Liputan6.com, Jakarta Pengamat Ekonomi dari Indonesia Strategic and Economics Action Institution Ronny P Sasmita, menilai deklarasi pemimpin, atau Leaders' Declaration pada KTT G20 Bali, mampu memitigasi ancaman resesi 2023.
“Secara formal tentu ada. Bahkan saya melihat semua peserta bersepaham bahwa resesi global tahun 2023 adalah sesuatu yang tak terhindarkan, sehingga muncul kesepakatan untuk menyisihkan dana yang akan dikelola oleh IMF sebagai bantalan jika nanti ada negara yang tak mampu menahan tekanan resesi global,” kata Ronny kepada Liputan6.com, Kamis (17/11/2022).
Advertisement
Dalam dokumen Leaders' Declaration terdapat 52 poin yang dijabarkan sebagai hasil akhir pertemuan KTT G20 Bali 2022. Menurut dia, hampir semua isu global sudah tercover di dalamnya.
“Namun kebanyakan isinya masih bersifat formalitas, terutama berupa kesepahaman alias mutual understanding,” ujarnya.
Bahkan, poin-poin soal Pandemic Fund atau sustainability dan resilient trust di IMF juga lebih kepada kesepakatan teknis saja. Ini karena sebenarnya dana sejenis sudah ada di IMF.
“Jadi, tanpa dorongan dari G20 Bali pun, IMF memang sudah berkomitmen kepada negara-negara yang membutuhkan bantuan, karena itulah roh pendirian IMF saat kesepakatan Bretton Wood dulu,” katanya.
Menurutnya, jika ada komitmen baru menyiagakan dana USD 81,6 miliar sebagai dana Resilient and Sustainability Trust, artinya Indonesia juga ada di dalamnya. Indonesia juga akan terikat untuk berkontribusi, terlepas jumlahnya berapa.
“Artinya, konkretnya adalah bahwa Indonesia harus ikut mengeluarkan dana untuk ditaruh di IMF sebagai bentuk kontribusi pada sustainability and resilient trust,” jelasnya.
Untuk Ekonomi Nasional
Kemudian soal hasil konkret untuk perekonomian nasional ke depan. Komitmen investasi negara maju ke Indonesia adalah salah satu parameternya. Namun, komitmen ini tentu belum konkret jika belum terjadi.
“Tinggal kita tunggu apakah peluang investasi di berbagai bidang yang ditawarkan pemerintah di Bali memang berbuah nyata atau tidak,” ujarnya.
Selanjutnya, jika dikaitkan dengan dana penyelenggaraan KTT G20 yang besar, hasil "intangible"-nya dirasa sepadan. Image dan reputasi Indonesia terjaga dengan baik, bahkan menjadi semakin baik karena acara berlangsung sangat baik
“Seperti yang kita ketahui, Jokowi mendapat pujian dari beberapa kepala negara atas kenyamanan dan keberhasilan penyelenggaraan acara,” kata Ronny.
Imbas konkretnya nanti tergantung pada follow up dari sektor-sektor terkait. Misalnya, apakah Kemenparekraf bisa memanfaatkan hasil intangible ini menjadi kunjungan wisata yang tinggi apa tidak.
Advertisement
Tergantung Realisasi Investasi
Kemudian, apakah BKPM dan Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi bisa segera memanfaatkan untuk mendatangkan lebih investasi asing atau tidak, dan lainnya.
“Tapi jika dikaitkan dengan hasil konkret, tentu masih perlu waktu untuk membuktikannya,” ungkapnya.
Memang ada komitmen investasi untuk Indonesia, terutama di sektor energi hijau dan terbarukan. Tapi mengingat KTT G20 kali dibayangi oleh ancaman resesi di negara-negara maju, Indonesia masih belum mendapat kejelasan apakah komitmen-komitmen dari negara maju tersebut bisa menjadi nyata atau tidak.