Memahami Hidup Sesudah Mati di Kanvas Yanas Kosel

Ada dua fase yang pasti dilewati manusia, apa saja?

oleh Edhie Prayitno IgeAjang Nurdin diperbarui 18 Nov 2022, 16:21 WIB
Evolution of Life, Acrilyc diatas Canvas 120x135. Foto : liputan6.com/ajang nurdin

Liputan6.com, Batam - Ada dua fase kehidupan, keduanya sangat mutlak di mata Yanas Kosel. Pertama ketiadaan menjadi ada dan kedua keberadaan menjadi tiada.

Itulah tema yang diusung Yanas saat menggelar pameran tunggal di galeri lukis art Hotel, Batam. Menggelitik secara tema namun juga menguliti sejarah seni lukis dalam pemberontakan hidup sehingga menghasilkan seni lukis abstrak.

Tajuk resminya Metaphor of life Yanas Kosel, seniman keturunan Kebumen kelahiran Bandung pada 1978 silam ini, mengungkapkan kebanggaannya dapat memamerkan 8 lukisan di Batam, yang menurutnya Batam itu avangardenya Pulau Indonesia di Perbatasan wilayah Barat.

"Saya yang tidak pernah sangka dapat bisa pameran lukisan secara tunggal di Batam, pulau yang menjadi avangarde-nya Indonesia perbatasan Singapura dan Malaysia Suatu hal yang luar biasa Spritual bagi saya pribadi, " kata Yanas di Batam 

Ia tak menyangka dan mengandai andai seorang seniman yang sederhana bisa pameran di Batam .

"Saya hanya melakukan dan memaksimalkan yang Tuhan saya (Adonai) berikan kepada saya, tangan kidal saya hanya untuk main gitar dan tangan kanan saya hanya untuk melukis. Ini semata sebagai tanggung jawab kepada Tuhan," kata Yanas

Dalam pameran tersebut Yanas menjelaskan bahwa Seni Lukis Abstrak yang ia usung Meta For Live 

Yang menjadi tema Pameran tunggal di Batam fase II dari Fase II. Keberadaan menjadi tiada .

Di fase itu semua manusia mempunyai kisah masing-masing walaupun esensinya semua hidup pasti mati.

Apa hubungannya Metaphor of live dengan seni lukis abstrak?

"Manusia itu bukan hanya perantara Tuhan dan bumi," jelas Yanas.

Seni yang bagus menurutnya bisa mengabstrak alam semesta , menerjemahkan alam semesta ketiga susunan, alam sementa ada tiga susunan, garis, bidang dan warna.

"Kita semua terbentuk dari 3, garis terbentuk dari titik, warna terbentuk dari spektrum cahaya, rangkaian garis dan warna merupakan satuan bidang. 

Seniman yang besar di Bandung yang latar belakan Sinden(Ibu) dan arsitek rumah Joglo (Bapak) itu melanjutkan tema lukisan yang diambil pada pameran tunggalnya kali ini adalah 'Metaphor of Life'. Kosa kata artistik kontemporernya sendiri yang dijiwai dengan citra metaforis yang meneguhkan hidup.

Disebutkannya, tatanan kehidupan akan selalu berada dalam wilayah tesis dan antitesis, sebagai satu kesatuan paket dinamika kehidupan yang tidak dapat dipisahkan dari keberadaan manusia sehingga menjadi sebuah anomali naratif dari dinamika kehidupan yang disebut 'Metafor Kehidupan'.


Agenda Rutin Hotel

Explosive of live, Acrilyc diatas kanvas, 145x136. Foto: liputan6.com/ajang nurdin 

Sudut pandang estetika seni rupa, tertuang dalam susunan garis, bidang, dan warna yang terintegrasi dalam komposisi, gestur, tekstur, sapuan kuas, intensitas dan aksen yang selaras secara dinamis. Hingga menjadikan sebagai semiotika kehidupan itu sendiri, yang sarat drama alur cerita dan sejarah abadi selama keberadaan manusia itu masih ada.

"Eksistensi manusia dalam menghayati metafora kehidupan akan selalu berusaha diterjemahkan ke dalam berbagai makna, baik yang bersifat religius, kultural, ilmiah hingga estetika, yang kesemuanya merupakan bentuk usaha manusia untuk memvisualisasikan makna Metafora Kehidupan, hal ini yang kami ungkapkan dalam sebuah karya lukisan," kata Yanes Kosel.

Ditambahkannya, dalam menikmati atau mengartikan sebuah lukisan abstrak. Seniman hanya menyuguhkan karya yang mempertegas sebuah bidang, garis dan warna. Dan terpenting menuangkan apa yang ada dalam pikirkan, rasa dan jiwa dari seniman pelukis abstrak itu sendiri.

"Dari sebuah lukisan itu, tuangan dari rasa pelukis, dia sedang apa, apa yang dia rasakan, dan pelukis Abstrak haram hukumnya untuk menjelaskan arti keseluruhan dari karyanya, biar para penikmat seni abstrak yang mengartikan masing-masing," katanya

Ia berharap Batam bisa menjadi Episentrum lukisan Abstrak di wilayah perbatasan dengan Singapura dan Malaysia dengan konsep Budaya Melayu.

Sementara itu dari Art Exhibiton artHotel Maria Risky, mengatakan dengan tetap mengedepankan seni art pada konsep Art Hotel, kolaborasi dengan seniman lukis ini merupakan kali kedua sejak dibukanya hotel yang berlokasi di Kawasan Penuin, Lubukbaja, Kota Batam.

"Art Exhibition Schedule merupakan kegiatan rutin pergantian lukisan pada Artotel yang tetap, kegiatan ini dilakukan setiap 3 bulan sekali," ujar Maria Rizki, usai acara Art Exhibition di Arthotel.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya