Liputan6.com, Kapuas - Manusia sejatinya dapat hidup harmonis dengan hutan yang menjadi salah satu sumber penghidupannya. Bahkan, berbagai tanaman yang tumbuh di hutan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Kelakai contohnya, tanaman sejenis ganggang yang tumbuh di hutan rawa pulau Kalimantan ini, telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat suku Dayak di wilayah Kapuas, Kalimantan Tengah sebagai obat dan makanan.
Advertisement
Salah satunya, kripik kelakai. Makanan tersebut terbuat dari daun muda tanaman kelakai. Rasanya yang gurih dengan tekstur yang renyah, kerap membuat penikmatnya menjadi ketagihan.
Bahkan, kripik ini kerap dijadikan oleh-oleh bagi para wisatawan yang berkunjung ke tanah Borneo. Untuk harganya pun bervariatif, yakni sekitar Rp10.000 hingga Rp20.000 tergantung ukuran.
Inovasi juga dilakukan dengan menyediakan berbagai varian rasa. Mulai dari pedas, asam manis hingga asin, bahkan keripik ini kerap dijadikan hidangan asyik saat santai bersama keluarga dan teman.
Jika ingin membuatnya sendiri pun sangat mudah, Ani warga Kapuas memberikan tips untuk membuat kripik kelakai. Pertama siapkan daun kelakai muda yang telah dibersihkan.
"Masukkan daun yang telah dibersihkan ke dalam adonan tepung bumbu yang sudah dicampur telur, bawang putih, garam, ketumbar, dan kemiri. Selanjutnya digoreng menggunakan minyak yang panas. Tunggu hingga garing, kemudian angkat dan tiriskan" ungkap Ani. Jumat (19/11/2022).
Dirinya juga menerangkan, jika untuk mendapatkan kelakai dapat dijumpai di pasar tradisional wilayah Kalteng yang dibanderol dengan harga Rp2.000/ikat. Bahkan, jika enggan untuk membeli, dapat mencarinya di hutan rawa.
Namun, untuk mencari kelakai di rawa dibutuhkan kejelian, sebab tanaman yang memiliki nama latin Stenochlaena palustris ini, tumbuh di antara tanaman lain.