Belum Suntik Vaksin COVID-19, Jadi Lebih Rentan Kena Omicron XBB?

Belum suntik vaksin COVID-19 sama sekali lebih rentan kena Omicron XBB, benar atau tidak?

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 17 Nov 2022, 09:00 WIB
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 Sinovac kepada anak di Pospol Polsek Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (6/1/2022). Pemerintah menargetkan 2,6 juta anak usia 6-11 tahun telah divaksinasi sampai akhir Januari 2022. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Ada pandangan bahwa orang yang belum suntik vaksin COVID-19 sama sekali malah lebih rentan terinfeksi subvarian Omicron XBB. Hal ini memunculkan kekhawatiran, terlebih temuan kasus varian XBB di Indonesia mulai marak akhir-akhir ini.

Lantas, benarkah rentan kena Omicron XBB bagi mereka yang belum mendapatkan vaksin COVID-19? Guru Besar Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Amin Soebandrio menjelaskan, karakteristik varian Omicron maupun 'anak' Omicron punya kemampuan menghindari antibodi yang sudah terbentuk dalam tubuh.

Bagi yang sudah vaksin dosis lengkap dan booster pun tetap berpeluang terinfeksi COVID-19 kembali, terutama dari 'anak' varian Omicron. Dalam hal ini, bagi yang belum vaksinasi COVID-10 sama sekalipun akan lebih rentan terinfeksi varian XBB.

"Omicron dan juga turunannya punya kemampuan escape atau istilahnya ngeles dari antibodi yang sudah ada. Jadi, entah seseorang sudah divaksinasi sekali, dua kali, tiga kali, tapi kalau antibodi dalam tubuh itu tidak mengenali dengan baik virus yang masuk, karena sudah ada mutasi dan sebagainya, maka virusnya bisa menginfeksi," jelas Amin saat diskusi 'Perkembangan Pandemi di Indonesia dan Gejala pada Pasien COVID-19' yang disiarkan dari Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta pada Rabu, 16 November 2022.

"Infeksi ini juga terlepas dari apakah gejala yang ditimbulkan ringan atau berat. Tapi sekali lagi, dengan adanya kemampuan mutasi si virus yang baru -- varian XBB -- ini ya dia punya kemampuan ngeles atau melepaskan diri dari cengkeraman antibodi yang sudah ada."


50 Persen Pasien Belum Divaksin

Seorang warga berjalan dekat tempat karantina pasien COVID-19 Wisma Atlet, Jakarta, Kamis (3/3/2022). Hingga dua tahun berselang, pada 2 Maret 2022, pemerintah mencatat ada 5.630.096 kasus positif COVID-19 di Indonesia sejak pengumuman kasus pertama. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) Mohammad Syahril mengatakan, masyarakat yang belum melakukan vaksinasi COVID-19 sangat berisiko meninggal akibat varian XBB.

"Varian baru ini adalah XBB, dan saat ini sudah hampir 25 persen dikonfirmasi bahwa, proporsi kasus itu didominasi oleh varian baru ini," ujar Syahril saat konferensi pers pada Rabu, 16 November 2022.

Berdasarkan data Kemenkes per 16 November 2022, pasien COVID-19 yang dirawat dalam satu bulan terakhir berjumlah 10.000. Dari jumlah yang ada, 5 persen di antaranya, masuk ICU dan sisanya 95 persen non-ICU.

"Nah, yang masuk itu adalah kriteria sedang, berat, dan kritis," lanjut Syahril.

Tercatat, mayoritas pasien yang masuk ke rumah sakit belum dibooster. Dari pasien yang dirawat, sekitar 85 persennya merupakan pasien yang belum melakukan booster, dan 50 persen belum divaksin sama sekali.

Lalu terdapat 1.373 pasien yang sebelumnya dirawat meninggal. Jika dikaitkan, 74 persen di antaranya, merupakan pasien yang belum melakukan booster dan 50 persen belum divaksin. Dalam arti, pasien yang sedang dalam perawatan dan juga meninggal merupakan pasien yang tidak divaksin.

Syahril menambahkan, hampir 52 persen pasien yang dirawat tersebut adalah lansia. Pasien yang tidak dibooster juga memiliki risiko yang tinggi.

"Jadi, jangankan yang usia lanjut, yang masih muda pun apalagi jika memiliki komorbid juga memiliki resiko kematian yang tinggi. Maka, diharapkan dapat melakukan vaksin, termasuk vaksin booster untuk melindungi tubuh dari berbagai varian virus COVID-19 ini," tambahnya.


Pemicu Kenaikan Kasus COVID-19

Penumpang menunggu di Stasiun Kereta Api Kamalapur untuk naik kereta setelah pemerintah memerintahkan mencabut lockdown di Dhaka, Rabu (11/8/2021). Bangladesh memberlakukan lockdown paling ketat pada awal Juli ketika kasus dan kematian Covid-19 baru naik ke rekor tertinggi. (Munir Uz zaman/AFP)

Pada konferensi pers sebelumnya, Juru Bicara Kemenkes RI Mohammad Syahril mengungkapkan, adanya kenaikan COVID-19 di Indonesia dalam kurun waktu satu minggu terakhir, seiring munculnya varian XBB.

Masyarakat diminta untuk memproteksi diri dengan melengkapi vaksinasi booster dan disiplin terapkan protokol kesehatan. Hal ini disampaikan Syahril pada Jumat (4/11/2022).

Data Kemenkes per 4 November 2022, dalam kurun satu minggu terakhir terjadi kenaikan kasus COVID-19 di 30 provinsi di Indonesia. Pada level nasional, selama empat hari terakhir juga terjadi peningkatan kasus COVID-19 sekitar 4.700 – 4.900 kasus.

Tren kenaikan kasus disinyalir terjadi seiring dengan ditemukannya varian XBB di Indonesia.

“Kenaikan kasus ini memang masih dalam batas-batas yang tidak menjadikan satu signifikan atau terlalu tinggi dibanding dengan kita Subomicron yang lalu, yaitu BA.4 maupun BA.5," kata Syahril.

"Sebanyak 28 negara melaporkan varian XBB, namun lonjakan kasus varian XBB tidak diiringi dengan peningkatan kematian dan jumlah perawatan di rumah sakit."

Sebagian besar negara juga sudah mengalami penurunan kasus varian XBB. Tiga negara yang melaporkan penurunan kasus di antaranya, Singapura dari 18.000 per hari, saat ini sudah turun menjadi 8.000 kasus. India dari 300.000 kasus saat ini turun menjadi 2300 perhari.

Demikian juga dengan Bangladesh, dari 14.000 kasus per hari, saat ini sudah 367 kasus per hari.


Kejar Vaksinasi Booster

Tim medis mengecek kesehatan warga sebelum mendapatkan vaksin booster di Jakarta, Rabu (6/4/2022). Kegiatan vaksinasi booster ini digelar sampai jelang mudik, dimana saat ini 503 gerai vaskin yang tersebar di wilayah hukum Polda Metro Jaya. (merdeka.com/Imam Buhori)

Demi menghadapi Omicron XBB, Mohammad Syahril meminta masyarakat untuk menegakkan protokol kesehatan, mengurangi aktivitas di kerumunan, dan melaksanakan vaksinasi COVID-19. Upaya ini sebagai bagian di dalam perlindungan pencegahan dan pengendalian COVID-19.

Tercatat, capaian vaksinasi booster atau ketiga di Indonesia baru mencapai 28,06 persen (data Vaksinasi COVID-19 Kemenkes per 16 November 2022 pukul 13.18 WIB). Padahal, target dosis ketiga sejumlah 50 persen.

“Harapannya kepada masyarakat, mari kita semua bersama-sama vaksinasi booster atau ketiga ini dapat kita gerakan dan kita bisa mencapai di atas 50 persen dan tetap gunakan masker," pesan Syahril.

Upaya-upaya pencegahan di hulu juga tetap ditegakkan Kemenkes untuk mengantisipasi lonjakan kasus COVID-19. Mulai dari kesiapsiagaan rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya hingga peningkatan upaya pelacakan (tracing) dan pemeriksaan (testing).

Infografis Waspada Covid-19 Omicron XBB Sudah Masuk Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya