Curhat Ibu Mengetahui Fakta Kematian Anaknya, Ternyata Diculik Ipar Sepupunya Sendiri

Si ibu sempat pindah ke rumah sepupunya untuk menyelamatkan diri saat akan melahirkan anaknya. Ternyata, bahaya lebih besar datang dari saudaranya sendiri.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 17 Nov 2022, 04:03 WIB
Ilustrasi Bayi Sehat Credit: pexels.com/Vam

Liputan6.com, Jakarta - Kisah memilukan menimpa seorang ibu yang tinggal di pesisir timur China. Ia baru saja mengetahui rahasia soal kematian anaknya dua dekade lalu yang ternyata adalah alibi untuk menutupi upaya penculikan oleh saudaranya sendiri.

Zhang Caihong dari Provinsi Jiangsu kini menyadari bahwa saudara ipar sepupunya telah mencuri putranya 17 tahun lalu, menurut hk01.com. Sebelum melahirkan anaknya, Zhang ketakutan mantan suami dan keluarganya akan mencelakainya sehingga ia pindah ke rumah sepupunya dengan alasan keselamatan.

Pada hari persalinan, Zhang sangat terpukul ketika saudara ipar sepupunya memberi tahu dia bahwa putranya lahir dengan cacat yang parah. Dia mengaku tak punya alasan untuk meragukan kata-kata saudari iparnya. Karena masih lemas setelah melahirkan, dia lalu meminta saudari iparnya untuk mencari bantuan dari dokter.

Dikutip dari South China Morning Post, Selasa, 15 November 2022, wanita itu memberi tahu Zhang bahwa anak laki-laki itu lumpuh di kedua kakinya dan meyakinkan Zhang untuk menyerahkan anaknya. Belakangan, sepupu Zhang memberi tahunya bahwa putranya sudah meninggal dunia. Saat itu, Zhang langsung percaya.

Belakangan, Zhang secara tak sengaja mengetahui bahwa putra yang disebut telah meninggal dunia, ternyata masih hidup. Dia bersekolah di sekolah menengah. Zhang yang gembira mulai mencari anak laki-laki itu.

Keberadaan sang putra terlacak. Dia menemukan kemiripan putranya dengan mantan suaminya. Tes DNA yang dilakukan selanjutnya memastikan bahwa anak laki-laki itu benar anaknya. 

Pada saat yang sama, dia mengetahui bahwa ibu "angkat" anak laki-laki itu adalah adik perempuan dari istri sepupunya. Setelah kebenarang terungkap, Zhang dan putranya berniat hidup bersama. Tetapi, wanita itu dan suaminya yang telah mencuri putra Zhang malah mengajukan gugatan.

 


Minta Ganti Rugi

Ilustrasi Korban Kasus Gagal Ginjal Akut Anak (Foto: Badan Perlindungan Konsumen Nasional/BPKN)

Pasangan itu menuntut Zhang membayar kembali uang yang mereka habiskan untuk membesarkan bocah itu. Jelas, Zhang menolak tuntutan tersebut dengan alasan mereka mengadopsi putranya secara ilegal.

Ia mengatakan dia juga berharap sepupunya dan istrinya dihukum karena mencuri bayinya. Kisah Zhang mengejutkan banyak orang di media sosial China.

Seorang warganet berkomentar, "Ya Tuhan, betapa malangnya jiwa Zhang. Keluarga sepupunya terlalu mengerikan."

Yang lain berkata, "Zhang pasti sangat sedih 17 tahun setelah dia kehilangan bayinya."

Data sensus Biro Statistik Nasional China pada 2021 yang dirilis pada Februari tahun lalu mengungkapkan bahwa tahun lalu rasio jenis kelamin penduduk negara itu tetap didominasi laki-laki, 723 juta orang, dibandingkan dengan 689 juta perempuan. Data tersebut mengungkapkan bahwa dalam rentang usia perkawinan tradisional 20 hingga 40 tahun terdapat 20 juta lebih banyak laki-laki.

Menanggapi kekhawatiran yang berkembang pada tren populasi ini, pemerintah China tahun lalu memprakarsai kebijakan tiga anak, menggantikan kebijakan dua anak sebelumnya yang diperkenalkan pada 2016. Sebelumnya, pasangan di China dibatasi hanya memiliki satu anak selama hampir 40 tahun.


Reuni 30 Tahun

Ilustrasi seorang ayah yang sedang cemas. (dok. unsplash/Novi Thedora)

Kisah serupa juga menimpa seorang pria China yang diculik lebih dari 30 tahun lalu. Ia akhirnya bisa kembali bersatu dengan ibu kandungnya setelah menggambar peta desa masa kecilnya dari ingatan.

Li Jingwei baru berusia empat tahun ketika dia diculik jauh dari rumahnya dan dijual ke dalam jurang perdagangan anak, demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu, 2 Januari 2022. Pada 24 Desember 2022 ia berbagi peta yang digambar tangan ke aplikasi berbagi video, Douyin, yang dicocokkan polisi dengan sebuah desa kecil dan seorang wanita yang putranya telah menghilang.

Setelah tes DNA, mereka dipertemukan kembali di provinsi Yunnan pada Sabtu, 1 Januari 2022. Rekaman video reuni menunjukkan pertemuan pasangan itu untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga dekade dan menunjukkan Li Jingwei dengan hati-hati melepas masker ibunya untuk memeriksa wajahnya sebelum menangis dan memeluknya.

"33 tahun menunggu, malam kerinduan yang tak terhitung jumlahnya, dan akhirnya peta yang diambil dari ingatan, ini adalah momen rilis yang sempurna setelah 13 hari," tulis Li di profil Douyin-nya menjelang reuni yang diantisipasi.

"Terima kasih, semua orang yang telah membantu saya bersatu kembali dengan keluarga saya."


Kerap Terjadi

Ilustrasi Foto Penculikan Anak (iStockphoto)

Li diculik di dekat kota barat daya Zhaoton, Provinsi Yunnan, pada 1989. Ia lalu dijual kepada keluarga yang tinggal lebih dari 1.800 km jauhnya. Saat tinggal di Provinsi Guangdong di China selatan, dia tidak berhasil bertanya kepada orangtua angkatnya atau berkonsultasi dengan basis data DNA tentang asal-usulnya. Dia pun beralih ke internet.

"Saya seorang anak yang menemukan rumahnya. Saya dibawa ke Henan oleh tetangga botak sekitar 1989, ketika saya berusia sekitar empat tahun," katanya dalam video, yang dibagikan ribuan kali.

"Ini adalah peta daerah rumah saya yang telah saya ambil dari ingatan," katanya sambil memegang panduan kasar desa, yang mencakup fitur seperti bangunan yang dia yakini sebagai sekolah, hutan bambu, dan kolam kecil.

Penculikan anak tidak jarang terjadi di China, sebuah masyarakat yang menempatkan nilai tinggi untuk memiliki seorang putra. Banyak anak-anak diculik pada usia muda dan dijual kepada keluarga lain. Pada 2015, diperkirakan 20.000 anak diculik setiap tahun.

Infografis peranan penting orang tua dalam pengasuhan anak (parenting) Source: Kementerian Sosial Reublik Indonesia

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya