Liputan6.com, Jakarta Rumah menjadi kebutuhan utama bagi manusia, tak bisa dipungkiri keberadaan rumah jadi penentu kualitas hidup seseorang. Seperti ruang tamu, kamar tidur nyaman hingga taman yang jadi idaman banyak orang. Namun tidak dengan kisah unik pria berama Mehran Karimi Nasseri yang memilih tinggal di sebuah bandara di Perancis.
Selama 18 tahun pria asal Iran itu menjadikan bandara sebagai rumah utamanya. Meski terkesan seperti gelandangan, Nasseri yang hidup di bandara Charles de Gaulle di Paris itu punya banyak cerita yang mencuri perhatian. Namun semuanya kini tinggal kenangan usai Nasseri dinyatakan meninggal tepat di mana menjadikan bandara itu sebagai rumahnya.
Advertisement
Melansir dari UNILAD, Mehran Karimi Nasseri meninggal karena serangan jantung di Terminal 2F bandara pada 12 November, tim medis tidak dapat menyadarkannya. Banyak kegiatan Nasseri selama tinggal di bandara. Salah satunya ia menulis otobiografi berjudul The Terminal Man yang diterbitkan pada tahun 2004.
Menariknya, kisahnya tinggal di bandara itu diangkat dalam sebuah film berjudul “The Terminal”. Lebih dari itu, wajahnya jadi pemandangan tersendiri bagi orang yang melakukan perjalanan lewat bandara tersebut. Berikut selengkapnya Liputan6.com merangkum kisahnya melansir dari berbagai sumber, Senin (14/11/2022).
Terpaksa Jadi Terbiasa Tinggal di Bandara
Nasseri lahir di Iran pada tahun 1945, namun kejadian di tahun 1988 menentukan nasib besar hidupnya. Ia mendarat di Prancis tetapi tidak memiliki surat izin tinggal yang diperlukan, Nasseri terpaksa tinggal di bandara setelah tidak diizinkan aparat setempat meninggalkan bandara.
Dia tidak dapat kembali ke Iran karena dia telah diusir dari negara itu tanpa paspor. Alhasil keadaan memaksanya mencari suaka di Eropa. Nasseri diberi hak untuk mencari perlindungan di Belgia, tetapi dia mengatakan bahwa barang bawaannya yang berisi dokumen resminya dicuri di stasiun kereta Paris.
Ia kemudian ditangkap oleh polisi Prancis, mereka tidak dapat mendeportasinya ke mana pun karena dia tidak memiliki dokumen resmi apa pun dan dia berakhir di bandara Charles de Gaulle pada Agustus 1988. Dia kemudian terus tinggal di bandara Charles de Gaulle atas pilihan pribadi, menyebut bandara itu rumahnya.
Advertisement
Jadi Wajah Bandara
Aksi Nasseri memilih bandara jadi rumah utama ini seketika jadi sorotan banyak orang. Tak heran semua aktivitasnya dilakukan di dalam bandara termasuk mandi hingga makan. Ia juga jarang keluar lingkungan bandara dan hanya bersahabat dengan para staff di sana.
“Dia akan tidur di bangku plastik merah di dalam bandara dan berhasil berteman dengan staf yang bekerja di terminal, mereka menjulukinya 'Lord Alfred' dan dia menjadi wajah terkenal bagi penumpang saat mereka melakukan perjalanan melalui bandara,” kutip dari UNILAD.
Setelah keluar dari bandara, Nasseri tinggal di tempat penampungan di Paris, meskipun staf Charles de Gaulle mengatakan bahwa pada minggu-minggu terakhir sebelum kematiannya, ia mulai tinggal di bandara lagi.
Dikenang Lewat Film Ternama
Kisah unik Nasseri itu bahkan menjadi inspirasi utama dalam pembuatan film The Terminal karya Steven Spielberg tahun 2004. Film yang dibintangi oleh Tom Hanks. Bahkan kisahnya juga diambil dalam sebuah film Prancis berjudul “Lost in Transit”, dan sebuah opera berjudul “Flight”.
Dalam The Terminal, Hanks memerankan Viktor Navorski, seorang pria yang tiba di bandara JFK di New York dari negara fiksi Krakozhia di Eropa timur dan menemukan bahwa revolusi politik dalam semalam telah membatalkan semua surat perjalanannya. Navorski dibuang ke ruang tunggu internasional bandara dan diberitahu dia harus tinggal di sana sampai statusnya diselesaikan, yang berlarut-larut karena kerusuhan di Krakozhia berlanjut.
Menurut New York Times, Spielberg membeli hak atas kisah hidup Nasseri melalui perusahaan produksinya DreamWorks, dengan membayar sekitar $250.000. Nasseri juga menulis otobiografi berjudul The Terminal Man yang diterbitkan pada tahun 2004 yang juga jadi salah satu kenangan abadinya.
Advertisement