Inilah Deretan Mata Uang Terburuk di Dunia Saat Ini

Profesor Ekonomi Terapan Universitas Johns Hopkins, Steve hanke menerbitkan daftar mata uang dengan kinerja terburuk tahun ini.

oleh Aprilia Wahyu Melati diperbarui 15 Nov 2022, 13:20 WIB
Mata Uang Cedi. Foto: ISSOUF SANOGO/AFP

Liputan6.com, Jakarta Kondisi dunia yang gonjang ganjing berdampak ke banyak hal, salah satunya mata uang. Pasar valuta asing mengalami perjalanan sangat sulit sepanjang  2022. Bahkan di beberapa negara, kombinasi dari tekanan geopolitik dan langkah yang salah dari bank sentral mendorong mata uang negaranya masuk ke dalam “spiral kematian.”

Apalagi keperkasaan Dolar  sepanjang tahun ini, mendorong investor berbondong-bondong menuju “safe haven” tradisional di tengah banjir goncangan geopolitik dan makroekonomi. Kondisi yang  sangat membebani banyak mata uang pasar negara berkembang.

Profesor Ekonomi Terapan Universitas Johns Hopkins, Steve hanke menerbitkan daftar mata uang dengan kinerja terburuk tahun ini. Melansir laman CNBC, Selasa (15/11/2022), Berikut daftar mata uang terburuk dunia di 2022.

3. Cedi, Ghana

Ternyata mata uang Cedi milik Ghana berada di posisi 3 teratas. Cedi mencapai rekor terendah baru terhadap dolar pada Rabu pekan lalu,  sempat berada di posisi 14,24 sebelum sedikit pulih. Di mana  memulai perdagangan tahun di lebih dari 6 cedi terhadap dolar, menurut data Refinitiv. Ini berarti greenback telah menguat lebih dari 132% terhadap mata uang negara di Afrika Barat ini.

Masalah yang menggelayuti Ghana termasuk meningkatnya biaya hidup dan beban utang yang tidak berkelanjutan yang telah memaksa pemerintah untuk meminta bantuan Dana Moneter Internasional. Sebuah langkah yang tidak seperti biasanya disetujui oleh pihak yang berkuasa dan pihak oposisi.

“Dalamnya masalah Ghana menjadi lebih mencolok ketika mempertimbangkan bahwa pejabat pemerintah bersedia mengambil pemotongan gaji besar-besaran dalam upaya untuk membebaskan sejumlah dana,” ujar Jacques Nel, Kepala Makro di Oxford Economics Afrika .

“Namun, pengorbanan finansial oleh pejabat pemerintah ini tidak boleh disalahartikan sebagai persatuan di antara para pemimpin negara, dengan oposisi terang-terangan menunggu kesepakatan IMF untuk disetujui sebelum menembak kepala Presiden [Nana] Akufo-Addo.”

Kejutan terbaru terhadap mata uang terjadi ketika Bank of Ghana membatalkan lelang valuta asing yang dijadwalkan.  Muncul protes  di ibukota Accra yang menuntut pengunduran diri presiden.

“Bank telah mengambil berbagai langkah untuk membendung spiral mata uang selama setahun, termasuk tindakan keras yang gagal terhadap penjual mata uang yang tidak berlisensi,” jelas Murega Mungai, Manajer Perdagangan di AZA Finance yang berbasis di Nairobi.

“Ini juga telah membeli dolar langsung dari perusahaan pertambangan untuk menopang cadangannya, membuat pasar kekurangan likuiditas yang sangat dibutuhkan. Dengan latar belakang itu, kami memperkirakan Cedi akan tetap di bawah tekanan dalam waktu dekat, mungkin melemah melampaui level 14,50."

Hanke mengatakan di Twitter pekan lalu bahwa cedi adalah "mata uang sampah bank sentral" dan menyarankan negara itu harus menghentikan bank sentralnya mengambil langkah untuk memulihkan ketertiban.

 


2. Peso Kuba dan Dolar Zimbabwe

Uang peso

Ternyata, penurunan cedi menjadikannya hanya mata uang dengan kinerja terburuk ketiga di dunia tahun ini. Di tempat kedua justru dipegang  peso Kuba, yang turun 56,36 persen terhadap dolar. Di belakangnya ada  Dolar Zimbabwe, yang telah kehilangan 76,74 persen nilainya terhadap dolar sejak Januari. Baik Zimbabwe maupun Kuba menderita tingkat inflasi yang sangat besar.

Hanke mengatakan pekan lalu bahwa "spiral kematian ekonomi Zimbabwe terus berputar." Badan statistik nasional ZimStat melaporkan bahwa inflasi negara mencapai 268 persen tahunan pada Oktober, tetapi perkiraan Hanke sendiri justru lebih besar mencapai  417 persen.

Mirip dengan Ghana, pihak berwenang di Zimbabwe telah berusaha untuk mendukung mata uang lokal dan melawan inflasi dengan menindak pembayaran dolar Zimbabwe. Namun Inflasi setinggi langit menjadi masalah utama di Kuba, dengan Hanke menyebut lonjakan  harga konsumen mencapai 166 persen per tahun.

 


3. Pound, Mesir

Mata Uang Pound Mesir. Foto: AFP

 Pound Mesir pekan lalu merosot ke level terendah baru terhadap dolar, meluncur ke 24,42. Mata uang ini pun masuk ke daftar 10 besar mata uang berkinerja terburuk tahun 2022 menurut Hanke.

Fitch Ratings baru-baru ini memangkas prospek kredit negara menjadi negatif mengutip posisi likuiditas eksternal yang memburuk dan risiko berkurangnya akses pasar obligasi. Sementara itu, cadangan devisa Mesir telah habis hingga di bawah USD 32 miliar di bulan Oktober dari USD 35 miliar di bulan Maret.

Fitch menyoroti bahwa masalah pembiayaan Mesir diperburuk oleh USD 6 miliar utang luar negeri yang akan jatuh tempo tahun depan dan USD 9 miliar lagi yang akan jatuh tempo pada tahun 2024.

"Meskipun kesepakatan keuangan diumumkan pada COP27 di Sharm el-Sheikh minggu ini, keluarnya asing secara keseluruhan kemungkinan akan menyebabkan Pound [Mesir] melemah lebih lanjut terhadap dolar dalam beberapa hari mendatang," kata pedagang AZA Finance Mitch Diedrick dalam laporannya. 

Mata uang lain yang ditampilkan dalam daftar pada minggu lalu termasuk Rupee Sri Lanka, Bolivar Venezuela, Leone Sierra Leone, Kyat Myanmar, Kip Laos, dan Hryvnia Ukraina.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya