Indonesia, Brasil, dan Kongo Bikin Aliansi Penyelamatan Hutan Hujan Tropis

Aliansi yang dibentuk Indonesia, Brasil, dan Kongo, untuk menyelamatkan hutan hujan tropis itu diharapkan bisa menekan negara lain untuk ikut membayar biaya konservasi hutan.

oleh Henry diperbarui 16 Nov 2022, 07:30 WIB
Suku pribumi yang mengisolasi diri di hutan hujan Amazon, Brasil (Wikimedia / Creative Commons)

Liputan6.com, Jakarta - Tiga negara pemilik hutan hujan tropis terbesar di dunia yaitu Brasil, Republik Demokratik Kongo dan Indonesia memutuskan untuk berkolaborasi. Sekitar 52 persen hutan hujan tropis di dunia berada di ketiga negara tersebut.

Pada Senin, 14 November 2022, mereka secara resmi meluncurkan kemitraan untuk bekerja sama dalam pelestarian hutan. Kemitraan ini terbentuk setelah satu dekade berdiskusi untuk membentuk aliansi trilateral.

Pada Agustus 2022, Luiz Inacio Lula da Silva, yang kemudian terpilih kembali sebagai Presiden Brasil pada akhir Oktober 2022, berusaha mencari kemitraan dengan dua negara hutan hujan besar lainnya untuk menekan negara kaya agar membiayai konservasi hutan. Kerusakan hutan hujan yang cepat, yang melalui vegetasinya yang lebat berfungsi sebagai penyerap karbon, melepaskan karbon dioksida yang menghangatkan Bumi, sehingga membahayakan target iklim global. 

Menumbuhkan kembali hutan yang sebelumnya digunduli akan bermanfaat menghilangkan gas rumah kaca yang sudah ada di atmosfer. Perwakilan ketiga negara itu menandatangani pernyataan bersama pada pembicaraan di Indonesia menjelang pertemuan G20, atau Kelompok 20 negara industri, yang dimulai Selasa, 15 November 2022, di Bali.

"Kerja sama selatan-ke-selatan - Brasil, Indonesia, DRC - sangat wajar. Kita memiliki tantangan yang sama, kesempatan yang sama untuk menjadi solusi perubahan iklim," kata Menteri Lingkungan Hidup Republik Demokratik Kongo, Eve Bazaiba sebelum penandatanganan, yang dilansir dari CNN, Senin, 14 November 2022.

Dalam perjanjian itu, aliansi tersebut mengatakan bahwa negara-negara harus dibayar untuk mengurangi deforestasi dan menjaga hutan sebagai penyerap karbon. Negara-negara tersebut juga akan bekerja untuk merundingkan "mekanisme pendanaan baru yang berkelanjutan" untuk membantu negara-negara berkembang melestarikan keanekaragaman hayati mereka, serta meningkatkan pendanaan melalui program REDD+ PBB untuk mengurangi deforestasi.

 


Keamanan Iklim

Kalimantan Timur adalah salah satu provinsi yang memiliki hutan hujan tropis yang luas di Indonesia. (foto: Abdul Jalil)

Pembicaraan G20 bertepatan dengan minggu terakhir dari KTT iklim PBB COP27 di Mesir, di mana penasehat lingkungan Brasil Izabella Teixeira mengatakan negaranya akan berusaha mendapatkan keterlibatan negara lain di lembah Amazon, yang mencakup sembilan negara. "Hutan penting, alam penting. Dan saya percaya bahwa tanpa perlindungan Amazon, kita tidak dapat memiliki keamanan iklim. Saya percaya bahwa Brasil harus mempromosikan bahwa negara lain harus bersatu," ujar Teixeira.

Pembicaraan mengenai aliansi untuk melindungi hutan hujan sampai sekarang telah kandas karena "kesulitan kelembagaan", lanjutnya. Kesepatan ketiga negara tersebut sudah dirintis sejak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim PBB atau Conference of the Parties (COP26) yang diselenggarakan di Glasgow, Skotlandia.

Tersebar dari Sumatra hingga Papua, hutan hujan tropis Indonesia terluas ketiga di dunia. Namun, jika dibanding negara tetangga yang luas hutannya lebih kecil, biaya konservasi hutan Indonesia jauh lebih sedikit.

"Biaya konservasi hutan kita 1 dolar AS (sekitar Rp14,9 ribu) per hektare, kalah dengan Jepang dan Malaysia yang sudah 5 dolar AS (sekitar Rp74,5 ribu). Amerika saja biaya konservasinya sudah di atas 40 dolar AS (sekitar Rp596 ribu) per hektare masih terjadi kebakaran hutan," kata manajer program "Hutan Itu Indonesia," Christian Natalie, saat jumpa pers Hari Hutan Indonesia, Kamis, 4 Agustus 2022.

 


Kekayaan Hutan Indonesia

Hutan Hujan Tropis (Sumber: Pixabay)

Tahun ini, Konsorsium Hari Hutan Indonesia kembali menggaungkan kampanye Hari Hutan Indonesia yang jatuh setiap 7 Agustus. Bertajuk "Hutan Kita Sultan," mereka berharap gerakan ini jadi pemantik publik untuk lebih peduli dan sadar akan upaya pelestarian hutan Indonesia.

Selain itu, mendorong Hari Hutan Indonesia diresmikan pemerintah Indonesia. "Hutan kita kaya, tempat beragam flora fauna. Letak Indonesia di daerah tropis dengan curah hujan yang tinggi, sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi," ucap Koordinator Konsorsium Hari Hutan Indonesia 2022, Miftachur Ben Robani.

Hutan Indonesia tercatat sebagai sumber pangan, obat-obatan, sumber air, sumber udara bersih, tempat tinggal dan akar budaya berbagai masyarakat adat, juga penyerap karbon. Hutan disebut memberi beragam manfaat yang selama ini dinikmati, baik masyarakat di dalam hutan, di sekitar hutan, maupun yang letaknya jauh dari hutan.

Sementara itu, hutan hujan Amazon sedang dalam bahaya besar akibat meningkatnya kekeringan pada ekosistem di wilayah Amerika Selatan. Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, menyimulasikan dampak lanjutan tersebut, untuk setiap tiga pohon yang mati karena kekeringan, pohon keempat juga mati, meskipun tidak terdampak langsung.


Kehilangan Hujan

Ilustrasi Hutan Amazon, Brasil. (dok. unsplash @stephaniemorcinek)

Mengutip dari laman scitechdaily, Selasa (18/10/2022), Tim Riset Aksi Iklim Institut Potsdam yang dipimpin oleh Nico Wunderling, menggunakan analisis jaringan untuk memahami cara kerja rumit dari salah satu penyerap karbon paling berharga dan beraneka ragam di Bumi. Daerah yang paling rentan terhadap transformasi menjadi sabana adalah di pinggiran selatan hutan, pembukaan lahan terus menerus untuk padang rumput atau kedelai telah melemahkan ketahanan hutan selama bertahun-tahun.

Perubahan iklim yang telah menyebabkan periode kering semakin sering dan parah di Lembah Amazon, membuat hujan di Amerika Selatan itu mungkin kehilangan hujannya dan pasokan kelembapannya. Hutan terancam oleh kurangnya hujan karena menghirup air saat hujan, tanah menyerap sebanyak tanaman, dan keduanya melepaskan sejumlah besar kembali melalui penguapan dan transpirasi.

Hutan menciptakan sebagian besar cuacanya sendiri melalui daur ulang kelembapan atmosfer ini, menghasilkan hingga setengah dari curah hujan di Lembah Amazon. Meskipun sangat efektif, sistem daur ulang kelembapan pada akhirnya bergantung pada seberapa banyak air yang awalnya dimasukkan ke dalam sistem.

Infografis Kebakaran Hutan dan Bencana Kabut Asap di Indonesia. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya