Liputan6.com, Jakarta - Setiap kehilangan dan duka dapat menyebabkan patah hati. Entah itu berasal dari putusnya hubungan dengan kekasih, ditinggal orang yang dicintai, sampai kegagalan pribadi. Setiap perpisahan dari seseorang atau sesuatu yang kita hargai ini dapat menyebabkan patah hati.
Proses patah hati terjadi dengan lambat dan menyakitkan, tetapi fase tersebut pada akhirnya akan berlalu dan saat itulah kita akan membantu kita untuk pulih. Kita dapat memanfaatkan proses tersebut sebagai kesempatan untuk belajar akan masalah, jika masalah yang sama terjadi di masa depan.
Advertisement
Melansir dari Very Well Mind, Jumat (18/11/2022), patah hati merupakan frasa yang memiliki dua arti. Pertama adalah keadaan emosional yang menyakitkan dan tertekan akibat peristiwa yang menjengkelkan seperti putus cinta, sampai kematian orang yang dicintai.
Kedua, patah hati adalah kardiomiopati akut yang disebabkan oleh stres, memunculkan kondisi fisik seperti nyeri dada, sesak napas, dan irama jantung yang tidak normal. Hal ini disebabkan oleh perasaan intens yang kita rasakan.
Terdapat beberapa gejala yang muncul saat kita mengalami patah hati, di antaranya adalah kelelahan, gangguan napsu makan, berkurangnya minta dapat beraktivitas dan kecemasan.
Gejala-gejala ini bisa berujung menyebabkan rasa nyeri pada jantung. Kondisi fisik ini biasa disebut sebagai sindrom patah hati yang meliputi detak jantung tidak menentu dan sesak napas, seolah-olah kita mengalami serangan jantung.
Proses penyembuhan dari fase patah hati membutuhkan waktu dan usaha. Oleh karena ini, kita tidak perlu terburu-buru memecahkan masalahnya secara langsung. Kita bisa memulai dengan memberi perhatian terhadap perasaan yang sedang dialami dan mengizinkan diri kita untuk larut untuk sementara.
Ketika kita sudah mulai menerima emosi yang kita rasakan, selanjutnya kita bisa mulai mengevaluasi keadaan. Ini dapat membantu untuk menyingkirkan pikiran-pikiran yang membuat kita terjebak di masa-masa patah hati.
Coba untuk tidak menuruti keinginan tubuh kita yang ingin mengisolasi diri dan larut terlalu dalam dengan perasaan sedih dan bersalah. Terdapat empat cara yang bisa kita lakukan dalam mengatasi patah hati. Penasaran apa saja? Berikut ulasannya.
1. Jangan Biarkan Diri Terkontrol oleh Emosi
Pertama, kita bisa memulai dengan mengubah cara kita memandang keadaan yang membuat kita patah hati. Anggap kejadian tersebut sebagai kesempatan bagi kita untuk belajar dan tumbuh.
Mungkin kita akan merasa marah dengan apa yang terjadi di dalam hubungan tersebut dan bagaimana hubungan tersebut berakhir. Tidak jarang kita akan tergoda untuk melakukan "balas dendam" agar perasaan yang dirasakan sepadan.
Namun, perlu diingat bahwa melakukan hal tersebut dan menyakiti orang lain tidak akan membuat apa yang kita rasakan menjadi lebih baik. Untuk beberapa kasus, hal ini akan memperburuk dan memperlambat penyembuhan diri sendiri.
Advertisement
2. Lakukan Self-Care atau Perawatan Diri
Self-care atau perawatan diri memiliki berbagai bentuk, yaitu emosional, fisik, dan spiritual. Tindakan perawatan diri ini bermanfaat bagi semua orang yang sedang berada dalam masa pemulihan. Kegiatan ini bisa seperti mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga, dan melakukan mekanisme koping.
Meskipun patah hati termasuk sebagai luka emosional, perasaan ini juga dapat memengaruhi kondisi fisik seseorang, sesuai dengan makna kedua dari frasa patah hati.
Coba untuk memulihkan perspektif kehidupan kita secara lebih luas. Cara ini membantu kita melihat bahwa apa yang terjadi dengan hubungan kita dengan kekasih bukanlah satu-satunya hal utama di hidup kita. Kita dapat mulai bekerja dan mengembangkan hubungan dengan teman, keluarga, bahkan diri kita sendiri.
3. Berusaha Keluar dari Pemikiran Tentang Masa Lalu
Ketika kita ditinggal oleh seseorang kita sayangi, tidak jarang kenangan yang kita lewati bersama mereka, baik atau pun buruk seolah-olah terus berputar tanpa henti di benak kita.
Dalam mengatasi rasa duka, mengenang kenangan baik memang dapat membantu proses pemulihan. Tapi jika terlalu lama, kita akan terlarut dan terjebak di waktu itu dalam kurun waktu yang tidak sehat.
Ini tidak akan mudah, tetapi kita bisa mencoba untuk keluar dari lingkaran memori tersebut. Tidak semua hubungan yang berakhir itu buruk, karena tidak semuanya sempurna. Kita tidak bisa melanjutkan penyembuhan jika terus memikirkan masa lalu bukannya belajar dari situ.
Advertisement
4. Jangan Abaikan Apa yang Dibutuhkan Diri Sendiri
Kita bisa berusaha dengan cara bersikap jujur dengan diri sendiri akan apa yang kita butuhkan. Seringkali kita mengabaikan hal ini karena hal tersebut lebih mudah dibandingkan menghadapi dan memenuhi apa yang dibutuhkan.
Mengabaikan kebutuhan memang terasa lebih baik, tetapi hal ini hanya akan terasa demikian dalam jangka waktu pendek. Berpura-pura tidak memiliki kebutuhan membuat kita sulit untuk tumbuh dan pulih.
Luangkan waktu untuk merenungkan apa saja kebutuhan kita yang tidak terpenuhi saat berada dalam hubungan dan penyebab hubungan tersebut berakhir. Setelah kita mengevaluasi kebutuhan kita tidak terpenuhi di hubungan sebelumnya, dari sini kita dapat mengatasi masalah sehingga tidak kembali terulang di hubungan ke depannya.