SMF Bangun Rumah Buat MBR di Surakarta

Program pembangunan rumah untuk MBR merupakan wujud dari komitmen SMF sebagai Special Mission Vehicle dalam pelaksanaan tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs.

oleh Aprilia Wahyu Melati diperbarui 18 Nov 2022, 19:30 WIB
Wakil Walikota Surakarta, Teguh Prakoso didampingi oleh Direktur Utama SMF, Ananta Wiyogo, Kepala Kantor Wilayah DJKN Jawa Tengah Kementerian Keuangan, Mahmudsyah, dan Kepala Balai Prasarana Pemukiman Wilayah Jawa Tengan Kementerian PUPR, Cakra Nagara,meresmikan 47 rumah baru bantuan dari Program Peningkatan Kualitas Rumah di Daerah Kumuh yang diiniasi oleh SMF pada Jumat (18/11) di Kawasan Semanggi, Kelurahan Moyo, Surakarta.

Liputan6.com, Jakarta PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF bekerja sama dengan Pemerintah Kota Surakata dan Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) Dinas Cipta Karya, Kementerian PUPR merealisasikan pembangunan Rumah Layak Huni (RLH) di Surakarta. Program ini ditujukan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di Kawasan Semanggi, Kelurahan Mojo, Surakarta.

Walikota Surakarta Gibran Rakabuming Raka mengapresiasi langkah pembangunan rumah bagi MBR  di Solo tersebut.

“Terima kasih, kami merasa senang dan merasa terbantu dengan program ini, dan hari Ini hari rumah-rumahnya sudah selesai, warga sudah menerima kuncinya dan bisa segera pindah hari ini, jadi rumahnya bisa segera ditempati, direlokasi,” tuturnya seperti mengutip keterangan SMF, Jumat (18/11/2022).

Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo menjelaskan, program tersebut merupakan wujud dari komitmen Perseroan sebagai Special Mission Vehicle dalam pelaksanaan tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs khususnya dalam hal pembangunan kota dan permukiman berkelanjutan. Program ini diharapkan dapat menciptakan multiplier effect yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Ananta berharap Program Pembangunan Rumah Layak Huni di Kawasan Semanggi ini menjadi salah satu upaya mengurangi kekumuhan di bantaran sungai, juga turut membantu penanganan kemiskinan ekstrim, dengan merelokasi warga ke permukiman yang lebih layak sehingga dapat meningkatkan taraf hidupnya.

“Sebagai BUMN dibawah Kementerian Keuangan salah satu tugas kami adalah membantu pendanaan infrastruktur perumahan, salah satunya membantu masyarakat untuk mendapatkan rumah layak huni. Sumber dana SMF berasal dari APBN dan pasar modal, dan Program Kotaku ini merupakan program jangka panjang yang kami lakukan dari Sabang sampai Merauke, kami berharap masyarakat dapat memanfaatkannya bantuan ini dengan sebaik-baiknya dengan terus menjaga dan merawat rumahnya agar dapat memberikan manfaat jangka panjang,” kata dia.


Strategi SMF

Kiri – Kanan : Kepala Kantor Wilayah DJKN Jawa Tengah Kementerian Keuangan, Mahmudsyah, Direktur Utama SMF, Ananta Wiyogo, Walikota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka, Koordinator Program Kotaku Suarakata, Cahyo, dan Kepala Balai Prasarana Pemukiman Wilayah Jawa Tengan Kementerian PUPR, Cakra Nagara, berdialog saat melakukan kunjungan ke 47 rumah baru layak huni di Kawasan Semanggi, Surakarta.

SMF melalui program inisiatif strategisnya yaitu Program Peningkatan Kualitas Rumah di Daerah Kumuh mendirikan bangunan rumah baru bagi MBR di Kawasan Semanggi. Kawasan tersebut merupakan wilayah relokasi yang disiapkan oleh Pemerintah Daerah Surakarta bagi warga yang sebelumnya bermukim di kawasan kumuh bantaran Sungai Pemulung Bengawan Solo.

Sebanyak 47 rumah layak huni telah rampung dibangun di wilayah RW 1 Kelurahan Mojo yang memiliki luas 3,72 Ha, yang merupakan bagian dari Kawasan Semanggi yang memiliki total luas 15.368 Ha. Pembangunan RLH tersebut diawali dengan penandatanganan perjanjian kerja sama pada 17 Desember 2021 antara antara SMF, Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman, Kementerian PUPR, serta Pemerintah Kota Surakarta yang dikoordinir oleh kementerian koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.

Hal tersebut kemudian ditindak lanjuti dengan proses pembangunan yang intensif sejak 25 Januari 2022, dengan menerapkan standar rumah layak huni yang merujuk pada standar Sustainability Development Goals (SDGs).

Warga Mojo yang mayoritas bermata pencaharian tidak tetap seperti buruh bangunan, petugas parkir, serta buruh serabutan kini bisa memiliki hunian yang layak dan sehat dibandingkan hunian sebelumnya, di mana warga tinggal di sekitar Tanggul Parapet Sungai Pemulung Bengawan Solo yang memiliki karateristik permukiman yang tidak layak, tidak sehat dan tidak teratur yang memadati sepanjang drainase sabuk tanggul Sungai Pemulung Bengawan Solo.

Melalui program ini SMF mengalirkan bantuan dana hibah sebesar Rp 3,2 miliar dengan menggunakan anggaran Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang disalurkan melalui Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). Surakarta menjadi kota ke-13 yang diresmikan, dari total 16 lokasi yang sudah terealisasi di Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan hingga NTT. Sejak tahun 2019 hingga saat ini Perseroan telah merealisasikan program peningkatan kualitas rumah di daerah kumuh sebanyak 370 rumah di 16 lokasi dengan serapan anggaran mencapai Rp 27,64 miliar. 


Warga Bersyukur

Suranto (52 tahun) bersama istrinya kini bisa menempati rumah baru yang layak huni di Kawasan Semanggi, Kelurahan Wojo, Surakarta yang merupakan wilayah relokasi pemukuman kumuh bantaran Sungai Pemulung Bengawan Solo.

Salah satu warga penerima manfaat yaitu Suranto (52) merasa terharu dan mengungkapkan rasa syukurnya atas bantuan rumah tersebut. Ia beserta istri dan empat orang anaknya kini bisa tinggal di hunian yang lebih layak dibanding sebelumnya.

“Saya mengucapkan terima kasih kepada SMF, Kementerian Keuangan, Kementrian PUPR, Kotaku dan Pemerintah Surakarta. Rasa bangga saya hari ini tidak bisa terucapkan, karena kini saya bisa punya rumah sendiri yang lebih manusiawi, kalau mau beli kan nggak bisa, kami tidak mampu,” ungkap Suratno.

Suranto sudah lama memimpikan rumah sendiri yang layak, dimana sebelumnya ia sudah tinggal selama lebih dari 20 tahun di pemukiman kumuh samping Sungai Pemulung Bengawan Solo. Sebelumnya ia sempat tinggal di rumah kontakan yang lokasinya tidak jauh dari sungai, namun kondisi ekonomi keluarga yang serba berkekurangan membuat ia tidak bisa membayar uang sewa rumah yang semakin melambung. Upah harian Suratno berkeja yang berkeja harian sebesar Rp 70 ribu masih belum cukup untuk menutupi kebutuhan keluarganya, terlebih anak pertamanya kini ada di bangku kelas 3 Sekolah Menangah Atas. Ia mengaku banyak pinjam sana-sini, gali lobang tutup lobang untuk menutupi kebutuhan keluarganya.

Adanya rumah baru ini memunculkan harapan baru baginya untuk meningkatkan taraf hidup keluarganya.

“InsyaAllah saya merasa optimis sekarang, ekonomi saya akan berkembang dan bisa mengangkat taraf hidup keluarga saya. Selain bekerja saya rencananya mau jualan wedangan, kan modalnya kecil, jadi saya masih bisa, Alhamdulillah,” ucapnya sumringah.

Infografis Serba-serbi Rumah Ramah Lingkungan. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya