Liputan6.com, Jakarta - B20 Summit Indonesia 2022 yang merupakan bagian dari KTT G20 sukses diselenggarakan, dan menghasilkan rekomendasi kebijakan yang dihasilkan oleh B20 Indonesia, untuk dibawa ke pada puncak KTT G20, pada 15-16 November 2022.
Rekomendasi tersebut, salah satunya mendorong inovasi untuk memulihkan pertumbuhan ekonomi pasca krisis.
Advertisement
Kedua, mendorong percepatan, transformasi digital, pemberdayaan UMKM, dan kelompok rentan. Rekomendasi ketiga, yaitu mendorong terwujudnya arsitektur pelayanan kesehatan yang lebih berkeadilan.
Pakar ekonomi dari Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal, menilai rekomendasi yang dihasilkan dalam B20 terbilang cukup komprehensif.
“Kalau melihat dari yang sudah dibahas saya rasa sudah lumayan komprehensif, kita lihat ada tiga aspek yaitu inovasi post pandemic recovery, kemudian UMKM dan kelompok rentan, dan ketiga adalah kolaborasi antar negara maju dan berkembang,” kata Fithra Faisal kepada Liputan6.com, Selasa (15/11/2022).
Selain itu, dalam forum B20, dia juga mengapresiasi Menteri Kesehatan dan Menteri Keuangan membentuk pandemic fund, kemudian diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo.
Menurut, dia pandemic fund merupakan bagian bagaimana pandemi bukan hanya tindakan dari satu atau dua negara tapi butuh kolaborasi global. Kalau ada satu negara belum sembuh dari pandemi maka akan mulai muncul lagi varian-varian baru.
Oleh karena itu, keberadaan pandemic fund dari negara maju dan berkembang bisa mengatasi dampak-dampak buruk jika terjadi pandemi lagi di masa depan.
Kendati begitu, dia mengusulkan ada satu hal yang mesti diperkuat yaitu kerangka jangka pendek bagaimana kita mengantisipasi kelangkaan supply global terutama dari bahan pangan. Diketahui bersama, setahun terakhir ini banyak negara yang kesulitan dari sisi input produksi dan komoditas, yang kemudian memicu inflasi domestik di negara-negara bersangkutan dan membuat mereka tertekan secara ekonomi.
“Penting juga kita mengantisipasi komoditas dengan memperkuat kerjasama regional juga global,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi kelangkaan bahan pangan maupun energi bisa dilakukan pemetaan antar negara. Misalnya dibuat pemetaan regional, di daerah Asia unggul dari sisi input bahan pangan, kemudian di Timur Tengah unggul dari sisi energi terutama energi-energi fosil, dan negara-negara maju unggul dalam teknologi.
“Ini harus dipetakan, terutama dalam konteks ketahanan pangan dan energi yang paling utama. Sehingga penting untuk membuat langkah-langkah antisipatif, jika terjadi kelangkaan global kita bisa punya lumbung bahan pangan maupun energinya,” ungkapnya.
Sebenarnya yang paling besar dampaknya pada dua sektor ini adalah negara-negara yang miskin, bagaimana mereka tanpa gejolak saja sudah berada dalam tekanan, apalagi ketika ada semacam gejolak yang kita tidak tahu kapan berakhir.
“Berarti harus ada antisipasi juga jangka pendek,” pungkasnya.
PM Australia Beri Selamat ke Jokowi Atas Keberhasilan Gelar B20
Pertemuan bisnis dalam G20 atau disebut B20 telah mencapai puncak pembahasan. Nantinya, berbagai hasil yang didapat akan disetor ke tingkat kepala negara di Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 di Bali, 15-16 November 2022.
Chair B20 Indonesia Shinta Wijaya Kamdani menyampaikan kalau dalam puncak B20 sudah dibahas mengenai kerja sama antara pemerintah dan perusahaan swasta. Hal ini menjadi titik baru yang dibahas di Presiden G20 Indonesia.
Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese mengucapkan selamat ke Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi), karena telah berhasil menyelenggarakan rangkaian pertemuan Bussiness 20 (B20) antara negara anggota G20.
"Mengucapkan selamat kepada presiden Widodo, dan tim tuan rumah," kata PM Anthony Albanese ketika memberikan sambutan dalam forum B20 yang diselenggarakan di Nusa Dua, Badung, Bali pada Senin 14 November 2022.
Menurut PM Australia, melalui forum itu banyak pemangku kepentingan bisnis yang bertemu dari mulai pemimpin dunia hingga pelaku bisnis raksasa yang berasal dari berbagai negara. Sehingga, membuka banyak peluang kerja sama antara pelaku bisnis dari negara-negara peserta B20.
Dengan begitu, antara pelaku usaha negara G20 dapat saling menumbuhkan berbagai inovasi yang inklusif. Melalui dukungan penuh dari pemerintah dari masing-masing negara G20 yang menyinergikannya dari berbagai elemen masyarakat.
"B20 Gathering yang mempertemukan para pemimpin bisnis berpengaruh, dari seluruh dunia. Berpijak pada semangat yang sama," katanya.
Advertisement
Respons Dampak Konflik Rusia-Ukraina
Dari pertemuan forum B20 akan merespons berbagai krisis yang sedang terjadi akibat dari konflik Rusia-Ukraina, dampak pandemi COVID-19, kejutan dalam rantai pasok global, krisis energi, hingga krisis pangan. Sehingga, seluruh negara dapat bersama-sama merespon krisis tersebut dengan cara menjalin kerja sama.
Dengan koordinasi kebijakan antara sesama negara anggota G20 akan membuat kolaborasi bisnis lintas batas. Yang nilainya bisa mencapai angka miliaran dolar ke depan.
"Seperti yang ada di ruangan ini, memiliki peran penting dalam hal itu," kata PM Australia.