Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) berhasil menjaga fundamental kinerja keuangan yang positif hingga kuartal III 2022. Hingga September 2022, secara konsolidasian BRI yang mencatatkan laba bersih sebesar Rp 39,31 triliun.
"Dalam sembilan bulan, BRI Group berhasil mencatatkan laba bersih senilai Rp 39,31 triliun atau tumbuh 106,14 persen year on year (yoy) dengan total aset meningkat 4 persen yoy menjadi Rp 1.684,60 triliun,” papar Direktur Utama BRI Sunarso pada Press Conference Kinerja Keuangan BRI kuartal III 2022, Rabu (16/11/2022).
Advertisement
Sunarso mengungkapkan, capaian tersebut tak lepas dari strategic response BRI yang tepat. Sehingga Fungsi intermediary penyaluran kredit maupun penghimpunan dana masyarakat oleh BRI mampu tumbuh positif.
"Kami dapat menjaga sustainability pertumbuhan ini dengan fokus pada aspek likuiditas terutama pertumbuhan dana murah, serta menjaga kualitas aset, terutama kredit yang kami restrukturisasi akibat pandemi Covid-19,” imbuh dia.
Hingga akhir September 2022, total kredit dan pembiayaan BRI Group tercatat sebesar Rp 1.111,48 triliun atau tumbuh 7,92 persen yoy. Portofolio kredit UMKM BRI tercatat meningkat sebesar 9,83 persen yoy dari Rp 852,12 triliun pada akhir September 2021 menjadi Rp 935,86 triliun di akhir September 2022.
Hal ini menjadikan proporsi kredit UMKM dibandingkan total kredit BRI terus meningkat, menjadi sebesar 84,20 persen. Lebih rinci, portofolio kredit segmen mikro BRI tercatat tumbuh 14,12 persen yoy, segmen konsumer tumbuh 7,55 persen yoy, segmen kecil dan menengah tumbuh 2,89 persen yoy, dan segmen korporasi terkontraksi 1,24 persen yoy.
Dongkrak Porsi Kredit UMKM
Hal tersebut selaras dengan upaya BRI untuk terus meningkatkan porsi kredit UMKM hingga mencapai 85 persen.
"Komitmen BRI untuk terus memperbesar porsi pembiayaan kepada segmen UMKM merupakan bukti nyata BRI untuk terus mendorong pemulihan dan pertumbuhan perekonomian Indonesia. Peran aktif BRI dengan memberdayakan dan mendorong UMKM untuk terus tumbuh maka akan membuka dan memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, mengingat 97 persen lapangan pekerjaan di Indonesia berasal dari segmen UMKM,” ujar Sunarso.
Keberhasilan BRI dalam menjalankan fungsi intermediasi mampu diimbangi dengan manajemen risiko yang baik. Hal tersebut tercermin dari rasio NPL BRI secara konsolidasian yang manageable di level 3,09 persen.
Di sisi lain, BRI menyiapkan pencadangan yang cukup sebagai langkah antisipatif. NPL Coverage BRI tercatat sebesar 278,79 persen, dimana angka ini meningkat dibandingkan dengan NPL Coverage di akhir kuartal III tahun lalu yang sebesar 252,86 persen. Kemampuan BRI dalam menjaga kualitas asset juga tercermin dari terus menurunnya tren Loan at Risk (LAR).
Advertisement
Dana Murah
Hingga akhir kuartal III 2022 tercatat LAR BRI sebesar 19,28 persen, turun dibandingkan dengan LAR pada kuartal III 2021 sebesar 25,62 persen. Dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), hingga akhir kuartal III 2022, DPK BRI tercatat tumbuh positif menjadi Rp 1.139,77 triliun.
Dana murah (CASA) menjadi pendorong utama pertumbuhan DPK BRI, di mana secara year on year meningkat sebesar 10,22 persen. Rinciannya, giro tercatat tumbuh 18,99 persen dan tabungan tumbuh 6,37 persen.
Secara umum saat ini proporsi CASA BRI konsolidasian tercatat 65,43 persen, meningkat signifikan dibandingkan dengan CASA pada periode yang sama tahun lalu yakni sebesar 59,60 persen. Hal tersebut memberikan dampak positif diantaranya dari beban bunga yang tercatat menurun sebesar 9,12 persen secara yoy, dan biaya dana (Cost of Fund) BRI secara konsolidasian juga terus turun menjadi sebesar 1,94 persen.
Kemampuan BRI dalam menyalurkan kredit dan pembiayaan juga didukung dengan likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat. Hal ini terlihat dari LDR bank secara konsolidasian yang terjaga di level 88,51 persen dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 26,14 persen.
BRI Bakal Genjot Kredit UMKM, Bagaimana Segmen Wholesale?
Sebelumnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) atau BRI telah ditetapkan sebagai induk holding ultra mikro. Maka tak ayal, pembiayaan yang disalurkan BRI mayoritas ditujukan untuk segmen mikro.
Meski begitu, Direktur Utama BRI, Sunarso mengatakan kontribusi segmen wholesale juga akan diperhitungkan utamanya untuk menambah dana murah (Current Account Saving Account/CASA). Secara umum, Sunarso menilai segmen wholesale masih punya prospek. Terutama korporasi-korporasi besar yang hibernasi selama pandemi, maka sekarang sudah waktunya untuk bangkit.
"Itu kalau dilihat potensi pertumbuhan. Tapi khusus BRI, kita tidak tempatkan target pertumbuhan dan sumber pertumbuhan aset baru di wholesale. Jadi di aset kita hanya fasilitasi wholesale transaction banking supaya kita dapat float dari transaksi untuk dapatkan CASA dan fee base income,” ujar Sunarso dalam Seminar CMSE 2022, Kamis (13/10/2022).
BRI juga berencana memangkas porsi kredit wholesale hingga 15 persen pada 2024, seiring dengan digenjotnya kredit UMKM mencapai 85 persen. Adapun saat ini, BRI mencatat proses wholesale masih ada 17 persen dari sebelumnya sekitar 25 persen.
"UMKM naik jadi 83 persen, dan masih akan saya pompa hingga 85 persen di 2024. Sehingga porsi wholesale tinggal 15 persen saja. Tapi wholesale ini kita arahkan ke korporasi yang sehat dengan volume transaksi besar dan memiliki value chain terhadap UMKM,” Sunarso menambahkan.
Advertisement