Liputan6.com, Jakarta - Kasus kematian satu keluarga di Perumahan Citra Garden, Kalideres, Jakarta Barat menggegerkan masyarakat. Empat orang yang merupakan satu keluarga ditemukan tewas di dalam rumahnya pada Kamis 10 November 2022 lalu.
Saat ditemukan, kondisi keempat jenazah yang terdiri dari dua perempuan dan dua laki-laki itu sangat memprihatinkan. Semua jenazah ditemukan dalam kondisi sudah membusuk. Bahkan di lambungnya tidak ditemukan sisa makanan.
Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Pol Pasma Royce menerangkan, pihaknya telah menggandeng dokter dari Rumah Sakit Polri Kramat Jati untuk mencari penyebab kematian para korban. Sejauh ini, hasil pemeriksaan tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh satu keluarga tewas di Kalideres ini.
Baca Juga
Advertisement
"Tadi pagi berdasarkan informasi dari dokter dan anggota yang menyaksikan hasil pemeriksaan, bahwa terhadap empat mayat tersebut tidak ditemukan tanda kekerasan," ujar dia kepada wartawan di Polres Metro Jakbar, Jumat (11/11/2022).
Pasma menerangkan, tim dokter memberitahukan bahwa korban diduga tidak ada makan dan minum dalam waktu yang cukup lama. Hal ini terlihat dari otot-ototnya yang sudah mengecil. Pasma menyebut, informasi ini diterima dari dokter usai pemeriksaan organ lambung para korban.
"Seperti yang saya sampaikan seperti keterangan dokter forensik tadi pagi yang menyampaikan kepada kami, bahwa di dalam lambungnya tidak ada isi makanan," ujar dia.
Pasma mengungkapkan keempat korban diduga mengalami dehidrasi. Hal ini menyebabkan mayat 'mengering' dengan keadaan membusuk.
"Di dalam lambungnya tidak ada isi makanan, artinya ini sudah berlangsung beberapa waktu yang lalu tidak ada mengonsumsi makanan dan otot-ototnya sudah mengecil. Artinya ini ada kekurangan cairan, dehidrasi sehingga tubuh mayat ini menjadi kering," kata Pasma.
Jika dilihat dari kondisinya, satu keluarga ini diperkirakan telah meninggal sejak tiga pekan lalu. Namun demikian, seluruh korban tidak meninggal dunia secara serempak, lantaran setiap jenazah mengalami tingkat kebusukan yang berbeda.
"Ini dari bapaknya, ibunya serta dari iparnya ini waktu berbeda meninggalnya, sehingga pembusukannya masing-masing berbeda. Keterangan dari dokter forensik bahwa kematian ini dari 3 minggu yang lalu," kata Pasma.
Hingga saat ini, pihak RS Polri belum bisa memastikan penyebab utama meninggalnya keempat anggota keluarga tersebut.
"RS Polri sedang lakukan pendalaman lagi dengan memeriksa hati dan organ lainnya supaya lebih spesifik mengetahui penyebab kematian ini," ujar dia.
Sementara itu, pihak RS Polri Kramat Jati masih melakukan uji laboratorium forensik untuk mengungkap penyebab medis di balik kematian empat orang dalam satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat.
"Belum (selesai)," kata Kabid Yandokpol RS Polri Kramat Jati, Kombes Agung Widjajanto saat dikonfirmasi, Senin (14/11/2022).
Agung menjelaskan bahwa proses uji laboratorium forensik dilakukan untuk melakukan pemeriksaan terhadap organ-organ dari tubuh korban masih dalam berproses.
"Untuk uji lab pada pemeriksaan jenazah meninggal tidak wajar, semua organ diambil sampel untuk diperiksa," kata Agung.
Agung belum bisa menyampaikan kapan hasil uji laboratorium forensik terhadap keempat jenazah itu akan keluar. Sebab tingkat proses uji laboratorium yang sulit akibat kondisi jenazah yang sudah membusuk.
"Belum ada info. Karena tingkat kesulitan berupa kondisi pembusukan lanjut," ujarnya.
Kulkas Kosong, Tak Ada Bahan Makanan
Sementara itu, Kapolsek Kalideres AKP Syafri Wasdar menerangkan, perabotan di dalam rumah masih lengkap saat keempat jenazah itu ditemukan. Namun, banyak barang-barang yang sudah dimasukkan ke dalam kardus.
"Perabotan masih ada. Barang seperti bajunya juga sudah diikat, seperti orang mau pindah, lampu juga banyak sudah banyak yang dicopot," kata dia di kantornya, Sabtu (12/11/2022).
Syafri mengatakan, salah satu perabotan yang masih ada di antaranya adalah kulkas. Tapi, tidak ada makanan di dalamnya. Pun demikian dengan sisa-sisa makanan juga kosong.
"Di dalam rumah tidak ditemukan nasi atau beras tidak ada," ujar dia.
Syafri menerangkan, pihaknya juga menemukan beberapa catatan saat melakukan olah Tempat kejadian Perkara (TKP).
Adapun, catatan berupa bon bekas belanjaan korban sehari-hari. Tapi, itu sudah lama sekali. "Itu catatan biasa, struk tahun 2011," ujar dia.
Polisi kemudian kembali melakukan olah TKP kasus sekeluarga tewas di Perumahan Citra Garden Satu Extension, Kalideres, Jakarta Barat. Hasil olah TKP pada Minggu (13/11/2022) kemarin, polisi mendapatkan temuan baru.
"Dari berbagai penyelidikan kami terakhir ini, termasuk hari ini, kita temukan bungkus bekas makanan," kata Dirkrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Hengki Haryadi saat diwawancara, Minggu (13/11/2022).
Olah TKP gabungan yang dilakukan Polda Metro Jaya, Polres Metro Jakarta Barat, dan Laboratorium Forensik (Labfor) merupakan olah TKP ulang dari kasus kematian sekeluarga di Kalideres.
"Kita bersama tim kedokteran forensik maupun laboratorium forensik melaksanakan olah TKP ulang untuk mencari bukti materiil tambahan atau petunjuk tambahan terkait dengan peristiwa ini," imbuhnya.
Dari hasil autopsi sementara, dikatakan kalau empat anggota keluarga itu tewas dalam kondisi tidak ditemukannya makanan dalam lambung jenazah.
"Ini kita teliti kapan yang bersangkutan terakhir makan dan nanti dipadukan dengan kedokteran forensik, termasuk laboratorium forensik apa motif maupun sebab kematian dari pada warga yang di rumah ini," papar Hengki.
Namun, Dirkrimum PMJ itu juga menjelaskan bahwa dari rumah tersebut memang tidak terlihat persediaan makanan. Namun terdapat satu bungkus makanan yang ditemukan usai olah TKP.
"Ini yang sedang kami dalami betul," ucapnya.
Untuk diketahui, empat jenazah tersebut merupakan satu keluarga. Adapun identitasnya yaitu Rudyanto Gunawan 71 tahun; K Margaretha Gunawan 58 tahun (istri Rudyanto); Dian 40 tahun (anak Rudyanto dan Margaretha); dan Budyanto Gunawan 69 tahun (ipar dari Rudianto).
Kondisi keempat jenazah yang ditemukan dengan lambung kosong tanpa sisa makanan membuat dugaan penyebab kematian akibat kelaparan mencuat. Namun begitu, polisi masih belum bisa memastikan penyebabnya.
Penyebab Mati Kelaparan Masih Diragukan
Misteri penyebab kematian empat orang dalam satu keluarga yang ditemukan di Perumahan Citra Garden, Kalideres, Jakarta Barat pada Kamis 10 November malam lalu masih teka-teki. Isu penyebab tewasnya satu keluarga ini karena faktor kelaparan mencuat seiring fakta yang ditemukan di lapangan.
Kapolsek Kalideres AKP Syafri Wasdar mengatakan, berdasarkan hasil autopsi memang pada tubuh korban tidak ada masuk makanan dalam kurun waktu dua hari atau lebih. Namun, kondisi seperti itu belum tentu menjadi penyebab kematian.
"Menurut dokter bahwa jenazah yang dilakukan pemeriksaan dalam keadaan begitu. Kemudian kemarin yang disampaikan bahwa tidak ditemukan sisa atau bekas makanan di lambung, itu keterangan sementara, belum tentu menjadi penyebab kematian," kata dia di Jakarta, Sabtu (12/11/2022).
Syafri meluruskan, anggapan orang-orang tentang latar belakang korban yang tinggal di pemukiman dan bisa menderita kelaparan mungkin harus didalami. Namun, keterangan yang diterima kepolisian para korban memiliki kerpibadian tertutup.
"Orang-orang menganggap 'oh dia tinggal di pemukiman, kenapa bisa kelaparan?' Karena kelaparannya bukan berarti tidak ada makanan, tapi keluarga itu tertutup sehingga tidak ada yang tahu kalau dia kekurangan makanan," ujar dia.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi menyampaikan, pihaknya masih menunggu hasil dari kedokteran forensik maupun laboratorium forensik untuk mengungkap penyebab kematian secara akurat.
"Artinya, diksi kematian disebabkan karena kelaparan itu belum bisa di pertanggung jawabkan," kata dia dalam keterangan tertulis, Sabtu (12/11/2022).
Hengki menerangkan, Ditreskrium Polda Metro Jaya bersama Polres Metro Jakarta Barat menggunakan dua metode penyelidikan untuk mengusut kasus ini.
Adapun, metode induktif seperti olah TKP, pemeriksaan dari dokter forensik dan laboratorium forensik termasuk laboratorium cyber terkait alat bukti elektronik yang diperoleh.
"Kami masih mendalami segala macam kemungkinan sebab dan motif dari kejadian ini," ujar dia.
Wali Kota Jakarta Barat, Yani Wahyu Purwoko meminta masyarakat tidak berasumsi terkait penyebab kematian satu keluarga di dalam rumah Perumahan Citra Garden, Kalideres.
"Kita ini jangan sampai terjebak oleh diksi tentang kelaparan ya," kata Wahyu, Sabtu (12/11/2022).
Yani mengatakan, hasil pemeriksaan autopsi salah satu cara untuk mengungkap penyebab kematian para korban. Namun, bukan hanya dilihat dari sisi sari-sari makanan.
"Tapi juga zat-zat yang ada di dalam kandungan," ujar dia.
Yani membeberkan kembali hasil penyelidikan di antaranya tidak ditemukan bahan pangan di area rumah.
"Galon-galon air tidak ada. Dan di dalam kulkas yang ada juga kosong," ujar dia.
Tapi, kata dia bukan berarti korban tidak memiliki pangan. "Karena sebelahnya juga tetangganya jualan dan rumahnya juga kita lihat seperti ini ya," tandas dia.
Termasuk Keluarga Mapan
Kerabat juga meragukan bahwa satu keluarga yang tewas di Kalideres ini karena kelaparan. Bukan tanpa alasan, Handoyo pun mengungkap latar belakang perekonomian para korban.
Handoyo merupakan salah satu ipar dari empat orang korban. Bersama istrinya Ris Astuti, dia diperiksa sebagai saksi di Polsek Kalideres, Sabtu (12/11/2022).
"(Ekonomi) biasa-biasa saja, yang saya tahu ibunya dulu jualan kue, bapaknya kerja kantor, tapi anaknya saya tidak tahu kerja apa lupa," kata dia di Polsek kalideres, Sabtu (12/11/2022).
Handoyo mengatakan, dia justru kaget kala mendengar isu korban meninggal akibat kelaparan.
"Kenapa dia tidak menghubungi saudara atau mungkin minta tolong tetangga tapi tidak ada sama sekali, sehingga kita juga kaget baru tahu kalau sampai begitu parahnya," ujar dia soal satu keluarga tewas di Kalideres itu.
Handoyo mengakui jarang berkomunikasi dengan korban. Seingatnya, sekira 20 tahun lalu dia berkomunikasi dengan korban. Tapi komunikasi dengan istrinya terakhir beberapa tahun lalu.
"Istri saya hubungi selamat ulang tahun begitu, tapi itu dibales, direspons. Mungkin tahun-tahun lalu ya," ujar dia.
Sementara itu, Ris Astuti menambahkan, para korban secara ekonomi tergolong cukup. Selama ini, Ris tak pernah mendengar para korban mengeluh tidak punya makanan.
Bahkan, waktu tinggal di Gunung Sahari mereka suka memberikan bingkisan kepada keluarga berupa makanan atau baju.
"Kalau kita ultah kirimin paket," ujar dia.
Ketua RT 07 Perumahan Citra Garden Raya 1 Extencion, Kalideres, Jakarta Barat meragukan isu yang menyebutkan bahwa kematian empat anggota keluarga tersebut akibat kelaparan.
"Saya katakan lagi, ini keluarga mapan. Punya mobil punya motor dan bukan penerima keluarga bansos," tegas Ketua RT 07, Asiung dalam wawancaranya, Minggu (13/11/2022).
Tidak hanya itu, Asiung juga menjelaskan sekeluarga yang tewas itu terbilang tertutup baik dari segi kegiatan RT maupun interaksi dengan warga sekitarnya.
"Saya sebagai ketua RT, dan warga juga melihat ini warganya tertutup. Dari awal ke sini," papar Asiung
"(Kegiatan RT) jarang ikut, kita juga tidak bisa memaksa," tambah dia.
Kendati, dia juga tidak terlalu mengatahui apabila keluarga tersebut memiliki masalah internal. Karena menurutnya hal itu merupakan privasi masing-masing.
Advertisement
Misteri Bedak dan Kapur Barus
Polisi telah melakukan olah TKP kasus kematian satu keluarga dalam rumah di Perumahan Citra Garden, Kalideres, Jakarta Barat. Dari kegiatan tersebut, polisi mengamankan sejumlah barang bukti di antaranya sisa bedak dan kapur barus.
Kapolsek Kalideres AKP Syafri Wasdar membeberkan, sejumlah barang bukti yang disita antara lain berupa telepon genggam, dan beberapa catatan. Adapun, catatan berisi struk belanjaan diduga milik para korban.
"Itu catatan biasa. Bon bekas dia hari-hari, itu sudah lama, tahun 2021," ujar dia, Jakarta, Sabtu (12/11/2022).
Syafri menerangkan, polisi juga menemukan sisa-sisa bedak bayi dan kapur barus. Menurut keterangan dari dokter, barang-barang itu biasa dipakai untuk menghilangkan bau tak sedap.
"Ditemukan ada beberapa bekas bedak bayi dan kapur barus, menurut dokter, itu untuk menghilangkan bau," ujar dia.
Namun, Syafri belum menjelaskan hubungan benda-benda itu dengan kematian korban. Sebab, belum ada penjelasan dari dokter terkait waktu kematian para korban.
"Karena dokter belum mengatakan kematian itu kapan. Jadi belum tahu," ujar dia.
Ketua RT setempat, Asiung mengaku menemukan kapur barus serta lilin di dalam rumah tersebut. Benda-benda itu ditemukan tergeletak di atas meja makan kediaman itu. Lilin dan kapur barus itu ditemukan saat polisi kembali mendatangi lokasi kejadian pada Jumat (11/11) pagi.
"(Kapur barus) ada di meja, sama lilin," kata Asiung kepada wartawan, Sabtu (12/11).
"Ya di meja makan, ditaruh kapur barusnya di piring, taruh di mangkok," sambungnya.
Ia menjelaskan, posisi lilin serta kapur barus tersebut paling dekat jaraknya dengan jenazah dari seorang paman.
"(Paling deket) ya posisi ruang tengahlah, paman ya berarti," katanya.
Saat ditanyakan apakah kapur barus itu untuk menghindari bau tidak sedap, Ketua RT mengaku tidak tahu akan hal itu. Namun terkait dengan lilin, dia menduga karena listrik itu sudah dipersilakan untuk diputus oleh pihak keluarga sebelum meninggal.
"(Apa mungkin menghindari bau) ya saya enggak ngerti, enggak paham. Tapi ada lilin kemarin itu kan mau diputus (listrik), itu gelap," katanya.
Korban Hubungi PLN Minta Listrik Diputus
Kapolsek Kalideres AKP Syafri Wasdar menerangkan, penyidik telah memeriksa telepon genggam yang disita sebagai barang bukti.
Berdasar barang bukti itu, diketahui korban sempat menghubungi petugas PLN agar memutus aliran listrik di rumahnya. Jejak komunikasi terekam pada 4 Oktober 2022.
"Dia (korban) yang menghubungi pihak PLN untuk minta diputus aliran listriknya. Itu tanggal 4 Oktober," kata Syafri, Jakarta, Sabtu (12/11/2022).
Dia mengatakan, pihak PLN menghubunginya kembali pada 22 Oktober 2022. Namun, tak mendapat respons.
"Chat ke sana centang satu jadi tidak ada jawaban," jelas dia.
Syafri menduga, kematian korban terjadi tiga minggu lalu terhitung dari komunikasi dengan PLN. Temuan itu diperkuat dengan hasil autopsi. Adapun, perkiraan kematian sekira 3 minggu lalu.
"Berarti benar kurang lebih 3 minggu," ujar dia.
Dia menerangkan, pihak PLN yang berkomunikasi dengan salah satu korban sudah dimintai keterangan sebagai saksi.
"Iya sudah periksa," ujar Syafri.
Sebelumnya, Ketua RT setempat, Asiung mengungkap permasalahan korban dengan PLN. Dia mengatakan rumah korban terlihat gelap.
Asiung sempat menanyakan kepada salah satu korban, kenapa rumah itu tidak ada penerangan, apakah karena memang rumah itu sudah dijual.
"Dijawab tidak om. Selesai kan. Saya melihat di sekitar itu rumah saya di seberang rumahnya gelap. Makanya saya telepon," ujar Asiung.
Berdasarkan percakapan pesan (chat) yang diperlihatkan, Asiung melakukan komunikasi terkait dengan kelistrikan terhadap salah satu korban bernama D pada 31 Agutus 2022 lalu. Lalu untuk terakhir korban itu terlihat online pada 4 Oktober 2022.
Menjauh dari Keluarga dan Cenderung Menutup Diri
Polisi telah memeriksa dua orang kerabat dari satu keluarga yang ditemukan meninggal di sebuah rumah Perumahan Citra Garden, Kalideres, Jakarta Barat pada Kamis 10 November 2022. Kedua saksi yakni Ris Astuti dan Handoyo diperiksa di Polsek Kalideres, Sabtu (12/11/2022).
"Hari ini datang kemari untuk memberikan keterangan atas kejadian yang ada di Kalideres ini karena ini adik kandung dari korban yang ada di satu keluarga di Kalideres ini," kata Kapolsek Kalideres AKP Syafri Wasdar di kantornya, Jakarta.
Syafri menjelaskan sesuai dengan yang disampaikan pihak keluarga. Menurut mereka, para korban terkesan menjauhkan diri dari keluarga inti.
Adapun, salah satu saksi menjelaskan terakhir berkomunikasi dengan korban lebih kurang satu tahun lalu. "Komunikasi via telepon, dan untuk bertemu lebih dari 5 tahun lalu dan itu hanya sebatas mengucapkan selamat ulang tahun," ujar dia.
Syafri menerangkan, kepribadian para korban juga diungkap oleh sejumlah saksi dari warga sekitar dan Ketua RT.
Pengakuan mereka, keluarga ini memang tertutup dan tidak berkomunikasi dengan warga sekitar.
"Jadi untuk bersosialisasi dengan masyarakat dia tidak pernah itu berdasarkan keterangan saksi yang kita mintai keterangan warga termasuk pak RT," ujar dia.
Bahkan, kata Syafri Petugas Jumantik tidak diizinkan masuk ke rumah pada September 2022.
"Padahal, Petugas Jumatik datang ingin cek keadaan rumah," ujar dia.
Sementara itu, Handoyo salah satu kerabat korban mengatakan, perekonomian kakak iparnya tidak bisa dikatakan sebagai orang yang kesulitan finansial. Meski, dia mengakui perekonomian mereka biasa-biasa saja.
"Kalau saya tahu biasa-biasa saja ya (ekonominya) yang saya tahu ibunya dulu jualan kue, bapaknya kerja kantor. Tapi anaknya saya tidak tahu kerja apa. Iya (enggak dibilang susah)," kata Handoyo, Jakarta, Sabtu (12/11/2022).
"Saya juga sudah lupa (kerja kantor dimana)," sambung dia.
Karena itu, dia mengaku kaget saat mendapatkan kabar keluarganya meninggal dunia dengan kondisi tidak ditemukan makanan dan minuman dalam lambungnya.
"Kita justru kaget ya kalau memang dia tidak mampu, kenapa dia tidak menghubungi saudara atau mungkin minta tolong tetangga. Tapi tidak ada sama sekali, sehingga kita juga kaget baru tahu kalau sampai begitu parahnya," ungkap Handoyo.
Ketua RT setempat, Asiung mengungkapkan bahwa satu keluarga yang ditemukan tewas itu memang memiliki kepribadian yang sangat tertutup.
"(Keseharian) Sangat tertutup, tidak ada komunikasi. Itu pun kalau saya ada kegiatan lingkungan saya baru panggil gedor-gedor, keluar. Ini ada misalnya pendataan BPS, atau penyemprotan DBD desinfektan kemarin covid saya semprot baru keluar," kata Asiung kepada wartawan di lokasi, Jumat (11/11/2022).
Asiung bahkan menyebut tidak mengetahui apa pekerjaan mereka. Padahal, korban sudah tinggal di kawasan itu selama 20 tahun. Mereka juga disebut tidak tergabung dalam grup WhatsApp RT setempat.
"Terakhir, saya ketemu anak sama ibunya tiga bulan yang lalu," ujarnya.
"(Aktivitas) Kadang-kadang pakai motor, kadang-kadang pakai mobil. Jarang berjalan kaki. Pagi biasanya keluar buat ke pasar. Terakhir tiga bulan yang lalu saya lihat," tambahnya.
Meski sudah lama tidak bertemu dengan para korban, komunikasi keduanya itu tetap berjalan. Terutama, pada saat Asiung menanyakan kondisi rumahnya yang dilihatnya sempat gelap. Apalagi, sempat dilihat adanya mobil boks yang masuk ke garasi rumah.
"Tidak ada (curiga), biasa-biasa aja. Kurang lebih 5 September, saya ngelihat itu kemarin ada mobil boks mengeluarkan barang kayak perabotan. Itu yang dilihat mbak saya kurang lebih 1,5 bulan pastinya. Perabotan lemari es, AC mbak saya langsung ke dalem," ucapnya.
Tetangga Beberkan Perubahan Sikap Korban
Seorang tetangga bernama Tio Siu Hoa mengamati perubahan pada keluarga Rudyanto Gunawan, K. Margaretha Gunawan, Budyanto Gunawan (69), dan Dian (42). Tio mengaku telah 20 tahun hidup bertetangga dengan korban.
Dia bercerita, sewaktu masih momong anak beberapa kali mampir ke rumah korban. Selama itu, Tio mengaku tak melihat perilaku yang aneh.
"Tapi sekarang ketutup. Jadi kan kalau ketemu, saya tegur orangnya ya tegur sapa," ujar dia di lokasi, Sabtu (12/11/2022).
Menurut Tio, rasa penasaran muncul ketika K. Margaretha Gunawan dan Dian mulai jarang terlihat. Sementara Rudyanto Gunawan masih suka mondar-mandir ke rumah itu.
Tio mencoba bertanya keberadaan mereka ke Rudiyanto. Namun, dijawab mereka semua telah pindah.
"Saya tanya mamanya ke mana? Bapak jawab pindah. Saya pikir dah pindah nih tinggal dia (Rudiyanto) sendirian. Saya pikir dia datang ke sini ngecek rumah kali yah apa rumahnya mau dikontrakin atau mau dibetulin kan ga tahu," ucap Tio.
Tak cuma itu, satu-persatu kendaraan yang terparkir menghilang. Biasa, mobil dipakai mereka pergi ke pasar atau supermarket.
"Justru itu mobil juga tidak ada. Kadang-kadang datang pakai sepeda motor, belakangan sepeda motor tidak ada, si bapak jalan kaki," ujar dia.
Seingatnya, keanehan-keanehan terjadi dari Februari 2022 hingga Maret 2022. Apalagi, pada periode itu hidung pernah sesekali mencium aroma tak sedap. Namun, begitu dihiraukan. Sebab, Tio merasa sumber bau kemungkinan dari bangkai tikus.
"Bau juga cuma baunya gak begitu nyengat kayak begini, saya pikir bau bangke nih saya diemin," ujar dia.
Tio mengatakan, ia kemudian menyuruh seorang tukang untuk menemukan bangkai tikus yang diduga jadi penyebab munculnya bau.
"'Bang tolong ke atas’ cek genteng yah ‘gaada tikus bu’ Saya tidak tahu bau mayat. Terus tukangnya bilang begini ‘buk nanti kalau udah lama dah hancur hilang’ benar hilang tuh," kata Tio.
Singkat cerita, Tio kembali menghirup bau serupa pada beberapa hari terakhir. Kali ini, yang dirasakan aroma lebih menyengat bahkan sampai masuk ke dalam kamar. Ternyata, ada empat jenazah di dalam rumah tersebut.
"Makanya saya tidak tahan. Terus saya lapor rt, ‘pak RT tolong yah runding sama RW, ini rumahnya bau nih’. Saya bilang, tolong dicekin," ujar dia.
Advertisement
Pemerintah Ingatkan Pentingnya Interaksi Sosial
Wali Kota Jakarta Barat, Yani Wahyu Purwoko, mengingatkan penting bersosialiasi dengan lingkungan sekitar. Hal itu ia katakan usai mendatangi kediaman satu keluarga yang meninggal di dalam rumah Perumahan Citra Garden, Kalideres, Jakarta Barat.
Yani mengatakan, pihaknya mendapat informasi dari RT/RW bahwa keluarga korban dikenal tertutup dan jarang berinteraksi.
"Ini menjadi pembelajaran bagi kita semua. Makanya saya harapkan kepada semuanya bahwa interaksi sosial itu sangat penting," kata dia, Sabtu (12/11/2022).
Yani menerangkan, interaksi sesama warga perlu demi menumbuhkan kepekaan dan rasa kebersamaan sehingga bisa timbul kepedulian untuk saling membantu.
"Minimal interaksi sosial itu pada tetangga terdekat, agama saja kan juga menekankan pentingnya silaturahmi," ujar dia.
Apalagi berinterasi dengan RT dan RW. Menurut dia, mereka punya peran yang strategis untuk memantau situasi kondisi di masyarakat. Apabila ada warga kekurangan secara pangan, membutuhkan pendidikan atau kesehatan bisa direkomendasi ke Pemerintah Kota.
"Atas dasar rekomendasi itu pemerintah dengan cepat membantu. Apalagi pemerintah telah menggulirkan berbagai macam program dalam rangka penguatan melakukan pelayanan kepada masyarakat, baik itu di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan," ujar dia.
Yani mengarapkan, warga meningkatkan interaksi sosial di manapun tinggal entah di permukiman atau di perumahan elit.
"Karena itu adalah keniscayaan, kita makhluk sosial. Jadi ini menjadi tanggung jawab bersama," ujar dia.
Yani menceritakan, situasi di rumah korban saat itu dalam keadaan gelap. Bahkan, ketua RT sempat menduga para korban sudah pindah. Terlihat dari pagarnya dan pintu yang sudah digembok.
"Warga sekitar mencurigai wah ini ada orangnya tidak, pindah gitu kan, tau-tahunya terjadi," ujar dia.
Dia mengatakan, kematian para korban baru diketahui ketika petugas PLN hendak memberikan surat peringatan karena penghuni telat melakukan pembayaran listrik.
"Diantar oleh RT ternyata ada bau tak sedap," ujar dia.