Sopir Taksi Antar ke Bandara yang Salah, Penumpang Pesawat Merugi Rp4,3 Juta

Penumpang pesawat yang diantarkan ke bandara yang salah itu mengaku kompensasi yang diterimanya dari perusahaan taksi hanya sekitar 20 persen dari kerugian yang dideritanya.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 19 Nov 2022, 11:33 WIB
Pelancong berjalan di ruang keberangkatan yang hampir kosong karena jumlah pengunjung menurun drastis di Bandara Suvarnabhumi di Bangkok, Rabu (11/3/2020). Di Thailand sendiri lebih dari 50 orang terinfeksi virus corona COVID-19 yang telah menggemparkan seluruh dunia. (Mladen ANTONOV/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Seorang perempuan Thailand mengajukan pengaduan ke polisi dan Kantor Dewan Perlindungan Konsumen (OCPB) setelah sopir taksi mengantarnya ke bandara yang salah. Ia pun mengaku rugi lebih dari 10 ribu baht atau sekitar Rp4,3 juta.

Dikutip dari The Thaiger, Jumat, 18 November 2022, penumpang bernama Artanya Kaewma (51) mengatakan kepada Thairath bahwa dia sudah memesan penerbangan bersama suaminya pada 7 November 2022. Saat itu, pesawatnya berangkat dari Bandara Suvarnabhumi dan akan menuju Bandara Internasional Chiang Mai.

Pesawat dijadwalkan berangkat dari Bangkok pada pukul 06.10 pagi. Ia pun memesan taksi lewat aplikasi untuk menjemputnya di hotel yang berada di Jalan Nimit Mai, Bangkok, pada pukul 04.30 pagi.

Saat taksi tiba, dia memastikan kepada sopir taksi bahwa tujuannya saat itu adalah Bandara Suvarnabhumi. Artanya yang berprofesi sebagai guru menyebut sopir taksi itu tidak mengatakan apa pun, tetapi ia tak khawatir karena ia sudah menuliskan informasi tujuannya yang benar di aplikasi.

Sopir taksi itu kemudian mengatakan kepadanya dan suami bahwa ia akan menuju bandara lewat Sai Mai Road. Artanya tak membalas karena ia tak tahu apa-apa soal Bangkok mengingat seumur hidupnya, ia tinggal di Chiang Mai.

Namun, perjalanan ternyata lebih lama dari perkiraannya. Artanya pun kembali menanyakan kepada sopir apakah ia menuju Bandara Suvarnabhumi. Tak disangka, sopir taksi itu menjawab tidak seraya menyebut pusat komando Gosabuy--nama aplikasi tersebut--menyuruhnya ke Bandara Don Mueang yang jaraknya 40 kilometer dari Bandara Suvarnabhumi.

 


Kompensasi Tak Sebanding

Staf terlihat di jalur masuk baru di Bandara Internasional Suvarnabhumi saat berlatih prosedur untuk pembukaan kembali Thailand, di Bangkok, Rabu (27/10/2021). Mulai 1 November, Thailand akan mulai dibuka kembali tanpa persyaratan karantina untuk yang divaksinasi penuh. (Lillian SUWANRUMPHA/AFP)

Sopir taksi itu akhirnya memutar mobilnya menuju destinasi yang benar. Namun, ia tak berhasil mengantarkan Aranya dan suaminya tepat waktu ke Bandara Suvarnabhumi. Saat tiba, waktu sudah menunjukkan pukul 05.45 pagi, pintu pesawat sudah ditutup dan pasangan itu ketinggalan pesawat.

Aranya terpaksa membayar 550 baht untuk ongkos taksi dan harus memesan ulang penerbangan ke provinsi terdekat Lampang karena tidak ada penerbangan ke Chiang Mai yang tersedia. Biaya penerbangan masing-masing 4.070 baht.

Artanya dan suaminya tiba di Lampang pada pukul 14.10 di mana putranya menjemput mereka. Dia kemudian harus mengisi mobil dengan bensin dengan biaya 1.000 baht dan dia juga didenda 1.000 baht oleh sekolahnya karena terlambat.

Aplikasi Gosabuy memberinya kompensasi sebesar 2.000 baht atau sekitar Rp877 ribu, tetapi Artanya tak puas karena kerugian yang ditanggungnya mencapai 10.690 baht yang bukan disebabkan kesalahannya. Dia mengajukan pengaduan ke Kantor Polisi San Sai di Chiang Mai dan memberi tahu OCPB tentang masalah tersebut, yang sekarang sedang diselidiki. Dia menuntut aplikasi itu meminta maaf dan membayar seluruh kerugian yang dideritanya.


Target Kunjungan

Ilustrasi bendera Thailand (AP/Sakchai Lalit)

Thailand semakin gencar mempromosikan pariwisatanya untuk menarik minat wisatawan asing. Total jumlah wisman yang masuk ke negeri gajah putih itu sudah lebih dari 10 juta orang. Itu berarti target di tahun ini sudah tercapai. Sebagian besar wisman yang datang berasal dari Malaysia dan India.

Angka itu masih jauh dari capaian Thailand sebelum pandemi yang mencapai 40 juta kunjungan turis per tahun. Negeri itu kini mengarahkan sasaran wisman ke pasar jarak pendek, seperti Asia Tenggara dan Pasifik Selatan, serta tidak terlalu berharap pada gelombang turis China yang datang ke Thailand dalam waktu dekat.

Otoritas Pariwisata Thailand (TAT) telah membuat proyeksi jumlah kunjungan turis pada 2023 sebesar 18 juta orang. Data tersebut optimistis dapat tercapai setelah bulan lalu kunjungan wisman melampaui tujuh juta orang dan berangsur memenuhi 10 juta kedatangan tahun ini.

Dengan target pendapatan 2023 sebesar 971 miliar baht atau setara Rp402,8 triliun, pejabat TAT memperkirakan 600 miliar miliar baht berasal dari kunjungan wisatawan negara tetangga. Deputi Gubernur Pemasaran TAT untuk Asia dan Pasifik Selatan memperkirakan 13 juta wisatawan dari tujuan jarak pendek akan tiba di Thailand tahun depan, sekitar 72 persen dari keseluruhan kedatangan.

 

 


Negara Target

Ilustrasi Phuket, Thailand (dok.unsplash/ Deepain Jindal)

Tahun ini, lebih dari satu juta orang Malaysia memasuki Thailand tahun ini, mendominasi demografis terbesar. Penerbangan rute Malaysia sudah mencapai 68 persen, sedangkan tingkat keterisian pesawat dari India mencapai 85 persen. Sementara, negara dengan penerbangan paling banyak dilanjutkan dari jadwal pra-pandemi mereka sebelumnya adalah Vietnam.

Menurut Bangkok Post, penerbangan antara Vietnam dan Thailand sekarang beroperasi 89 persen dari jumlah pra-Covid mereka. Sepanjang tahun ini, daerah terdekat menjadi kuncinya antara lain Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Pasifik Selatan mencapai 54 persen dari total pengunjung ke Thailand, dengan sekitar 4,1 juta pelancong.

Pasar Asia Timur lambat dibuka kembali, dengan China masih terkunci. Sementara, kontribusi wisatawan dari Jepang, Korea, Taiwan, dan negara-negara Asia Timur lainnya merupakan 11 persen dari wisatawan ke Thailand tahun ini, sejauh ini 831.742 orang. China memang memiliki beberapa pelajar dan pelancong bisnis, hanya di bawah 200 ribu orang dari mereka.

TAT telah meminimalkan prediksinya untuk tahun depan. Mereka masih sabar menunggu China melonggarkan kebijakannya untuk mengizinkan turis daratan melakukan perjalanan ke Thailand. Sampai saat itu, mereka secara agresif menargetkan kota-kota sekunder di India seperti Ahmedabad, Jaipur, dan Lucknow, serta Asia Timur dan pasar jarak pendek lainnya untuk mencapai target.

Risiko Bencana di Kawasan Wisata. (Dok: Liputan6.com)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya