Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu lalu, kita sempat dihebohkan dengan penemuan jenazah satu keluarga warga Kalideres, Jakarta Barat, yang meninggal diduga karena kelaparan.
Berdasarkan hasil autopsi, tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan. Namun, faktanya tidak ada makanan dalam lambung ke empat jenazah itu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mereka tidak makan selama beberapa waktu sampai akhirnya meninggal.
Advertisement
Tak heran jika peristiwa tersebut menimbulkan pertanyaan seberapa lama manusia bisa bertahan hidup tanpa asupan makanan dan minuman?
Melansir dari Healthline, Kamis (17/11/2022), lamanya seseorang bisa bertahan hidup tanpa asupan makanan, bergantung pada berbagai faktor, seperti usia, dan kondisi kesehatan mereka.
Seperti yang kita tahu, tubuh kita membutuhkan makanan dan air untuk bertahan hidup. Akan tetapi, para ahli tidak mengetahui dengan pasti berapa lama seseorang bisa hidup tanpa makanan. Namun, berdasarkan catatan hasil survei, manusia bisa bertahan hidup tanpa makanan atau minuman antara 8 sampai 21 hari.
Catatan hasil survei ini berdasarkan perkiraan yang terjadi pada peristiwa di mana orang selamat dari kejadian terperangkap atau dikubur hidup-hidup. Karena untuk melakukan eksperimen (dengan sengaja) seperti itu pada manusia, sangat tidak etis.
Makanan dan minuman yang berperan sebagai sumber energi dan hidrasi bagi tubuh kita, sebenarnya bisa menyesuaikan dengan ketahanan tubuh kita dan energi yang kita keluarkan. Sehingga hal inilah yang menyebabkan periode waktu seseorang saat tidak makan dan tidak minum berbeda.
Alasan Seseorang Bisa Bertahan Tanpa Makan dan Minum
Ketika tubuh seseorang tidak menerima cukup kalori, bahkan kekurangan kalori, untuk menjalankan metabolisme tubuh dengan baik, maka tubuh akan berfungsi secara berbeda. Tubuh akan mengurangi jumlah energi yang dibakarnya.
Sehingga inilah yang menyebabkan seseorang akan semakin lemah sampai meninggal, saat tidak makan dan minum dalam waktu yang lama.
Tanpa makanan dan air, diperkirakan waktu maksimum tubuh dapat bertahan hidup satu minggu. Kalau seseorang hanya minum saja, tanpa makanan, waktu bertahan hidupnya mencapai 2 sampai 3 bulan.
Kelaparan dalam waktu yang lama dapat mengurangi umur kamu. Jika seseorang yang memiliki indeks massa tubuh di bawah 18,5 persen bisa dikatakan sebagai malnutrisi (kekurangan nutrisi), dan berbagai gangguan kondisi kesehatan. Termasuk penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh, masalah pencernaan hingga kanker.
Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2018, menjelaskan bahwa memiliki indeks massa tubuh di bawah 18,5 persen dapat mempersingkat hidup rata-rata 4,3 tahun untuk pria dan 4,5 tahun untuk wanita.
Advertisement
Proses Seseorang Bertahan Tanpa Makan dan Minum
Jika seseorang selama 5 hari tidak makan dan minum, seseorang akan kehilangan 1 sampai 2 kilogram berat badannya. Sebagian besar penurunan berat badan ini terkait dengan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.
Selama beberapa minggu kelaparan, perubahan dalam tubuh, biasanya menyebabkan penurunan berat badan melambat menjadi 0,3 kilogram per hari.
Semakin banyak simpanan lemak yang tersedia dalam tubuh, semakin lama seseorang biasanya dapat bertahan hidup selama kelaparan.
Setelah simpanan lemak telah sepenuhnya dimetabolisme (dibakar habis), tubuh kemudian akan melakukan penghancuran otot untuk energi, karena itu satu-satunya sumber bahan bakar yang tersedia di tubuh. Saat di fase ini, tubuh seseorang akan mengalami rasa sakit.
Asupan Air Bisa Membuat Seseorang Bertahan Tanpa Makan
Dengan asupan air yang cukup, beberapa orang bisa hidup tanpa makanan selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Waktu bertahan hidup lebih lama dengan asupan air yang cukup untuk tubuh kita.
Hal tersebut terjadi karena tubuh memiliki lebih banyak cadangan untuk menggantikan makanan, daripada untuk menggantikan cairan. Selain itu, fungsi ginjal akan berkurang selama beberapa hari jika kekurangan air.
Orang yang pernah mengalami kelaparan atau sering mengalami kelaparan akan mengalami efek jangka panjang, seperti kegagalan organ, serangan jantung, ketidakseimbangan elektrolit, pertumbuhan terhambat, kesehatan tulang yang buruk, stres pasca trauma atau depresi.
Advertisement