Pabrik Smelter Seng Kapuas Prima Coal Bakal Rampung Kuartal III 2023

Kapuas Prima Coal terus mengejar pengoperasian pabrik smelter konsentrat timbal miliknya pada akhir tahun ini.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 16 Nov 2022, 22:00 WIB
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Emiten produsen logam dasar di Indonesia, PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC) optimistis program hilirisasi akan mendukung penguatan ekonomi nasional, serta akan mendorong pertumbuhan bisnis Perseroan. 

Dengan demikian, Kapuas Prima Coal terus mengejar pengoperasian pabrik smelter konsentrat timbal miliknya pada akhir tahun ini. 

Saat ini, Perseroan telah selesai membangun pabrik smelter konsentrat timbal berkapasitas 40.000 ton konsentrat timbal dengan total biaya investasi sebesar USD 15 juta atau Rp 233,98 miliar (asumsi kurs Rp 15.599 per dolar AS)

Adapun pabrik smelter seng dengan kapasitas 83.000 ton konsentrat seng yang juga sedang dibangun Perseroan. Pabrik tersebut diharapkan bisa mulai beroperasi pada kuartal III 2023. 

Beroperasinya kedua smelter tersebut diharapkan akan mampu mendongkrak pendapatan Perseroan tahun depan. Adapun tahun ini, untuk menunjang peningkatan kapasitas produksi. 

"Perseroran mengalokasikan belanja modal USD 10-12 juta yang digunakan untuk membangun infrastruktur terowongan, meningkatkan keamanan kerja (safety) dan menambah jumlah alat berat," tulis Direktur Kapuas Prima Coal, Evelyne Kioe dalam keterangan resminya, Rabu (16/11/2022).

 

Namun, kondisi harga komoditas harga logam dasar yang belum stabil sangat mempengaruhi target penjualan Perseroan, di mana pada 2022 Kapuas Prima Coal menargetkan penjualan Rp 650 miliar. 

“Penjualan kita akan sangat bergantung pada pemulihan ekonomi Indonesia dan ekonomi global, mengingat harga komoditas logam dasar yang terus berfluktuasi sejak 2021,” kata Evelyne.

Pada semester I 2022 ini, perseroan membukukan laba bersih Rp28,27 miliar, turun 68 persen dari Rp 89,52 miliar pada periode yang sama 2021. 

"Turunnya laba bersih tersebut terjadi karena penjualan perseroan turun 18 persen YoY menjadi Rp 411,35 miliar dari Rp 499,94 miliar pada periode sebelumnya," kata dia.

Selain itu, peningkatan biaya yang cukup signifikan sejak awal tahun juga terus menggerus laba Perseroan hingga kuartal II.


Mulai Uji Coba Produksi, Smelter Timbal ZINC Bakal Sumbang Penjualan 2022

Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, smelter timbal milik PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC) yang beroperasi di bawah perseroan sedang uji coba produksi secara komersil sejak 8 Januari 2022.

Perseroan menargetkan untuk tahun pertama ini, kapasitas produksi smelter mencapai sekitar 12.000 – 15.000 ton bullion timbal (Pb). Target produksi tersebut, diharapkan dapat memberikan kontribusi penjualan kepada Perseroan mencapai sekitar USD 43 juta.

"Kami bersyukur memasuki awal tahun 2022 ini salah satu smelter kami yaitu smelter timbal (Pb) sudah mulai uji coba beroperasi secara komersil, yang dilakukan dalam 2 tahap," ujar Direktur Utama Kapuas Prima Citra Hendra William dalam keterangan resmi, Selaasa (25/1/2022).

Adapun tahap pertama smelter timbal (Pb) akan memproses konsentrat timbal (Pb) dari PT Kapuas Prima Coal Tbk menjadi PbO (barang setengah jadi). Selanjutnya setelah terkumpul PbO yang cukup, akan dilanjutkan ke tahap kedua yaitu proses peleburan di blast furnace.

"Untuk estimasi tahap kedua diperkirakan sekitar bulan Februari 2022,” ujar dia.


Target Kapasitas Produksi

Pengunjung melintas dekat layar monitor pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (2/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan saham 2019 menguat 10,4 poin atau 0,16% ke 6.204. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, ZINC menargetkan kapasitas produksi penuh dari smelter timbal akan mencapai 20.000 ton bullion per tahun, dan diharapkan dapat memberikan tambahan terhadap pendapatan konsolidasi ZINC sekitar USD 60-80 juta.

ZINC berharap ke depan hasil produksi dari smelter tersebut dapat diserap tidak hanya oleh pasar ekspor. Selain juga oleh pasar dalam negeri agar dapat membantu percepatan proses hilirisasi yang dicanangkan oleh Pemerintah.

"Target penjualan timbal (Pb) Bullion saat ini yaitu akan kami ekspor ke negara China. Namun diharapkan seiring dengan adanya larangan ekspor mineral mentah dan target hilirisasi mineral oleh Pemerintah, kami berharap ke depan dapat memperluas pasar termasuk pasar domestik,” ujarnya.

Saat ini ZINC juga tengah melanjutkan pembangunan smelter Seng (Zn) yang berada di Kalimantan Tengah.

Pembangunan smelter seng tersebut saat ini sudah mencapai sekitar 82- 85 persen. Perseroan menargetkan untuk smelter seng dapat mulai beroperasi pada Kuartal I- 2023, dengan kapasitas produksi mencapai 30.000 ton ingot per tahun.

 "Kami melihat hingga saat ini harga timbal dan seng masih cukup stabil, diharapkan tren tersebut dapat terus berlanjut di tahun-tahun berikutnya. Kami juga berharap, pemulihan ekonomi pasca Covid-19 dapat segera membuahkan hasil, sehingga perekonomian kembali pulih," ujar Hendra.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya