BRI Catat Restrukturisasi Kredit COVID-19 Sisa 1,4 Juta Nasabah

Kemampuan BRI dalam menjaga kualitas asset juga tercermin dari terus menurunnya tren Loan at Risk (LAR).

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 16 Nov 2022, 13:00 WIB
Pemberdayaan UMKM BRI/Istimewa.

Liputan6.com, Jakarta - PT  Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mencatat penurunan signifikan atas jumlah nasabah restrukturisasi kredit akibat COVID-19. Hingga September 2022, terdapat 1,4 juta nasabah dibandingkan jumlah tertinggi pada September 2020 yang mencapai 3,9 juta nasabah.

"Jadi yang tertinggi posisi tertinggi restrukturisasi kita adalah di September 2020 sebesar 3,9 juta nasabah. Sudah turun 2,5 juta, saat ini tersisa 1,4 juta nasabah dan terus kami monitor supaya kita bisa jaga kualitasnya dengan tetap baik," kata Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto dalam Press Conference Kinerja Keuangan BRI kuartal III 2022, Rabu (16/11/2022).

Kemampuan BRI dalam menjaga kualitas asset juga tercermin dari terus menurunnya tren Loan at Risk (LAR). Hingga akhir Kuartal III 2022 tercatat LAR BRI sebesar 19,28 persen, turun dibandingkan dengan LAR pada Kuartal III 2021 sebesar 25,62 persen.

"Posisi LAR kita pada September 2022 itu jauh menurun dari 19,3 persen. dan secara angka restrukturisasi yang terdampak covid Rp 116,45 triliun… Jadi angka LAR kita yang tertinggi itu sebenarnya hampir 30 persen di September 2020 yaitu 29,8 persen. Saat ini kita hanya 19,3 persen dari 19,3 persen itu. 8 persen yang merupakan angka karena covid. Sementara 11 persen adalah LAR non Covid,” ujar Agus.

BRI Sudah Siap Jika OJK Setop Restrukturisasi Kredit Covid-19

Agus mengatakan, BRI sejak tahun lalu sudah menyiapkan soft lending strategy. BRI telah menyiapkan pencadangan yang memadai. Bersamaan dengan itu, BRI merestrukturisasi yang terukur yang mengikuti ketentuan.

Jika strategi itu terus berjalan dengan baik, Agus optimistis jika seandainya relaksasi tidak diteruskan, secara BRI sudah siap. "Saat ini pencadangan khusus Covid itu Rp 29,95 triliun atau hampir 26 persen dari outstanding Covid kita,” kata Agus.

 


Target Pertumbuhan Kredit pada 2023

Pelaku UMKM Binaan BRI. (Dok. BRI)

Sebelumnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menargetkan pertumbuhan kredit hingga 11 persen pada tahun depan. Target itu sejalan dengan Bank Indonesia (BI) yang mematok pertumbuhan kredit nasional tumbuh 11 hingga 12 persen pada 2023.

"BRI memberikan guideline untuk tumbuh masuk dalam range-nya BI. Kita targetkan bisa tumbuh di tahun depan untuk kredit 9 sampai 11 persen. 9 persen bagi BRI cukup besar karena penyaluran kredit kita sudah mencapai Rp 1.111 triliun. Jadi tumbuh 10 persen saja kita harus menyalurkan kredit net Rp 111 triliun. Dan untuk menyalurkan ke mikro 111 t itu cukup besar," kata Direktur Utama BRI Sunarso pada Press Conference Kinerja Keuangan BRI kuartal III 2022, Rabu (16/11/2022).

Keyakinan pertumbuhan kredit itu merujuk pada sumber pertumbuhan baru yang dimiliki BRI usai menjadi holding ultra mikro. Penyaluran kredit pada segmen inilah yang ke depannya akan digenjot oleh BRI. Hingga kuartal III 2022, total kredit dan pembiayaan BRI Group tercatat sebesar Rp.1.111,48 triliun atau tumbuh 7,92 persen yoy.

 


Portofolio Kredit UMKM

Pelaku UMKM Binaan BRI. (Dok. BRI)

Portofolio kredit UMKM BRI tercatat meningkat sebesar 9,83 persen yoy dari Rp.852,12 triliun pada akhir September 2021 menjadi Rp 935,86 triliun pada akhir September 2022. Hal ini menjadikan proporsi kredit UMKM dibandingkan total kredit BRI terus meningkat, menjadi sebesar 84,20 persen.

"Keberhasilan BRI dalam menjalankan fungsi intermediasi mampu diimbangi dengan manajemen risiko yang baik. Hal tersebut tercermin dari rasio NPL BRI secara konsolidasian yang manageable di level 3,09 persen,” papar Sunarso.

Di sisi lain, BRI menyiapkan pencadangan yang cukup sebagai langkah antisipatif. NPL Coverage BRI tercatat sebesar 278,79 persen, dimana angka ini meningkat dibandingkan dengan NPL Coverage di akhir Kuartal III tahun lalu yang sebesar 252,86 persen. Kemampuan BRI dalam menjaga kualitas asset juga tercermin dari terus menurunnya tren Loan at Risk (LAR).

Hingga akhir kuartal III 2022 tercatat LAR BRI sebesar 19,28 persen, turun dibandingkan dengan LAR pada Kuartal III 2021 sebesar 25,62 persen. Kemampuan BRI dalam menyalurkan kredit dan pembiayaan juga didukung dengan likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat.

Hal ini terlihat dari LDR bank secara konsolidasian yang terjaga di level 88,51 persen dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 26,14 persen.


Kinerja Keuangan hingga Kuartal III 2022

Ilustrasi pelayanan Bank Rakyat Indonesia.

Sebelumnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) berhasil menjaga fundamental kinerja keuangan yang positif hingga kuartal III 2022. Hingga September 2022, secara konsolidasian BRI yang mencatatkan laba bersih sebesar Rp 39,31 triliun.

"Dalam sembilan bulan, BRI Group berhasil mencatatkan laba bersih senilai Rp 39,31 triliun atau tumbuh 106,14 perse year on year (yoy) dengan total aset meningkat 4 persen yoy menjadi Rp 1.684,60 triliun,” papar Direktur Utama BRI Sunarso pada Press Conference Kinerja Keuangan BRI kuartal III 2022, Rabu (16/11/2022).

Sunarso mengungkapkan, capaian tersebut tak lepas dari strategic response BRI yang tepat. Sehingga Fungsi intermediary penyaluran kredit maupun penghimpunan dana masyarakat oleh BRI mampu tumbuh positif.

"Kami dapat menjaga sustainability pertumbuhan ini dengan fokus pada aspek likuiditas terutama pertumbuhan dana murah, serta menjaga kualitas aset, terutama kredit yang kami restrukturisasi akibat pandemi Covid-19,” imbuh dia.

Hingga akhir September 2022, total kredit dan pembiayaan BRI Group tercatat sebesar Rp 1.111,48 triliun atau tumbuh 7,92 persen yoy. Portofolio kredit UMKM BRI tercatat meningkat sebesar 9,83 persen yoy dari Rp 852,12 triliun di akhir September 2021 menjadi Rp 935,86 triliun di akhir September 2022. Hal ini menjadikan proporsi kredit UMKM dibandingkan total kredit BRI terus meningkat, menjadi sebesar 84,20 persen.

Lebih rinci, portofolio kredit segmen mikro BRI tercatat tumbuh 14,12 persen yoy, segmen konsumer tumbuh 7,55 persen yoy, segmen kecil dan menengah tumbuh 2,89 persen yoy, dan segmen korporasi terkontraksi 1,24 persen yoy.

Hal tersebut selaras dengan upaya BRI untuk terus meningkatkan porsi kredit UMKM hingga mencapai 85 persen.

"Komitmen BRI untuk terus memperbesar porsi pembiayaan kepada segmen UMKM merupakan bukti nyata BRI untuk terus mendorong pemulihan dan pertumbuhan perekonomian Indonesia. Peran aktif BRI dengan memberdayakan dan mendorong UMKM untuk terus tumbuh maka akan membuka dan memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, mengingat 97 persen lapangan pekerjaan di Indonesia berasal dari segmen UMKM, ujar Sunarso.

Keberhasilan BRI dalam menjalankan fungsi intermediasi mampu diimbangi dengan manajemen risiko yang baik. Hal tersebut tercermin dari rasio NPL BRI secara konsolidasian yang manageable di level 3,09 persen.

Di sisi lain, BRI menyiapkan pencadangan yang cukup sebagai langkah antisipatif. NPL Coverage BRI tercatat sebesar 278,79 persen, di mana  angka ini meningkat dibandingkan dengan NPL Coverage di akhir kuartal III tahun lalu yang sebesar 252,86 persen.


Jaga Kualitas Aset

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI

Kemampuan BRI dalam menjaga kualitas asset juga tercermin dari terus menurunnya tren Loan at Risk (LAR). Hingga akhir kuartal III 2022 tercatat LAR BRI sebesar 19,28 persen, turun dibandingkan dengan LAR pada kuartal III 2021 sebesar 25,62 persen.

Dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), hingga akhir kuartal III 2022, DPK BRI tercatat tumbuh positif menjadi Rp 1.139,77 triliun. Dana murah (CASA) menjadi pendorong utama pertumbuhan DPK BRI, di mana secara year on year meningkat sebesar 10,22 persen.

Rinciannya, giro tercatat tumbuh 18,99 persen dan tabungan tumbuh 6,37 persen. Secara umum saat ini proporsi CASA BRI konsolidasian tercatat 65,43 persen, meningkat signifikan dibandingkan dengan CASA pada periode yang sama tahun lalu yakni sebesar 59,60 persen.

Hal tersebut memberikan dampak positif diantaranya dari beban bunga yang tercatat menurun sebesar 9,12 persen secara yoy, dan biaya dana (Cost of Fund) BRI secara konsolidasian juga terus turun menjadi sebesar 1,94 persen.

Kemampuan BRI dalam menyalurkan kredit dan pembiayaan juga didukung dengan likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat. Hal ini terlihat dari LDR bank secara konsolidasian yang terjaga di level 88,51 persen dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 26,14 persen.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya