9 Negara Ini Pernah Diboikot dalam Sejarah Olimpiade

Berikut daftar sembilan negara yang pernah kena boikot dalam sejarah olimpiade.

oleh Renta Nirmala Hastutik diperbarui 16 Nov 2022, 18:01 WIB
Atlet dari Jerman berjalan saat upacara pembukaan Olimpiade Tokyo 2020 di Olympic Stadium di Tokyo, Jumat (23/7/2021). Upacara pembukaan Olimpiade Tokyo yang berlangsung dalam era pandemi digelar tanpa penonton. (AP Photo/David J. Phillip)

Liputan6.com, Jakarta - Sejak zaman Yunani kuno, Olimpiade telah mempertemukan para atlet dari seluruh dunia dalam berbagai cabang olahraga berbasis tim dan individu. Para atlet ini berupaya untuk membawa prestasi bagi negara asal mereka dalam bentuk medali perunggu, perak, dan emas.

Hal tersebut membuat Olimpiade dianggap sebagai kompetisi olahraga terbesar dan kesempatan utama bagi berbagai bangsa untuk menunjukkan kehebatan atletik mereka di panggung dunia.

Dengan sorotan seperti itu, Olimpiade adalah kesempatan bagi negara-negara untuk berhasil dan mendapat sorotan, dari prestasi di bidang olahraga. 

Sejak dimulainya Olimpiade modern pada tahun 1896 di Athena, Olimpiade menjadi pertandingan olahraga skala internasional terbesar dengan aturan-aturan di dalamnya.

Komite Olimpiade Internasional (IOC) yang melakukan pengawasan mengenai Olimpiade yang selalu melakukan seleksi mengenai negara-negara dan para atlet yang akan bertanding.

Jika ditemukan kecurangan dan kecurigaan yang akan dilakukan oleh suatu negara, IOC akan melakukan boikot atau banned, sehingga negara tersebut tidak bisa mengikuti Olimpiade atau boleh mengikuti namun dengan persayaratan dan pembatasan tertentu.

Selain gagalnya atlet yang akan bertanding, mendapatkan boikot dari olimpiade menjadi suatu hal yang memalukan karena kejujuran adalah hal yang penting dalam olahraga.

Mengutip dari laman List Verse, Jum'at (11/11/2022) berikut daftar sembilan negara yang pernah diboikot dari Olimpiade:


1. Jerman dan Jepang

Bendera Jerman (AFP PHOTO via capitalfm.co.ke)

Olimpiade 1948 adalah yang pertama untuk melihat acara musim dingin dan musim panas di Swiss dan London, masing-masing, dan Olimpiade pertama yang diadakan dalam dua belas tahun karena Perang Dunia II.

Mirip dengan bagaimana Olimpiade membahas keterlibatan negara-negara penghasut dari Perang Dunia I pada tahun 1920, Jerman dan Jepang dilarang berkompetisi pada tahun 1948.

Anggaran untuk Olimpiade London sangat ketat, bahkan, sebagian besar acara diadakan di satu stadion karena mereka tidak mampu membangun tempat baru. 

Saat itu, sebagian besar atlet ditempatkan di sekitar stadion, bukan di area Olimpiade seperti yang biasa dilakukan.


2. Afrika Selatan

Ilustrasi bendera negara Afrika Selatan. (Photo by Den Harrson on Unsplash)

Salah satu contoh paling populer dari sebuah negara yang diboikot dari Olimpiade adalah Afrika Selatan.

Afrika Selatan diboikot dalam Olimpiade karena praktik Apartheid. Apartheid adalah sebuah sistem rasisme yang dilembagakan. Apartheid memungkinkan populasi minoritas kulit putih di negara itu memiliki kontrol sosial, ekonomi, dan politik yang lengkap selama lebih dari empat puluh tahun.

Komite Olimpiade Internasional melarang Afrika Selatan untuk berkompetisi di Olimpiade musim panas dan musim dingin dari tahun 1964-1988.

Dari tahun 1964 hingga 1988, Afrika Selatan dilarang mengikuti Olimpiade. Hal ini membuat atlet dari Afrika Selatan 20 tahun absen berkompetisi di Olimpiade.  

Adapun para atlet Afrika Selatan tidak mengikuti Olimpiade 1964 di Tokyo, Meksiko 1968, Munich 1972, Montreal 1976, Moskow 1980, Los Angles 1984, dan Seoul 1988.

Afrika Selatan baru boleh ikuti Olimpiade setelah Apartheid dibubarkan pada tahun 1992. Saat itu, 93 atlet Afrika Selatan berkompetisi pada Olimpiade di Barcelona, Spanyol. 

 


3. Zimbabwe (Dahulu Rhodesia)

Ilustrasi Bendera Zimbabwe (iStockphoto via Google Images)

Ketika kebanyakan orang mengingat Olimpiade 1972 di Munich, sulit untuk melihat masa lalu kematian atlet Israel dan seorang perwira polisi Jerman Barat di tangan militan Palestina, dalam sejarah yang dikenal sebagai pembantaian Munich.

Olimpiade Munich juga merupakan tempat di mana IOC memberlakukan larangan menit-menit terakhirnya terhadap Rhodesia yang sekarang dikenal sebagai Zimbabwe.

Hanya empat hari sebelum Olimpiade musim panas 1972 dimulai, IOC mencabut undangannya ke Rhodesia menyusul tekanan politik dari Kenya, Ethiopia, dan negara-negara Afrika lainnya. Negara-negara ini menganggap Rhodesia sebagai rezim ilegal.

Saat itu, 44 atlet yang dikirim Rhodesia ke Munich hanya diizinkan untuk mengikuti Olimpiade dari tribun penonton alias cuma jadi penonton. 

Rhodesia tidak kembali ke Olimpiade sampai tahun 1980, ketika pemerintahnya yang diskriminatif secara rasial telah runtuh. Setelah itu, Rhodesia pun mengganti identitas barunya dengan nama Zimbabwe.


4. Amerika Serikat & Kanada

Petugas seusai menurunkan bendera setengah tiang di Gedung Putih, Washington DC, sebagai tanda berduka atas penembakan brutal klub gay Pulse di Kota Orlando, Florida, Amerika Serikat (AS), Minggu (12/6). (AFP PHOTO/Yuri GRIPAS)

Meskipun tidak dilarang oleh panitia penyelenggara, Amerika Serikat dan Kanada memboikot Olimpiade musim panas 1980 di Moskow, dengan menolak untuk berpartisipasi di dalamnya.

Negara-negara Amerika Utara menolak untuk berkompetisi sebagai bentuk protes atas pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh Soviet. Dalam hal ini, Soviet melakukan invasi ke Afghanistan.

Meskipun gagasan itu tidak dilakukan oleh pemerintah anggota lain di Organisasi Perjanjian Atlantik Utara (NATO), dukungan untuk boikot yang diusulkan oleh Andrei Sakharov, seorang ilmuwan nuklir Soviet dan pembangkang, membantunya mendapatkan popularitas.

Seruan Sakharov untuk tidak ikut serta dalam Olimpiade 1980 pun didukung oleh Amerika Serikat pada Januari 1980.

Saat itu, Pemerintahan Carter memasukkan boikot Olimpiade Moskow sebagai bagian dari konsekuensi jika Uni Soviet gagal meninggalkan Afghanistan pada bulan Februari tahun yang sama. Joe Clark, Perdana Menteri Kanada pada saat itu, menggemakan keputusan serupa dengan negara tetangganya.

Namun, Soviet yang tetap teguh pada pendiriannya. Seruan boikot Olimpiade itu pun menyebabkan tidak adanya negara Amerika Utara yang menghadiri Olimpiade tahun 1980.

 


5. Uni Soviet & Jerman Timur

Pele (ketiga dari kiri). Eks striker Brasil yang kini berusia 82 tahun yang pensiun pada Oktober 1977 bersama New York Cosmos ini tercatat menjadi pemain debutan termuda kelima sepanjang sejarah Piala Dunia. Ia baru berusia 17 tahun, 7 bulan dan 23 hari saat diturunkan dalam laga matchday ketiga Grup 4 menghadapi Uni Soviet (15/6/1958) pada Piala Dunia 1958 di Swedia yang berakhir dengan kemenangan 2-0. Ia kembali masuk skuad Brasil pada 3 edisi Piala Dunia berikutnya, 1962, 1966 dan 1970. (AFP)

Larangan lain yang sangat terkenal dan diberlakukan sendiri empat tahun kemudian, setelah boikot AS dan Kanada atas Olimpiade 1980. Ya, pada Olimpiade musim panas 1984 di Los Angeles, 14 negara Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet memutuskan tak hadir dari Olimpiade 1984.

Penarikan diri ke-14 negara Blok Timur itu merupakan bentuk protes karena di Olimpiade sebelumnya (1980), Amerika Serikat, sejumlah negara Amerika Utara, dan Kanada tak ikut serta dalam Olimpiade Moskow.

Meski demikian, Rumania dan Yugoslavia menjadi dua negara sosialis Eropa yang tetap berkompetisi di Olimpiade tahun 1984 itu. 

Meskipun diboikot, 140 negara menghadiri Olimpiade tahun 1984. Jumlah penonton pertandingan mencapai rekor. Sementara jumlah medali terbanyak diperleh Amerika Serikat, Rumania, dan Jerman Barat. 

Terlebih lagi, Olimpiade 1984 meraup keuntungan lebih dari USD 250 juta, karena penggunaan fasilitas olahraga yang sudah ada dan investasi swasta.

Olimpiade Los Angeles secara luas dianggap sebagai salah satu Olimpiade yang paling menguntungkan dan dikelola dengan baik hingga saat ini.


6. Afghanistan

Bendera Afghanistan (Sumber: Wikimedia Commons)

Sebanyak 200 negara dijadwalkan berpartisipasi dalam Olimpiade musim panas pada 2000 di Sydney, Australia. Namun, Afghanistan dicualikan dari daftar tersebut.

Sebagai satu-satunya negara anggota IOC yang tidak berpartisipasi dalam Olimpiade Milenium Baru, Afghanistan dilarang ikut serta karena pemerintahan totaliter Taliban, dari tahun 1996 hingga 2001. Hal ini karena Afghanistan menindas wanita dan melarang olahraga.

Dengan lebih dari 4.000 wanita yang berkompetisi di lebih dari 300 acara atletik di Olimpiade, tidak heran negara itu tidak diminta untuk berpartisipasi.


7. India

Ilustrasi bendera India (AFP Photo)

Dugaan keterlibatan Sekretaris Jenderal Asosiasi Olimpiade India yaitu Lalit Bhanot dalam kontroversi pada Pesta Olahraga Persemakmuran 2010 memiliki dampak serius bagi India pada Olimpiade musim dingin 2014 di Sochi.

Nama Bhanot melekat pada tuduhan korupsi, konstruksi yang tidak aman, dan kurangnya keamanan di Pesta Olahraga Persemakmuran 2010. Hal ini membuat asosiasi Olimpiade (IOC) melarang India untuk berkompetisi di Sochi 2014.

Meskipun demikian, tiga atlet India masih diizinkan untuk berkompetisi sebagai Peserta Olimpiade Independen, dengan bendera Olimpiade menggantikan bendera India pada upacara pembukaan.

Namun, bendera India tetap berkibar pada upacara penutupan, karena larangan tersebut dicabut di tengah-tengah Olimpiade ketika Asosiasi Olimpiade India memilih presiden baru.


8. Kuwait

Ilustrasi Bendera Kuwait (Pixabay)

Menyusul kembalinya Kuwait ke Olimpiade di Olimpiade London pada tahun 2012, negara ini kembali mendapat larangan oleh IOC pada Olimpiade musim panas 2016 di Rio de Janeiro, Brasil.

Para atlet Kuwait hanya bisa berkompetisi sebagai atlet individu pada tahun itu karena adanya campur tangan politik dalam komite Olimpiade negara tersebut. 

Sekadar informasi, Olimpiade di Rio de Janeiro, Brasil, adalah Olimpiade pertama yang diadakan di Amerika Selatan. Selain itu, atlet dari negara Kosovo dan Sudan Selatan pun berkontestasi untuk pertama kalinya di pesta olahraga terbesar dunia.

Torehan sejarah lainnya adalah, penembak target Kuwait Fehaid Al-Deehani menjadi individu pertama yang memenangkan medali emas untuk penampilannya di ganda putra.


9. Rusia

Ilustrasi bendera Rusia (pixabay)

Mungkin contoh paling terkenal dari sebuah negara yang dilarang mengikuti Olimpiade adalah ketika pejabat negara Rusia tertangkap basah menyediakan obat-obatan terlarang untuk meningkatkan performa atletnya alias doping. 

Hampir setiap kompetisi olahraga yang cukup besar sejak saat itu melarang Federasi Rusia untuk berpartisipasi karena pelanggaran undang-undang anti-doping, dengan hukuman paling signifikan mendapat boikot dari Olimpiade.

IOC telah melucuti rekor 43 medali Olimpiade dari Rusia dan melarang negara itu berkompetisi sejak skandal itu terungkap pada tahun 2016.

Atlet Rusia sekarang berkompetisi di bawah bendera Komite Olimpiade Rusia (ROC) alih-alih menggunakan bendera Rusia.

Hal ini membuat para atlet Rusia diidentifikasi sebagai atlet Olimpiade dari Rusia pada tahun 2018. Selain itu, pada 2021 dan 2022, para atlet Rusia berada di bawah bendera ROC atau Komite Olimpiade Rusia. 

Infografis 5 Cara Cegah Covid-19 Saat Berolahraga di Gym. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya