SINI Besutan IKORGI, Tempat Spesialis Konservasi Gigi Update Ilmu Baru

SINI adalah seminar ilmiah nasional ikatan konservasi gigi Indonesia tempat dokter gigi update ilmu baru

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Nov 2022, 18:18 WIB
Seminar Ilmiah Nasional Ikatan Konservasi Gigi Indonesia kelima (SINI V) diselenggarakan di ICE BSD, Tangerang, Banten pada Jumat, 11 November 2022

Liputan6.com, Tangerang - Ikatan Konservasi Gigi Indonesia (IKORGI) pada Jumat, 11 November 2022, menyelenggarakan Seminar Ilmiah Nasional Ikatan Konservasi Gigi Indonesia kelima (SINI V).

Berlokasi di ICE BSD, Tangerang, Banten, SINI V diselenggarakan oleh IKORGI cabang Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan Jakarta Selatan.

Ketua IKORGI Cabang Jakarta Selatan sekaligus ketua panitian SINI V, Dr drg Rina Permatasari SpKG menjelaskan bahwa seminar ini merupakan wadah bagi para dokter gigi, khususnya spesialis Konservasi Gigi, untuk saling bertukar ilmu.

"Kami juga mengundang pembicara nasional maupun internasional untuk update ilmu," kata Rina.

Menurutnya, kegiatan SINI V menjadi sarana menimba ilmu dan berdiskusi dengan para pakar ilmu Konservasi Gigi nasional, regional, bahkan internasional.

Selain itu, kegiatan ini sekaligus menjadi ajang pengenalan dan pendalaman alat dan bahan teknologi terkini bidang Konservasi Gigi oleh 50 perusahaan penyedia layanan kesehatan gigi dan mulut.

"Apa yang disampaikan di seminar berdasarkan hasil penelitian, sesuai temanya evidence-based dentistry, yang diimplementasikan dalam pekerjaan sehari-hari," kata Rina.

"Harus melalui melalui penelitian yang panjang dulu, sehingga ketika dikerjakan aman, ada bukti klinisnya, tidak sembarangan," Rina menambahkan.

Untuk sampai di level spesialis konservasi gigi, calon dokter harus melewati proses yang panjang. Setelah lulus pendidikan di fakultas kesehatan gigi dan menjadi dokter gigi, ada pendidikan lanjutan mengambil spesialis.

Misalnya, calon dokter tersebut memilih mengambil spesialis konservasi gigi, SINI ini adalah wadah bagi mereka untuk memperbarui ilmu-ilmu untuk bekal nantinya.

 


Dokter Gigi Dituntut untuk Melakukan Penelitian

Seminar Ilmiah Nasional Ikatan Konservasi Gigi Indonesia kelima (SINI V) diselenggarakan di ICE BSD, Tangerang, Banten pada Jumat, 11 November 2022

Lebih lanjut dijelaskan Rini bahwa SINI V juga berperan sebagai ajang scientific awards dan publikasi hasil penelitian, case report atau case series, dan standar pelayanan kesehatan konservasi gigi, baik fragmentasi restorasi maupun endodontik.

"Selain itu juga merupakan ajang pelaksanaan bakti sosial IKORGI," ujarnya.

Dokter gigi, lanjut Rini, pada dasarnya juga dituntut untuk melakukan penelitian, belajar menulis hasil penelitian yang didapat, mengerjakan tugas, dan membedah referensi.

"Jadi, tidak cuma update ilmu, tapi juga upgrade ketrampilan," katanya.

 


Perawatan Gigi Mahal

Ilustrasi bracket kawat gigi, behel. (Photo by Yingpis Kalayom on Unsplash)

Bukan rahasia umum lagi bahwa perawatan gigi kerap dianggap mahal, juga lama karena harus bolak-balik.

Terkait hal ini, Rini, mengatakan, sekali pasien menyadari bahwa mempertahankan gigi itu lebih berharga daripada memakai gigi palsu, pasti akan memilih perawatan gigi.

"Di sinilah poin lebihnya dalam mempertahankan gigi. Memang tidak mudah, tindakannya panjang dan butuh berkali-kali datang, tapi bila fungsi gigi bisa terselamatkan dan tidak gigi palsu, pasti pasien akan memilih jalur perawatan," katanya.

Pakai gigi palsu pun, kata Rini, tak selalu murah. Ada juga yang harganya 11-12 dengan perawatan gigi.

"Gigi palsu ada yang ditanam, tapi tidak semua orang bisa tanam gigi. Harganya pun jauh lebih mahal daripada perawatan gigi," katanya.

 


Perawatan Saraf Gigi

Ilustrasi menyikat gigi/credt: unsplash.com/Diana

Di masyarakat, perawatan gigi ini dikenal sebagai perawatan saluran akar gigi atau perawatan saraf gigi. Harganya tak murah karena banyak sekali komponen yang dikenal.

Namun, sebelum sampai harus melakukan perawatan saluran akar gigi, kita masih dapat mencegahnya dengan merawat gigi sehari-hari.

Lalu, kapan pasien perlu cabut gigi dan kapan hanya perlu perawatan saja?

Ketua Kolegium Konservasi Gigi Indonesia, Prof Dr drg Ratna Meidyawati SpKG Subsp KR(K), menjelaskan, konsep perawatan gigi dimulai dari yang sederhana.

Akan tetapi kalau sudah infeksi ke dalam, tentu saja memelukan perawatan saluran akar.

"Pengembalian itu bukan sekadar menempel, tapi menumbuhkan kembali. Salah satu riset inovatif, pelopornya adalah komunitas endordontik. Konsep dari regenerasi berdampak luas," katanya.

"Enggak cuma penyembuhan dan pengembalian fungsi gigi, tapi juga di bidang restorasi. Ilmu teknologi dan restorasi berjalan beriringan," dia menambahkan.

Kalau sudah dilakukan perawatan saluran akar gigi, lanjut Ratna, ujungnya harus bisa dilakukan restorasi. Hanya saja tak semua gigi bisa direstorasi.

Contohnya saja pada kondisi yang rusaknya sudah parah, mahkota sudah habis, itu akan percuma karena tidak bisa direstorasi lagi sehingga akhirnya dicabut juga.

"Tujuan perawatan adalah bentuk gigi harus normal lagi, sesuai fungsinya. Kalau tidak sesuai fungsi, akan ada akibat tambahan yang terjadi misalnya bila gigi tidak diratakan, maka gigi atas bisa turun sehingga makanan bisa terselip di antara gigi. Jadi, harus dikembalikan ke bentuk semula," ujarnya.

Infografis Journal_ Fakta Mengenai Risiko Diabetes Melitus (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya