instalasi ini sudah dikunjungi lebih dari 400 orang.
Seniman berpengalaman ini membuat instalasi berukuran 3 x 3 meter, instalasi “Monster Tersembunyi di Balik Minuman Manis Favoritmu” ini memiliki 3 sisi. Di kanan tercantum infografis mengenai MBDK, di pusat terdapat monster gula, dan di kiri ada botol minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) berisikan bantalan bergambarkan monster gula serta tempat penulisan pesan.
“Dengan konsep interaktif, aku harap instalasi ini dapat dinikmati berbagai kelompok usia. Selain itu, semoga para pengunjung lebih terpapar dengan informasi soal dampak buruk dari MBDK dan terliterasi secara visual,” ujar Frans mengutip keterangan pers yang diterima Health Liputan6.com, Senin (14/11/2022).
Promosi Kesehatan Kreatif
Instalasi seni ini merupakan bentuk dari promosi kesehatan kreatif yang tidak hanya enak dipandang tapi juga dapat menambah wawasan masyarakat.
“Instalasi seni ini adalah media promosi kesehatan kreatif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait bahaya produk minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK), terutama mengingat kaitan erat konsumsi gula berlebih dengan risiko diabetes,” ujar Project Lead Food Policy CISDI Gita Kusnadi dalam keterangan yang sama.
“Monster dalam instalasi ini adalah perumpamaan penyakit akibat konsumsi MBDK berlebihan yang mengintai masyarakat Indonesia, terutama anak-anak. Data menunjukkan satu dari sepuluh anak Indonesia (14,7 persen) mengonsumsi salah satu jenis MBDK, minuman berkarbonasi, satu hingga enam kali seminggu,” tambah Gita.
Advertisement
19,5 Juta Penduduk RI Mengidap Diabetes
Sebagai catatan, lanjut Gita, Indonesia menanggung beban kesehatan tinggi akibat penyakit tidak menular, seperti diabetes.
Saat ini, 19,5 juta penduduk Indonesia mengidap diabetes. Angka ini diperkirakan terus meningkat hingga 28,5 juta pada 2045.
International Diabetes Federation (IDF) melaporkan Indonesia menempati peringkat ke-7 negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia dan peringkat ke-3 se-Asia Tenggara.
Konsumsi produk MBDK di Indonesia meningkat sebanyak 15 kali lipat dalam kurun waktu dua dekade terakhir. Tingginya konsumsi MBDK berkontribusi pada naiknya angka risiko, tidak hanya pada diabetes tetapi juga pada obesitas dan penyakit tidak menular (PTM) lainnya. Misalnya, kerusakan liver dan ginjal, penyakit jantung, serta beberapa jenis kanker.
Cek Gula Darah Gratis
Guna menekan angka diabetes, selain instalasi seni, CISDI juga bekerja sama dengan Persatuan Diabetes (Persadia) Muda untuk mengadakan cek gula darah gratis.
Ini disediakan untuk para pengunjung Taman Literasi pada Minggu, 13 November 2022, sebagai langkah awal mendeteksi risiko diabetes.
“Banyak masyarakat yang tidak sadar dirinya memiliki risiko diabetes atau memiliki kadar gula darah tinggi, tetapi rutin mengkonsumsi MBDK setiap harinya,” ujar Anita Sabidi, co-founder Persadia Muda.
“Oleh sebab itu, mengetahui kadar gula darah melalui skrining kesehatan dan menghindari konsumsi MBDK akan membantu mencegah terjadinya diabetes,” tambahnya.
Mengingat dampak negatif MBDK pada masyarakat, CISDI juga berupaya mendorong pemerintah memberlakukan cukai MBDK sebesar 20 persen dan mempertajam peraturan mengenai pelabelan informasi gizi melalui penandatanganan petisi.
Rencananya, petisi yang sudah ditandatangani sekitar 13.000 ribu kali ini akan diserahkan kepada pemangku kebijakan pada akhir bulan November bersama diseminasi studi elastisitas harga yang sudah dilakukan tim peneliti CISDI.
Advertisement