Industri Biodiesel Dinilai Sudah Ikuti Regulasi Pemerintah

Sebelumnya, terdapat anggapan dari beberapa pihak yang mengatasnamakan petani sawit dan menyuarakan bahwa pengusaha selama ini mendapatkan keuntungan dari pemberian subsidi biodiesel.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Nov 2022, 16:40 WIB
Sampel biodiesel B0, B20, B30, dan B100 dipamerkan saat uji jalan Penggunaan Bahan Bakar B30 untuk kendaraan bermesin diesel di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/6/2019). (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute Policy (Paspi) Tungkot Sipayung menilai pelaku industri biodiesel sudah mengikuti arahan pemerintah dalam mendukung kemandirian energi dan sektor perkebunan sawit.

"Produsen jangan terusan-terusan jadi victim (korban) karena mereka mengikuti aturan pemerintah. Kalau ada yang dilanggar ada proses hukumnya," kata Tungkot nelansir Antara di Jakarta, seperti dikutip Kamis (17/11/2022).

Selama ini pelaku usaha sudah mengikuti regulasi pemerintah terkait pemberian subsidi biodiesel yang bertujuan untuk mendukung pemakaian energi sawit dan mengurangi energi fosil.

Menurut dia, pengusaha tidak mendapatkan keuntungan dari subsidi biodiesel karena subsidi itu bukan diberikan kepada pelaku usaha, tetapi kepada konsumen, mengingat harga biodiesel tergantung harga CPO dunia.

Dengan penetapan itu, jika Harga Indeks Pembelian (HIP) solar lebih murah dari HIP biodiesel maka Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menutup selisihnya. Sebaliknya bila HIP solar lebih mahal, tidak ada subsidi dari BPDKS.

Sebelumnya, terdapat anggapan dari beberapa pihak yang mengatasnamakan petani sawit dan menyuarakan bahwa pengusaha selama ini mendapatkan keuntungan dari pemberian subsidi biodiesel.

Perihal kartel dalam industri sawit terutama minyak goreng di Indonesia dia menilai secara ekonomi tidak ada, karena jumlah pemainnya banyak. Saat ini tercatat sebanyak 70 produsen menjadi anggota Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia.

"Sekarang ada 70-80 produsen dan mereknya berbeda-beda, itu cukup banyak untuk ukuran industri minyak sawit di Indonesia," katanya.

Indikasi lain tidak adanya kartel minyak goreng yaitu persaingan pasar minyak goreng dalam negeri tidak hanya sawit, tetapi juga ada minyak nabati lainnya dari luar negeri, seperti rapeseed dan biji bunga matahari. Selain bahan baku melimpah, banyak juga distributor di setiap provinsi.

 


Teken Kontrak Ekspor 1 Juta Ton, Sawit Indonesia Bakal Banjiri China

Seorang pekerja mengangkut cangkang sawit di atas rakit di sebuah perkebunan sawit di Sampoiniet, provinsi Aceh (7/3/2021). Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang memiliki produksi terbesar di Kabupaten Aceh. (AFP Photo/Chaideer Mahyuddin)

Pelaku usaha produk sawit Indonesia meneken kontrak dagang dengan China untuk mengekspor 1 juta ton. Realisasi kontrak dagang ini berlaku pada 2023.

Ketua Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Gunawan Siregar mengatakan, kontrak kerjasama ini bentuk tindak lanjut kunjungan Presiden Joko Widodo ke China pada Juli 2022.

Dalam kunjungan tersebut Jokowi menyampaikan komitmen Indonesia untuk memenuhi kebutuhan China terhadap minyak sawit dan produk turunannya sebanyak 1 juta ton.

"Ini untuk menindaklanjuti komitmen Pak Jokowi pada saat kunjungan ke China Juli lalu, dan kita lihat perkembangannya ke depan bagaimana, harapannya ya meningkat," ujar Gunawan di Kementerian Perdagangan, Jumat (11/11).

Gunawan mengatakan, perusahaan sawit yang meneken kontrak dagang ini, hanya perusahaan yang tergabung dalam asosiasi yaitu; Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Asosiasi Industri Minyak Makan Indonesia (AIMMI), dan Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (APOLI).

Gunawan menambahkan, adanya kontrak dagang ini semakin mempererat hubungan bilateral perdagangan antara Indonesia-China. Selain itu, devisa ekspor sawit dan produk turunannya akan secara otomatis akan meningkat.

"Kita harapkan ekonomi di Indonesia makin lebih baik di bidang perkebunannya," harap Gunawan.

 

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya