Keluh Kesah Warga Pelosok di Bonebol Tak Bisa Tangkap Sinyal Siaran TV Digital

Desa yang berada di ujung timur Kabupaten Bonebol, nyaris hampir tidak bisa menangkap sinyal TV digital. Mereka mengaku kecewa karena sudah membeli set top box (STB) dan antena.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 19 Nov 2022, 16:00 WIB
Ilustrasi siaran TV Digital. (Shutterstock)

Liputan6.com, Gorontalo - Sejak pemerintah mematikan siaran televisi analog pada Rabu 2 November lalu, set top box laris manis terjual. Iming-iming siaran dengan kualitas gambar lebih jernih, seakan hanya sekedar promosi.

Seperti yang dirasakan oleh warga Desa Ilomata, Kecamatan Bulango Ulu, Kabupaten Bone Bolango (Bonebol), Gorontalo. Menurut warga sekitar, sinyal TV digital, tidak seperti yang disosialisasikan sebelumnya.

Desa yang berada di ujung timur Kabupaten Bonebol, nyaris hampir tidak bisa menangkap sinyal TV digital. Mereka mengaku kecewa karena sudah membeli set top box (STB) dan antena.

"Sudah beli satu paket STB dan antena, tetap saja gambarnya jelek, ibarat banyak semutnya," kata Ipin kepada Liputan6.com.

Menurutnya, jika menggunakan parabola masih mending dan bisa menikmati suara serta gambar TV yang lebih bagus. Namun, parabola dinilai mahal bahkan sampai ada siaran yang berbayar.

"Memang parabola bagus, jernih dan suaranya sangat jelas. Tapi bagi kami warga miskin tidak mungkin beli parabola, selain akses jauh juga kami tidak mampu," tuturnya.

"Sebenarnya kami sudah berharap di STB ini. Semenjak siaran TV digital mulai disosialisasikan, kami sudah senang, eh ternyata malah susah sinyal," ungkapnya.

Dirinya mengaku, jika Desa Ilomata memang jauh dari perkotaan. Namun, dirinya berharap bagaimana pemerintah bisa memfasilitasi lagi agar siaran TV digital bisa dirasakan hingga ke pelosok desa.

"Memang benar desa kami terpencil, tapi kan sebagai warga negara kami punya hak mendapatkan informasi. Apalagi migrasi siaran TV analog ke digital kan program pemerintah," imbuhnya.

 

Simak juga video pilihan berikut:


Pembagian STB Lambat

Sementara itu, Hendrik (42) mengaku kecewa dengan pemerintah yang lambat membagikan STB. Saat ini, di desanya, hampir semua belum mendapatkan STB seperti yang dijanjikan pemerintah.

"Katanya STB akan dibagikan secara gratis, kok sampai dengan diluncurkannya siaran TV digital, alat itu tak kunjung datang," kata Hendrik.

Harusnya, kata Hendrik, sebelum melakukan sosialisasi, pemerintah sudah lebih dulu membagikan STB. Agar langsung dipraktikkan masyarakat.

"Sudah ada sosialisasinya, tetapi STB tak kunjung ada realisasi," ungkapnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya