Isu Kerja Sama Pemerintah-Swasta Perlu Diperkuat oleh Pebisnis G20

Isu kesehatan, penekanan emisi karbon, energi terbarukan, hingga transformasi digital memerlukan kolaborasi kedua belah pihak yaitu pemerintah dan swasta.

oleh Arief Rahman H diperbarui 14 Nov 2022, 19:15 WIB
Acara pembukaan Indonesia Net Zero Summit 2022 yang digagas oleh Kadin Indonesia dalam rangkaian acara B20 Summit di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Bali pada Jumat (11/11/2022). (Liputan6/Benedikta Miranti)

Liputan6.com, Jakarta - Isu kerja sama antara pemerintah dan perusahaan swasta menjadi salah satu bahasan dalam forum pebisnis G20 atau B20. Inisiatif ini dinilai perlu diperkuat lagi kedepannya.

Pengamat dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P Sasmita memandang kalau isu ini jadi salah satu yang bisa mendorong investasi. Syaratnya, pebisnis kelas dunia perlu menaruh perhatian agar lebih mendetail.

"Investasi berupa public private patnership investment sangat krusial, terutama jika dikaitkan dengan isu utama yang dibawa pada G20 kali ini," kata dia kepada Liputan6.com, Senin (14/11/2022).

Menurutnya, isu kesehatan, penekanan emisi karbon, energi terbarukan, hingga transformasi digital memerlukan kolaborasi kedua belah pihak. Sehingga pada akhirnya bisa mencapai tujuan isu-isu prioritas di Presidensi G20 Indonesia kali ini.

"Semuanya memerlukan kolaborasi pemerintah dan swasta, karena membutuhkan nominal investasi yang tidak sedikit. Karena itu, pola-pola public private patnership investment ini perlu dibuat sampai mendetail, terutama untuk Indonesia, agar investor-investor global bisa segera terlibat di Indonesia," bebernya.

Ronny memiliki pandangan kalau tiga isu utama di G20 kali ini cukup tepat dan kontekstual sebagaimana yang dihadapi dunia kali ini. Namun, di sisi lain, imbas dari hal ini bakal terasa di sektor-sektor tertentu saja.

"Isu kesehatan terkait erat dengan sektor kesehatan secara komersial di satu sisi dan kesehatan sebagai barang publik di sisi lain. Di mana berbagai aturan main yang terkait dengan kesehatan publik akan berpengaruh pada aktivitas ekonomi. Isu ini muncul tentu karena pandemi yang melanda dunia selama dua tahun belakangan," papar dia.

Sementara itu, di sisi energi terbarukan, menurutnya ada peluang investasi yang produktif di Indonesia. Ini bukan hanya soal komoditas nikel yang jadi tumpuan.

"Tapi juga dari sisi urgensi transisi ke energi terbarukan secara bertahap bagi Indonesia agar ketergantungan pada BBM Impor bisa dikurangi dan ketergantungan pada penggunaan energi kotor juga bisa dikurangi," terangnya.

 


Hadapi Ancaman Resesi

Suasana arus lalu lintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (5/11/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 minus 3,49 persen, Indonesia dipastikan resesi karena pertumbuhan ekonomi dua kali mengalami minus. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Kendati begitu, Ronny melihat kalau ada isu yang belum tertangkap jelas dalam forum bisnis B20 ini. Sebut saja soal upaya anggota G20 dalam menghadapi ancaman resesi global.

"Bagaimana fluktuasi harga komoditas global bisa dikendalikan, Bagaimana efek perang suku bunga bisa dinetralisasi secara kolektif, misalnya," kata dia.

Kemudian, isu mengenai rantai pasok global di sektor strategis. Ronny menyebut, mengenai rantai pasok pangan tidak terlalu terdengar di forum ini.

"Dan yang juga tak kalah penting, soal isu bagaimana G20 memfasilitasi agar tensi geopolitik antara Amerika dan China bisa dinetralisasi, agar tidak berimbas negatif pada perekonomian global," pungkasnya.

 


Positif Bagi Investasi

Sebagai Presidensi G20, Indonesia mulai menggelar berbagai pertemuan tingkat tinggi di Bali (dok: Ilyas)

Ekonom dari Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengungkap kalau bahasna di forum bisnis G20 atau B20 telah sesuai dengan arah dunia kedepan. Harapannya, ini bisa memberikan hal positif mengenai investasi ke dalam negeri.

Untuk diketahui, forum B20 telah mencapai puncaknya. Topik pembahasannya meliputi peluang investasi yang ramah lingkungan, industri kesehatan, hingga energi baru terbarukan (EBT).

Eko memandang topik-topik itu jadi hal penting kedepannya. Apalagi, dibarengi dengan kebijakan yang sesuai dalam mendukung dunia usaha.

"Kalau menurut saya isu yang diangkat B20 udah tepat, sejalan dengan tren bisnis ke depan yang lebih mengarah ke keberlanjutan lingkungan, kesehatan dan energi terbarukan," kata dia kepada Liputan6.com, Senin (14/11/2022).

Hal ini akan semakin berdampak positif jika bisa didukung oleh sektor keuangan. Sehingga pertumbuhan sektor bisnis akan semakin pesat.

"Maka mau tidak mau sektor bisnis akan mengikuti karena sumber dananya dari sektor keuangan. Jadi, harusnya positif bagi investasi," ungkapnya.

 


Keterlibatan UMKM

Sementara itu, Eko menekankan hal yang kurang menjadi perhatian dalam B20. Yakni aspek keterlibatan UMKM dan kerja sama antar perusahaan besar dan UMKM.

Menurut dia, topik ini perlu jadi perhatian penting. Sebab, Indonesia dan negara berkembang lainnya banyak ditopang oleh tumbuhnya UMKM.

"Kalau untuk Indonesia dan negara berkembang, sebenarnya isu kemitraan antara usaha UMKM dan usaha besar perlu juga dibahas di forum bisnis G20, sehingga ekonomi kedepan tidak makin timpang," ujarnya.

Infografis KTT G20 Bali Tanpa Putin & Zelensky, Daftar Hadir Pemimpin Negara (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya