Liputan6.com, Doha - Dikenal dengan budaya yang tertib dan bersih, suporter tim nasional Jepang berhasil mencuri perhatian saat menonton langsung Piala Dunia 2022 di Qatar.
Pada pertandingan pembukaan turnamen antara tuan rumah dan Ekuador, para penggemar Jepang turut mengenakan pakian nasional dan tetap tinggal di stadion untuk memungut sampah berupa botol-botol dan bungkus makanan yang tertinggal di tribun penonton.
Advertisement
Aksi heroik mereka turut dibagikan oleh akun TikTok @tootsespinosa dengan keterangan 'BIG RESPECT TO JAPAN🙏🏼'. Adapun unggahan ini telah ditonton sebanyak 7.7 juta dan mendapatkan 742 ribu likes.
Berdasarkan hasil penelusuran Citizen Liputan6.com pada Selasa (22/11), dalam unggahannya terdapat kondisi stadion pascapertandingan yang dipenuhi dengan berbagai macam sampah yang ditinggalkan oleh para penonton.
Namun, ternyata terdapat beberapa suporter yang masih tinggal untuk turut membersihkan sampah di stadion.
Suporter ini tak lain adalah suporter asal Jepang yang hadir di Stadion Al Bayt, Qatar, saling bergotong-royong memungut sampah.
Dalam video, tampak para suporter saling membawa trashbag hitam dan kompak bekerjasama. Tak lupa, mereka pun mengenakan berbagai kostum dan aksesoris timnas Jepang.
Atas tindakan terpatut mereka, para warganet turut melayangkan pujian dan apresiasi.
“Japan hebat, terbiasa disiplin,peka,peduli kebersihan.very respect Japan👏👏” ucap akun @indraeiger84
“japan mengenalkan negaranya dengan kebersihan, disiplin👍” ungkap akun @asyrafi_hadi
“udah kek budaya dan tradisi ya.. melekat banget ciri khas ini dengan Japan” @bestpeopleehe
Turut Turun Tangan Bersihkan Sampah di Piala Dunia 2018
Tahun 2018 lalu, timnas Jepang berhasil memenangkan pertandingan mereka, mengalahkan Kolombia dengan skor 2-1, dan mengamankan kemenangan pertama tim melawan tim Amerika Selatan.
Setelah menyapu Kolombia dari lapangan, para penggemar juga kerap melakukan bagian mereka untuk 'menyapu' stadion.
Mengutip dari BBC, para penggemar Jepang membersihkan barisan dan tempat duduk mereka di stadion dengan cermat. Dilengkapi dengan kantong sampah besar yang mereka bawa, para penggemar berbaris melalui barisan memungut sampah, untuk meninggalkan tempat itu serapi saat mereka menemukannya.
Dalam video yang dibagikan oleh @Coachmckaig di Twitter, tampak para warga negara Jepang kompak saling membersihkan sampah-sampah di stadion.
Advertisement
Pernah Bersihkan Sampah Berserakan di GBK
Suporter Jepang tampaknya tak habis-habisnya menjadi panutan bagi suporter lain. Saat 2020 ketika Para Asian Games diselenggarakan di Indonesia, kelompok sukarelawan yang diprakarsai oleh warga negara Jepang, Mr. Tsuyoshi Ashida, mengakar setelah para warga negara Indonesia mengambil alih proyek tersebut.
Dilansir Mainichi Japan, lima belas pria dan wanita terlihat mengumpulkan sedotan, cangkir, dan puntung rokok yang ditinggalkan dari jalan yang mengarah ke Stadion Gelora Bung Karno, stadion utama untuk Asian Para Games yang sedang berlangsung pada 7 Oktober 2020 lalu.
Gerakan ini dimulai oleh Ashida, 56, yang ayahnya orang Indonesia dan ibunya orang Jepang dan mengoperasikan sebuah perusahaan di Jakarta, pada tahun 2012.
Ashida memutuskan untuk memperbaiki kondisi di ibu kota Indonesia di mana orang tidak segan-segan membuang sampah sembarangan.
Budaya Menjaga Kebersihan Jepang
Sebagian besar pengunjung yang baru pertama kali datang ke Jepang mungkin akan terpesona oleh betapa bersihnya negara ini. Tidak adanya tempat sampah dan penyapu jalan kerap menimbulkan pertanyaan 'bagaimana Jepang bisa tetap begitu bersih?'
Mengutip dari BBC, jawabannya adalah karena penduduknya sendiri yang menjaganya seperti itu. Selama 12 tahun masa sekolah dari sekolah dasar hingga sekolah mengenah atas, waktu bersih- bersih merupakan bagian dari jadwal harian para siswa.
Tak hanya itu, di lingkungan rumah juga, orangtua mereka mengajarkan bahwa apabila anak-anak mereka tidak menjaga kebersihan barangg dan ruangan merupakan hal yang buruk untuk dilakukan.
Dengan memasukkan unsur kesadaran sosial dalam kurikulum sekolah menjadi pondasi anak-anak dalam mengembangkan kesadaran dan kebanggan terhadap lingkungan mereka.
Budaya ini ditunjukkan dengan saat tiba di sekolah, para siswa meninggalkan sepatu mereka di loker dan berganti sepatu olahraga. Di rumah juga, orang-orang meninggalkan sepatu jalanan mereka di pintu masuk.
Perilaku yang ditanamkan sejak kecil dan dilakukan seiring dengan pertumbuhan anak-anak sekolah, menanamkan konsep tentang apa yang merupakan ruang mereka, mulai dari ruang kelas, meluas menjadi kota, hingga negara mereka.
Advertisement