Liputan6.com, Palembang - Udara yang sejuk dan minim polusi, membuat Kota Pagar Alam Sumatera Selatan (Sumsel) menjadi salah satu daerah yang nyaman untuk bercocok tanam. Apalagi jenis tanaman kopi, yang membumi di Bumi Besemah.
Kopi Pagar Alam memang tak terlalu dikenal di dunia kuliner di Indonesia. Namun dari tangan pasangan suami istri (pasutri) Wenny Bastian (49) dan Matheus Susantyarto (50), kopi Pagar Alam bisa tembus ke pasar mancanegara.
Wenny Bastian mengatakan, setelah pulang dari Pulau Jawa, dia bersama suaminya memulai usaha keripik pisang di kampung halamannya di Pagar Alam, dengan modal Rp 150.000 saja.
Baca Juga
Advertisement
Dengan tekad yang kuat, pasutri ini mampu mengembangkan usahanya menjadi lebih besar. Toko oleh-oleh yang dinamai Putra Abadi di Jalan Lintas Pagar Alam-Lahat Sumsel, banyak dikunjungi para wisatawan.
Banyak pengunjung yang datang ke tokonya, selalu bertanya tentang kopi Pagar Alam. Bahkan, pengunjung sering kualitas kopi Pagar Alam kalah jauh dibandingkan kopi di provinsi lain, terutama kopi khas Lampung.
Ungkapan tersebut memacu keinginan Wenny-Tyo untuk mengangkat kopi Pagar Alam, agar bisa dikenal sebagai kopi yang berkualitas dan tak kalah saing dengan kopi dari daerah lain.
“Saya mencari tahu tentang kopi, ikut berbagai pelatihan, bertanya ke para petani dan peggiat kopi. Akhirnya saya dan suami memulai merintis usaha kopi Pagar Alam,” ucapnya kepada Liputan6.com, Rabu (16/11/2022).
Dia merangkul 30 orang petani kopi di Pagar Alam, untuk membudidayakan kopi dengan cara tanam yang benar. Sehingga para petani bisa memasok biji kopi merah dengan kualitas yang baik.
Wenny juga mempekerjakan 18 orang karyawan yang didominasi para perempuan, untuk membantunya mengembangkan usaha rumahannya tersebut. Alhasil, kopi robusta khas Pagar Alam, bisa tembus ke pasar internasional di tahun 2018 lalu.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Tembus Mancanegara
“Kopi kami masuk ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di berbagai negara, seperti Swedia, Rusia, Equator, New Zealand dan lainnya,” ujarnya.
Kesuksesannya tersebut, seakan menjawab mimpinya untuk mengenalkan kopi khas kampung halamannya. Tak hanya terkenal di pasar kopi nasional, kopi Pagar Alam juga bisa dicicipi oleh penikmat kopi di luar negeri.
Pandemi COVID-19 meluluhlantakkan bisnis eksportir kopi Putra Abadi. Namun, hal tersebut tak menyurutkan Wenny-Tyo, untuk terus mempromosikan kopi khas Pagar Alam Sumsel.
Advertisement
Kualitas SNI
Tak hanya kopi Pagar Alam, Putra Abadi juga menjajakan beragam jenis keripik nikmat, yang berbahan dasar pisang, ubi, bayam dan lainnya.
Untuk meyakinkan pasar akan kualitas produknya, owner UMKM Putra Abadi mengajukan permohonan sertifikasi mutu Standar Nasional Indonesia (SNI).
“Alhamdulillah tahun ini, Putra Abadi memiliki SNI. Untuk mendapatkan SNI, penuh dengan perjuangan, berakhir dengan manis,” katanya.