Liputan6.com, Jakarta - PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) menyepakati kontrak proyek pembangunan Lumut Balai Unit 2 Geothermal FCRS & Power Plant milik PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), sebagai kontraktor yang tergabung dalam konsorsium bersama dengan Mitsubishi Corporation dan SEPCOIII Electric Power Construction Co., Ltd., pada Jumat, 11 November 2022.
Hal tersebut dilakukan dalam rangka merealisasikan langkah-langkah strategis The Business 20 (B20), Task Force Energy, Sustainability and Climate.
Advertisement
Sejalan dengan salah satu fokus Wijaya Karyadalam merealisasikan target pemerintah untuk net zero emission, Direktur Operasi II Wijaya Karya, Harum Akhmad Zuhdi menuturkan, harapan dan kepercayaannya dalam meningkatkan pemanfaatan potensi energi terbarukan.
"Keterlibatan WIKA sebagai Konsorsium EPC untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Lumut Balai 2 menunjukkan konsistensi dalam mendukung program pemerintah menggalakkan dekarbonisasi, sekaligus menjadi smart portfolio atas kompetensi kami dalam meraih proyek-proyek EBT sejenis kedepannya,” kata Harum dalam keterangan resminya, dikutip Senin (13/11/2022).
Kesepakatan ini menjadi bukti atas komitmen Wijaya Karya untuk mewujudkan target baruan energi baru terbarukan (EBT) 23 persen di Indonesia pada 2025.
Proyek Lumut Balai Unit 2 yang terletak di Lumut Balai dan Margabanyur, Sumatera Selatan ini merupakan pengembangan dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai Unit 1 yang telah sukses dirampungkan oleh WIKA selaku kontraktor pada pekerjaan sipil Geothermal Power Plant (GPP) pada 2019 silam.
Lingkup Pekerjaan Wika
Sementara pada kesepakatan PLTP Lumut Balai unit 2 dengan kapasitas sebesar 55 MW ini, Wijaya Karya bertanggung jawab pada lingkup pekerjaan Sipil PLTP dan pekerjaan sipil EPC pada kordidor pipa uap Fluid Collection and Reinjection System (FCRS).
PLTP menjadi solusi dalam mengatasi dampak perubahan iklim yang cukup signifikan, untuk menyediakan akses energi bersih dan ramah lingkungan yang andal dan terjangkau bagi masyarakat.
"Kawasannya yang berpotensi menyimpan panas bumi yang cukup besar, mampu dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dengan memanfaatkan steam dari panas bumi untuk menggerakkan turbine yang akan menghasilkan listrik melalui production well, yang terus berlanjut hingga melahirkan siklus renewable energy," kata dia.
Acara penandatanganan kontrak proyek Lumut Balai Unit 2 yang ditandatangani oleh Direktur Operasi II WIKA, Harum Akhmad Zuhdi beserta representatif dari Mitsubishi Corporation dan SEPCOIII Electric Power Construction Co., Ltd., menjadi salah satu rangkaian dari mata acara B20 pada sesi Joint Opening Net Zero Summit and B20 Investment Forum.
Advertisement
Wijaya Karya Garap Proyek Pengembangan Bandara Internasional Batam Rp 2,18 Triliun
Sebelumnya, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) akan menggarap proyek pengembangan Bandara Internasional Batam (BIB) dengan nilai kontrak Rp 2,18 triliun.
Proyek tersebut resmi dimulai dengan diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) oleh PT Bandara Internasional Batam (BIB) dengan menunjuk Wijaya Karya sebagai kontraktor pelaksana.
Direktur Utama Wijaya Karya, Agung Budi Waskito menjelaskan, keterlibatan perusahaan sebagai investor dan kontraktor pelaksana pada pengembangan Bandar Udara Internasional Batam menjadi sebuah langkah maju dalam penguatan bisnis WIKA pada sektor konstruksi kebandarudaraan.
Dia juga menyampaikan apresiasinya sejalan dengan dipercayanya perseroan sebagai kontraktor pelaksana proyek pengembangan Bandara Hang Nadim.
"Berbekal pengalaman panjang, juga portofolio di bidang konstruksi bandar udara, baik di dalam negeri maupun luar negeri, WIKA siap untuk menjawab kepercayaan untuk menyelesaikan Proyek Pengembangan Bandar Udara Internasional Batam sesuai dengan target mutu dan waktu yang telah kita sepakati bersama," kata Agung Budi dalam keterangan resminya, Kamis (3/11/2022).
Pengembangan Bandara
Sementara itu, pengembangan Bandar Udara Internasional meliputi lingkup Pemugaran Terminal 1, Pembangunan Terminal 2, Perluasan Apron, serta pengembangan beberapa fasilitas air side dan land side. Pekerjaan ini akan berlangsung selama 36 bulan dengan nilai kontrak sebesar Rp 2,18 triliun.
Direktur Utama BIB, Pikri Ilham Kurniansyah mengatakan, pihaknya berharap hasil pekerjaan rancang bangun dapat mewujudkan harapan para stakeholder atas rancangan yang merepresentasikan ciri khas Batam.
"Sejalan dengan SPMK yang diterbitkan, PT Bandara Internasional Batam sebagai perusahaan yang dibentuk oleh konsorsium PT Angkasa Pura I (Persero), Incheon International Airport Corporation dan PT Wijaya Karya (Persero) berharap hasil pekerjaan rancang bangun dapat mewujudkan harapan para stakeholder atas design yang merepresentasikan ciri khas Batam,” kata Pikri Ilham.
Hal tersebut dirancang dengan ciri khas Batam karena Bandara Internasional Hang Nadim dipersiapkan untuk melayani penerbangan langsung ke Asia serta ke wilayah lain di Indonesia yang belum terhubung dengan Batam.
Advertisement