Kemenkes Harap Pandemic Fund Putus Kesenjangan Pembiayaan Global

Pandemic Fund diharapkan dapat memutus kesenjangan pembiayaan global.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 15 Nov 2022, 09:45 WIB
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia Maxi Rein Rondonuwu saat puncak Pekan Imunisasi Dunia 2022 di Gedung Kemenkes RI Jakarta pada 22 April 2022. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Bali Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia berharap adanya Pandemic Fund (Dana Pandemi) yang telah disepakati dalam Presidensi G20 Indonesia dapat memutus rantai kesenjangan pembiayaan global. Diharapkan pula dengan komitmen Pandemi Fund, negara di dunia dapat bersiap menghadapi pandemi di masa depan.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu menyampaikan sudah lebih dari US$1,4 miliar komitmen finansial Pandemic Fund dikontribusi oleh 24 donor, baik dari negara G20, negara non-G20, dan lembaga filantropi. 

Komitmen pendanaan pandemi juga berpeluang akan terus bertambah seiring peningkatan kepercayaan dan minat global untuk berkontribusi pada Pandemic Fund. Komitmen penggalangan Dana Pandemi termasuk bagian dari penguatan Arsitektur Kesehatan Global yang disuarakan dalam Presidensi G20 Indonesia tahun 2022.

“Ini sangat penting bagi saya dalam hal Arsitektur Kesehatan Global. Kami berharap Pandemic Fund bisa memutuskan kesenjangan kritis dari pembiayaan global dalam Pandemic Prevention, Preparedness, and Response (PPPR),” kata Maxi saat G20 Side Event bertajuk, Redesigning Pandemic Prevention, Preparedness, and Response: Lessons Learned and New Approaches di Conrad Hotel, Nusa Dua Bali, Bali pada Senin, 14 November 2022.

“Inilah (Pandemic Fund) yang kita butuhkan untuk mengatasi pandemi di masa depan. Pandemic Fund ini dikoordinasikan oleh World Bank dan World Health Organization (WHO). Tentunya, ini menjadi langkah kita bersama sebagai upaya kesiapsiagaan dan merespons pandemi.”

Kehadiran Pandemic Fund dilatarbelakangi pembelajaran dari terpaan pandemi COVID-19, bahwa banyak negara, terutama negara-negara berpenghasilan rendah - menengah ke bawah tidak mampu mengakses vaksin, alat kesehatan, dan diagnostik. Ini karena keterbatasan pembiayaan.

“Dengan latar belakang kita menghadapi pandemi, saya kira (Pandemic Fund) sejumlah US$1,4 miliar bisa lebih baik dalam mengatasi pembiayaan pandemi dan kita belajar merespons bagaimana penguatan kesehatan global,” lanjut Maxi.


Dana Pandemi Terus Berlanjut

Seorang wanita berlutut di depan sebuah gereja tertutup, meskipun yang lain mengizinkan pengunjung terbatas, di Mexico City tengah (12/2/2021). Walikota Mexico City mengumumkan Jumat bahwa ibu kota akan menurunkan tingkat peringatan pandemi COVID-19 dari merah menjadi oranye. (AP Photo/Rebecca Black

Indonesia memiliki kekuatan Kepresidensian G20 yang sangat kuat untuk memajukan riset dan manufaktur, khususnya di negara-negara berkembang serta komitmen penggalangan dana pandemi. Diharapkan implementasi penggunaan dana pandemi secara jelas dapat berlanjut dalam Kepresidensian India tahun 2023.

“Pada Presidensi G20 Indonesia, kami telah membuat beberapa kemajuan untuk memperluas riset manufaktur dan pusat penelitian. Ini akan bermanfaat memperkuat Arsitektur Kesehatan Global kami,” Maxi Rein Rondonuwu menambahkan.

“Kami juga berupaya untuk penggalangan Dana Pandemi. Saya harap Pandemic Fund akan terus berlanjut di Kepresidensian India tahun depan dan akan dapat mampu memengaruhi negara-negara lain yang ingin ikut berkontribusi bersama.”

Maxi mengakui komitmen membentuk Pandemic Fund tidaklah mudah. Pembahasan ini mulai dilakukan sejak Kepresidensian G20 Arab Saudi, kemudian Presidensi G20 Italia pada tahun 2021. 

Akhirnya, tongkat keberlanjutan pembentukan Pandemic Fund, yang sebelumnya dikenal dengan nama Dana Perantara Keuangan (Financial Intermediary Fund/FIF) resmi diluncurkan pada Kepresidensian G20 Indonesia tahun 2022.

“Ini bukan tugas yang mudah, tetapi kami pikir, Dana Pandemi ini merupakan cara terbaik dan sebuah terobosan dalam mekanisme pembiayaan berkelanjutan untuk pandemi PPR,” terang Maxi yang juga Ketua (Chair’s) ‘1st Health Working Group G20’ bidang Kesehatan.

“Saya senang berbagi kepada Anda sekalian, bahwa kita harus mampu mengembangkan Dana Perantara Keuangan Baru atau lebih dikenal sekarang dengan nama Pandemic Fund yang dipegang oleh World Bank dan di bawah koordinasi WHO.”

“Saya senang kita benar-benar menerapkan Dana Pandemi, yang mana kita belajar dari bagaimana sulitnya ‘bertempur’ melawan COVID-19. Respons kesehatan global lewat pembiayaan dana pandemi harus kita pelajari.”


Kesiapsiagaan Krisis di Masa Pandemi

Karyawan toko berdiri di pintu masuk melayani pembeli, yang tidak diizinkan memasuki toko di pusat Mexico City (12/2/2021). Walikota Mexico City mengumumkan Jumat bahwa ibu kota akan menurunkan tingkat peringatan pandemi COVID-19 dari merah menjadi oranye. (AP Photo/Rebecca Blackwell)

Ditegaskan kembali oleh Maxi Rein Rondonuwu, Pandemic Fund demi kesiapsiagaan krisis di masa pandemi. Penggalangan dana juga untuk pembiayaan pandemi secara berkelanjutan di masa depan. 

“Kita belajar dari pandemi COVID-19, pembiayaan untuk pencegahan pandemi dan kesiapsiagaan merespons pandemi sangat dibutuhkan. Tentunya, untuk mengatasi kritis,” jelasnya.

“Pendekatan investasi keuangan ini dapat menjadi komitmen bersama dan kami berharap semakin banyak negara di Negara G20 atau negara non-G20, dan filantropis ikut berkontribusi dalam penggalangan Dana Pandemi.”

Respons global dengan adanya mekanisme Pandemic Fund diharapkan memperluas akses ketahanan kesehatan, baik di negara maju maupun negara berkembang. Pembelajaran berharga dari pandemi COVID-19 harus benar-benar dimaknai.

“Dari pandemi COVID-19, kita belajar pengalaman yang sangat berharga. Dunia akan kekurangan investasi dalam pandemi, kesiapsiagaan dan respons bila kita tidak siap,” tutur Maxi.

“Seperti yang telah kita alami, saling membantu dan berbagi saat kesiapsiagaan krisis demi kebangkitan ekonomi pasca pandemi itu penting dilakukan. Intinya, lebih penting bagaimana kita mempersiapkan diri untuk pandemi berikutnya, karena pandemi kan berdampak tidak hanya kesehatan, tapi juga ekonomi, sosial dan lainnya.”


Jembatani Kerja Sama Lintas Sektor

Petugas mengenakan alat pelindung diri saat memonitor pemindai suhu di Stasiun Hankou, Wuhan, Provinsi Hubei, China, Rabu (8/4/2020). Setelah 11 minggu lockdown, layanan kereta di kota yang menjadi titik awal pandemi virus corona COVID-19 ini kembali beroperasi. (AP Photo/Ng Han Guan)

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Pandemic Fund akan ditargetkan sebagai katalisasi untuk sumber dana jangka panjang bagi penanggulangan pandemi, insentif bagi negara untuk meningkatkan investasinya terhadap Prevention, Preparedness, and Response, serta penguatan koordinasi antar organisasi Internasional.

“Dana Pandemi akan memainkan peran kunci dalam menjembatani kerja sama di antara anggota G20 baik negara maju maupun berkembang, anggota non-G20, dan pemangku kepentingan, termasuk filantropi, sektor swasta, dan organisasi masyarakat sipil,” katanya dalam keterangan resmi, Senin (14/11/2022).

Pandemic Fund yang pada awalnya dikenal dengan The Financial Intermediary Fund for Pandemic Prevention, Preparedness, and Response (FIF-PPR), secara resmi diluncurkan oleh Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi), dalam rangkaian KTT G20 Presidensi Indonesia di Bali.

Perihal pembiayaan yang dibutuhkan sebesar USD31,1 miliar untuk PPR pandemi berdasarkan hasil studi World Bank, WHO, Presidensi G20 Indonesia melalui Gugus Tugas Gabungan Keuangan-Kesehatan G20 telah memberikan hasil yang konkret dengan dibentuknya Pandemic Fund pada 8 September 2022. 

Hingga kini, lebih dari US$1,4 miliar komitmen finansial telah disampaikan oleh 24 donor baik dari negara G20, negara non-G20, dan lembaga filantropi. Komitmen ini diharapkan akan terus bertambah seiring peningkatan kepercayaan dan minat global untuk berkontribusi pada dana tersebut.

Dana pandemi ini akan dikelola bersama oleh para kontributor dan perwakilan penerima, dan mitra lainnya dengan menggunakan mekanisme pengelolaan World Bank atau disebut sebagai Wali Amanat (Trustee).

Terkait pengaturan strategis Pandemic Fund, termasuk peruntukan pendanaan dan tata kelola Dana Pandemi, dilakukan oleh Dewan Pengelola (Governing Board) yang dipimpin oleh co-chairs Chatib Basri dari Indonesia dan Daniel Ngajime selaku Menteri Kesehatan Rwanda. Sementara untuk panduan teknis pelaksanaan termasuk kesekretariatan akan melibatkan WHO.

Infografis KTT G20 Bali Tanpa Putin & Zelensky, Daftar Hadir Pemimpin Negara (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya