Liputan6.com, Bali - Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin berharap kasus tuberkulosis (TB) dapat teridentifikasi secara optimal pada akhir tahun 2024. Identifikasi yang dimaksud berupa penderita TB dapat terekam berdasarkan nama dan alamat (by name and address).
Upaya identifikasi penderita tuberkulosis sebagai bentuk penguatan pengawasan. Identifikasi yang semakin luas dan lebih dini dapat mempercepat pengobatan yang diperlukan, sehingga menurunkan angka insiden kasus TB di Tanah Air.
Advertisement
“Di Indonesia, kami ingin fokus pada pengawasan. Kami berharap pada akhir tahun 2024, setidaknya 90 persen dari 824.000 insiden tuberkulosis yang potensial di negara ini dapat diidentifikasi berdasarkan nama dan alamat,” jelas Budi Gunadi saat memberikan keterangan pers 'G20 2nd Health Ministers Meeting' di Hotel InterContinental Bali Resort, Bali, ditulis Jumat, 18 November 2022.
“Sehingga pengobatan yang tepat dapat diberikan kepada mereka. Oleh karena, itu kita perlu memperluas kapasitas pengawasan kita secara agresif di semua fasilitas kesehatan di negara ini.”
TB menduduki posisi penyakit nomor dua secara global dalam hal insiden. Oleh karena, itu penguatan pengawasan perlu dilakukan. Indonesia bersama India dan Tiongkok adalah tiga negara teratas dengan kasus TB tertinggi.
“Kami menyadari bahwa setelah bertahun-tahun, kami perlu memperkuat sistem pengawasan dan diskusi antar praktisi tuberkulosis. Sangat, sangat jelas dan tidak hanya Indonesia, tapi India dan Tiongkok,” imbuh Budi Gunadi.
“Itu adalah tiga negara teratas dengan kejadian tuberkulosis dan merasa sangat serius untuk mengerahkan sumber daya manusia dan perhatian dari perspektif Pemerintah untuk mengatasi masalah tuberkulosis ini.”
Secara global, data per 27 Oktober 2022, diperkirakan 10,6 juta orang mengalami tuberkulosis (TB) pada tahun 2021. Jumlah ini meningkat 4,5 persen dari tahun 2020 dan 1,6 juta orang meninggal karena TB – termasuk 187.000 di antara orang HIV-positif – menurut laporan World Health Organization’s 2022 Global TB.
Surveilans hingga Tes TCM
Upaya mengendalikan tuberkulosis yang merupakan penyakit menular, ditegaskan Menkes Budi Gunadi Sadikin, salah satunya protokol kesehatan. Seperti COVID-19, harus memakai masker dan mencuci tangan.
Pemerintah perlu mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesehatan, bagaimana protokol di rumah bagi anggota keluarga yang menderita TB. Artinya, kondisi rumah harus sehat dan berventilasi baik.
“Itulah protokol kesehatan pada penyakit TB. Dengan protokol kesehatan ini kita harus memastikan lingkungan kita sehat dan bersih. Jika kita punya rumah yang tidak bersih dan tidak berventilasi baik, maka tentunya ini bagian dari pekerjaan rumah bersama,” terang Menkes Budi Gunadi pada konferensi pers 'G20 2nd Health Ministers Meeting' di Hotel InterContinental Bali Resort, Bali pada Kamis, 27 Oktober 2022.
Selanjutnya, penguatan surveilans TB selayaknya COVID-19 dengan membangun jaringan laboratorium yang bisa melakukan tes PCR. Setelah dites positif, harus menyerahkan sampel ke pusat. Kemudian melakukan perawatan, apakah di karantina atau dikirim ke rumah sakit atau memberi mereka obat.
“Kita harus memastikan bahwa kontak erat pasien ini juga mengidentifikasi dan juga sampelnya diuji. Hal sama yang terjadi dengan tuberkulosis juga dari sisi. Pengawasan, kita perlu meningkatkan kapasitas, penderita TB di kita yang teridentifikasi tidak lebih dari 600.000 dari estimasi 824.000 kasus,” tambah Budi Gunadi.
“Masih ada 200.000 pasien TB di Indonesia yang tidak bisa kami identifikasi namanya. Niat kami ingin meningkatkan pengawasan terhadap tuberkulosis. Kalau COVID-19 kan pakai PCR, sedangkan TB cukup pakai Tes Cepat Molekuler (TCM). Hampir mirip sama PCR, tapi TCM lebih mudah dan cocok buat yang tidak punya cukup lab.”
Advertisement
Fokus Identifikasi Penderita TB
Kasus tuberkulosis di Indonesia yang diperkirakan mencapai 824.000 orang, ditegaskan Menkes Budi Gunadi Sadikin sebelumnya harus teridentifikasi pada tahun 2024. Hal ini disampaikan pada acara ‘Tuberkulosis – International Meeting (INA – TIME) 2022 ke-4’ beberapa waktu lalu.
“Saya minta di 2024 dari 824.000 penderita TBC itu, sebanyak 90 persen harus sudah terdeteksi. Kita sekarang ingin strategi surveilansnya yang baik dan benar, yaitu berdasarkan by name by address,” katanya di Bali pada Jumat, 9 September 2022.
“Ini sama seperti kita dapatkan pasien-pasien COVID-19, dan lakukan itu satu setengah tahun dari sekarang. Semua jajaran Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan dapat bekerja sama dengan asosiasi ahli paru untuk bisa mencapai 90 persen dari 824.000 penderita TB.”
Budi Gunadi juga minta untuk fokus dan memprioritaskan pencarian 824.000 penderita TB dan mengesampingkan hal lain.
“Jangan tergoda melakukan 100 hal kegiatan lintas sektor lintas atau bikin petunjuk teknis, dan segala macam. Bereskan dahulu 824 ribu itu sampai teridentifikasi,” tegasnya..
Dikatakan Menkes Budi Gunadi, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI sudah membuat protokol yang baru, kerja sama dengan asosiasi-asosiasi dan organisasi profesi serta sudah mendorong dana Global Fund agar terealisasi lebih cepat dalam menangani TB.
“Prinsip penyakit menular adalah kita harus tahu di mana mereka dan kita harus selamatkan mereka itu adalah tugas pertama yang paling prioritas,” sambungnya, dikutip dari laman Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Kemenkes dalam artikel berjudul, Melalui Kegiatan INA – TIME 2022 Ke-4, Menkes Budi Minta 90% Penderita TBC Dapat Terdeteksi di Tahun 2024.
Ketahui Cepat Jenis Varian Bakteri TB
Upaya pencegahan dan pengobatan tuberkulosis, menurut Budi Gunadi Sadikin, harus didukung dengan lebih cepat perihal jenis varian bakteri TB. Upaya ini bisa dilakukan dengan alat genom sekuensing yang terus dikembangkan dan tengah diupayakan Pemerintah untuk bisa mendapatkan tempat pilot project-nya alat tersebut.
Bakteri penyebab TB dibawa oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini biasanya menyerang paru-paru, namun tidak jarang pula bakteri dapat memengaruhi bagian tubuh lainnya.
Bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyerang organ tubuh selain paru-paru perlu dibedakan dengan TB biasa. Dalam hal ini, jenis bakteri yang diidentifikasi cepat lebih ditujukan menyerang organ tubuh yang mana.
Sebagai informasi, jenis TB yang menyerang organ, antara lain:
- TB paru
- TB limfadenitis
- TB tulang
- TB milier
- TB urogenital
- TB liver
- TB saluran pencernaan
- TB meningitis
- TB peritonitis
- TB kulit
- TB perikarditis
Seiring kemajuan teknologi, pemeriksaan genom sekuensing saat ini, tidak harus dilakukan di laboratorium. Genom sekuensing yang baru sekarang sebesar handphone sehingga pendeteksian varian bakteri bisa dilakukan dengan cepat. Pasien bisa segera diberi obat yang tepat.
“Dengan demikian, kita bisa kasih paket pengobatannya itu yang benar-benar cocok dengan pasien,” ucap Menkes Budi Gunadi.
Advertisement
Masih Ada 50 Persen Kasus TB Belum Ditemukan
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu menambahkan, penyakit TB di Indonesia dan global masih menjadi masalah kesehatan yang utama. Penyakit ini merupakan satu dari 10 penyebab utama kematian dunia. Indonesia negara dengan beban TB peringkat ke-3 tertinggi setelah India dan Tiongkok.
Indonesia berkomitmen untuk mencapai eliminasi TB pada tahun 2030 dengan target insiden rate 65 per 100.000 penduduk dengan angka kematian 6 per 100.000 penduduk.
Berdasarkan Global TB Report 2021, diperkirakan ada 824.000 kasus TBC di Indonesia, namun pasien TB yang berhasil ditemukan, diobati, dan dilaporkan ke dalam sistem informasi nasional hanya 393.323 (48 persen). Masih ada sekitar 52 persen kasus TB yang belum ditemukan atau sudah ditemukan namun belum dilaporkan.
Pada tahun 2022, data per bulan September 2022 untuk cakupan penemuan dan pengobatan TB sebesar 39 persen dan angka keberhasilan pengobatan TB sebesar 74 persen.
“Untuk mendukung eliminasi TB, perlu adanya peningkatan dan pembaruan manajemen program TB bagi tenaga kesehatan baik dokter, mahasiswa kedokteran, perawat, bidan dan pemegang program di layanan berdasarkan hasil penelitian terkini,” kata Maxi.
Kegiatan INA – TIME yang setiap tahun dilaksanakan menjadi sarana untuk mendapatkan informasi terkini dari hasil penelitian TB yang sudah dilakukan oleh para peneliti Program TB. Tujuannya, menjadi wadah forum diskusi ilmiah melalui paparan berbagai hasil penelitian terbaru dan rencana penelitian dalam penanggulangan TB.
Melalui kegiatan INA – TIME dapat menjadi media untuk memperluas jejaring peneliti TB, pengelola program, dan praktisi dalam menyusun strategi baru sebagai upaya percepatan eliminasi TB di Indonesia serta membangkitkan motivasi para akademisi, peneliti kesehatan untuk melakukan penelitian TB dengan tema yang sesuai dengan masalah prioritas program TB Nasional.