Menjaga Keamanan Keramba Budidaya Kerapu di Gili Ketapang Lewat Tenaga Surya

Alat akan bekerja bila ada gerakan manusia di dekat keramba jaring apung budidaya kerapu di perairan Gili Ketapang.

oleh Zainul Arifin diperbarui 20 Nov 2022, 14:00 WIB
Pemasangan instrumen monitoring pada salah satu keramba budidaya ikan kerapu di perairan Gili Ketapang (Istimewa)

Liputan6.com, Probolinggo - Perairan Gili Ketapang, Probolinggo, memiliki potensi luar biasa baik perikanannya maupun untuk wisata bahari. Budidaya ikan laut menggunakan keramba termasuk cukup banyak dilakukan masyarakatnya.

Di kawasan perairan Gili Ketapang sekarang ini terdapat lebih dari 400 petak keramba jaring apung (KJA) dengan komoditas utamanya ikan kerapu. Namun salah satu persoalannya adalah ancaman berupa pencurian ikan pada keramba budidaya.

Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas Perikanan (Pokmaswas) Gili Bahari, Sakur, mengatakan maraknya pencurian ikan disebabkan keterbatasan masyarakat dalam mengawasi keramba budidaya. Pembudidaya pun kesulitan meminimalisir aksi pencurian ikan.

"Ada beberapa kondisi yang menyebabkan kelompok pembudidaya tak bisa memantau maksimal," kata Sakur.

Nelayan tak bisa memantau memanfaatkan alat bantu karena ketiadaan listrik. Lokasi yang jauh dari pengawasan semakin menyulitkan kelompok pembudidaya untuk mengawasi keramba ikan mereka. Dibutuhkan inovasi guna membantu menekan pencurian ikan di keramba.

Sementara itu, Tim Doktor Mengabdi (TDM) Universitas Brawijaya Malang sedang mengembangkan perangkat monitoring keramba jaring apung berbasis tenaga Surya sejak Juni sampai September 2022. Tujuannya, membantu meningkatkan keamanan budidaya kerapu.

Keramba jaring apung berbasis tenaga Surya itu terdiri dari perangkat solar panel, sistem penerangan dan sensor otomatis. Alat akan menyala bekerja aktif bila ada indikasi gerakan manusia di sekitar keramba.

"Penggunaan tenaga Surya agar tak membebani pembudidaya dari aspek biaya operasional," kata Akhmad Zainuri, salah seorang perancang anggota TDM Unibraw.

Sementara ini telah dipasang dua unit perangkat pengawas di dua area keramba apung di Gili Ketapang. Namun salah satu tantangan perangkat ini adalah kondisi gelombang air laut dan ancaman korosi akibat air dan uap garam.

"Masih perlu terus ada penyempurnaan agar alat lebih adaptif terhadap gerakan gelombang," ucap Zainuri.


Konservasi Perairan Gili Ketapang

Rumus Menpar Arief Yahya bahwa pariwisata adalah cara yang paling mudah dan cepat untuk mendongkrak PDB, devisa dan tenaga kerja terbukti.

Potensi perairan di pulau luar biasa dan dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan masyarakat. Mulai dari budidaya laut, wisata bahari dan perikanan tangkap. Sedangkan luas daratan pulau kecil yang terletak di utara Probolinggo mencapai 72 Ha dengan populasi penduduknya sekitar 13.095 jiwa.

Perairan Gili Ketapang dan sekitarnya ditetapkan sebagai kawasan konservasi melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 64/kepmen-kp/2020. Luas kawasannya 476,78 Hektare (Ha) terbagi dalam beberapa zona yakni zona inti, perikanan berkelanjutan dan zona lainnya.

Zona inti seluas 15,16 Ha, zona pemanfaatan berupa subzona pariwisata seluas 25,63 Ha. Lalu zona perikanan berkelanjutan seluas 421,93 Ha meliputi dua subzona yakni subzona perikanan budidaya seluas 23,50 Ha dan subzona perikanan tangkap seluas 398,43 Ha. Sedangkan zona lainnya berupa subzona rehabilitasi luasannya 14,06 Ha.

 

Daftar sejumlah pohon endemik Indonesia yang terancam punah. (dok. Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya