Liputan6.com, Jakarta - Turki menuduh kelompok militan Kurdistan’s Workers Party (PKK) bertanggung jawab atas insiden ledakan di kawasan Istiklal, Istanbul pada Minggu malam (13/11).
Tuduhan itu disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu.
Advertisement
Seperti diketahui, ledakan di kawasan Istiklal, Istanbul menewaskan 6 orang dan melukai sekitar 80 korban. Polisi Turki telah menangkap seeorang yang diduga merupakan tersangka dalam insiden tersebut.
"Orang yang menanam bom telah ditangkap," kata Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu, dikutip dari The Straits Times, Senin (14/11/2022).
"Menurut temuan kami, organisasi teroris PKK bertanggung jawab," ungkapnya, dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita Anadolu.
Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah menyampaikan kecaman kerasnya terhadap serangan kejam yang melanda Istiklal.
"Mungkin salah jika kita mengatakan dengan pasti bahwa ini buka serangan teror tetapi menurut tanda-tanda pertama ... ada unsur berbau teror di sana (tempat kejadian," ujar Erdogan dalam sebuah konferensi pers pada Minggu (13/11), sebelum bepergian ke Bali untuk menghadiri KTT G20.
"Kami percaya bahwa itu adalah tindakan teroris yang dilakukan oleh seorang penyerang, yang kami lihat dia pelakunya seorang perempuan, yang meledakkan bomnya," sebut Wakil presiden Turki, Fuat Oktay.
PKK, yang dimasukkan dalam daftar hitam sebagai kelompok teroris oleh Ankara serta sekutu Baratnya, diketahui telah melakukan pemberontakan mematikan untuk pemerintahan sendiri di Turki tenggara sejak 1980-an.
Polisi Turki Tangkap Seorang Tersangka Diduga Terkait Ledakan di Instabul
Kepolisian Turki telah menangkap seseorang tersangka yang diduga terlibat dalam insiden ledakan bom di Istanbul pada Minggu (13/11/2022).
Hal itu diungkapkan oleh Menteri Dalam Negeri Turki, Suleyman Soylu pada Senin (14/11) waktu setempat, melalui akun Twitter berbahasa Inggris media pemerintah Anadolu.
Dilansir dari Channel News Asia, Senin (14/11/2022), diketahui bahwa sebuah ledakan terjadi di pejalan kaki di kawasan pusat kota Instanbul, menewaskan 6 orang dan melukai 81 korban lainnya.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut ledakan itu sebagai serangan terorisme, dan memastikan pelaku akan dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku.
"Upaya untuk menjatuhkan Turki dan rakyat Turki melalui terorisme akan gagal hari ini seperti yang mereka lakukan kemarin dan besok," ujar Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan pada konferensi pers sebelum terbang ke Bali, Indonesia untuk menghadiri pertemuan KTT G20.
"Orang-orang kami dapat yakin bahwa pelakunya ... akan dihukum sebagaimana mestinya," sambungnya.
Sejauh ini, belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan itu.
Beberapa jam setelah insiden itu terjadi, Wakil Presiden Turki Fuat Oktay mengunjungi lokasi kejadian untuk memberikan update jumlah korban tewas dan luka terbaru, juga menyampaikan berjanji untuk menyelesaikan kasus ini dengan segera.
Pihak berwenang setempat kemudian mengatakan seorang pekerja dari kementerian Turki dan putrinya termasuk di antara korban tewas ledakan itu. Lima orang dirawat intensif di rumah sakit, dua di antaranya dalam kondisi kritis.
Rekaman video yang diperoleh media menunjukkan ledakan terjadi pada pukul 16.13 sore.
Seorang saksi mata bernama Mehmet Akus (45) menceritakan pengalamannya ketika mendengar ledakan di Istiklal, di mana ia bekerja untuk sebuah restoran di kawasan tersebut.
"Ketika saya mendengar ledakan itu, saya ketakutan, orang-orang membeku, saling memandang. Kemudian orang-orang mulai melarikan diri. Apa lagi yang bisa Anda lakukan," ungkap Mehmet Akus.
"Kerabat saya menelepon saya, mereka tahu saya bekerja di Istiklal. Saya meyakinkan mereka bahwa saya baik-baik saja," ceritanya.
Advertisement
Akan Menjadi Insiden Ledakan Bom Terbesar Sejak 2016
Dilaporkan, sebuah helikopter tampak terbang di atas tempat kejadian dan sejumlah ambulans parkir di Taksim Square di dekat lokasi.
Palang Merah Turki juga mengatakan korban-korban telah dipindahkan ke rumah sakit terdekat.
Jika dikonfirmasi, ini akan menjadi peristiwa ledakan bom besar pertama di Istanbul dalam beberapa tahun.
Pada Desember 2016, insiden ledakan bom terjadi di luar stadion sepak bola Istanbul, menewaskan 38 orang dan melukai 155 orang dalam serangan yang diklaim oleh kelompok militan Kurdistan Workers Party (PKK), yang ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Turki, Uni Eropa, dan Amerika Serikat.
Kecaman atas serangan itu dan belasungkawa untuk para korban pun berdatangan dari beberapa negara termasuk Yunani, Mesir, Ukraina, Inggris, Azerbaijan, Italia dan Pakistan.
Ledakan Bom di Istanbul Turki, Kemenlu Pastikan WNI Aman
KBRI Ankara dan KJRI Istanbul saat ini berkomunikasi dan berkoordinasi dengan otoritas setempat serta komunitas masyarakat Indonesia yang ada di sekitar lokasi. Hingga saat ini, tidak terdapat informasi mengenai WNI yang menjadi korban.
"Berdasarkan database, jumlah WNI yang menetap di Istanbul sekitar 500 orang. Namun demikian, lokasi kejadian tersebut adalah salah satu tujuan favorit wisatawan asing, termasuk WNI yang melakukan perjalanan wisata ke Istanbul, Turki," tulis keterangan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI dalam keterangan tertulis, Senin (14/11/2022).
Masyarakat Indonesia di Istanbul dan sekitarnya diminta meningkatkan kewaspadaan dan menghindari tempat keramaian jika tidak ada keperluan mendesak.
Selain itu, dalam keadaan darurat agar segera menghubungi otoritas setempat dan Perwakilan RI.
Pemerintah Indonesia mengecam aksi serangan bom ini dan menyampaikan dukacita yang mendalam atas korban meninggal dan luka-luka. Pihak Indonesia berharap mereka yang bertanggung jawab atas kejadian ini dapat segera ditangkap.
"Indonesia menghargai keputusan Presiden Erdogan untuk tetap menghadiri pertemuan G20 di Indonesia, di tengah kedukaan ini," jelas pernyataan Kemenlu.
Advertisement