Liputan6.com, Jakarta - Jelang musim dingin di Eropa, prospek saham batu bara disebut masih menarik. Hla itu sejalan dengan permintaan batu bara yang diperkirakan masih tinggi di kawasan tersebut.
Diakui, harga batu bara memang dalam tren turun, tetapi bukan berarti permintaannya mandek. Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata mengatakan, turunnya harga batu bara menyusul pulihnya pasokan gas di Eropa.
Advertisement
"Kita harus terima kenyataan bahwa harga coal sedang dalam tren turun menuju USD 290—300 per ton karena kemarin mentok di resisten USD 440 per ton. Tadinya pipa gas Rusia sempat terputus dan sudah diperbaiki, jadi supply gas ke Eropa bisa lanjut. Jadi sekarang harga coal agak melunak sedikit,”kata dia dalam Market Update, Selasa (22/11/2022).
Meski begitu, Liza mencermati pergerakan harga batu bara masih cukup terkendali di atas USD 340 per ton. Hal ini didukung adanya musim dingin di kawasan Eropa, sehingga permintaan terhadap energi untuk penghangat masih tinggi.
Memang, saat ini tengah digalakkan penggunaan sumber energi terbarukan, namun rupanya alternatif itu menelan biaya yang tidak murah dan waktu yang tidak sebentar. Sehingga untuk mengakomodir kebutuhan bahan bakar energi, batu bara masih jadi solusi.
"EBT biayanya besar dan lama. Sedangkan kebutuhan listrik terus jalan.Akibatnya supply dan demand tidak seimbang, ditambah dengan adanya konflik geopolitik, batu bara akhirnya kembali dipakai negara barat dan kembali hidupkan PLTU berbasis batu bara," ujar Liza.
Untuk jangka pendek sampai dengan akhir tahun, Liza menyebutkan batu bara akan menguji level resisten di kisaran USD 380—400 per ton. Jika harga sampai merosot di bawah USD 340 per ton, perkiraan harga bergerak pada rentang USD 290—300 per ton terpenuhi. Adapun untuk sektor batu bara, Liza jagokan PTBA. Saham ini sekaligus menjadi pilihan saat memasuki musim window dressing di pasar saham.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Harga Batu Bara Lesu, Sektor Saham Ini Bisa Ditilik
Sebelumnya, harga batu bara tengah dalam tren turun. Hal ini mendorong aksi jual pada saham batu bara. Pada awal perdagangan Jumat (11/11/2022), saham INDY melemah 7 persen, saham UNTR susut 5,2 persen dan ADRO tergelincir 4,4 persen.
Merujuk pemberitaan Liputan6.com sebelumnya, harga batu bara Acuan (HBA) Indonesia pada November 2022 tercatat mengalami penurunan sebesar USD 22,77 per ton atau 7,39 persen dibanding HBA Oktober ke angka USD 308,2 per ton.
Kondisi pasokan gas Eropa punya pengaruh besar dalam menentukan fluktuasi besaran HBA. Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya memperkirakan tren penurunan ini masih akan berlanjut hingga akhir tahun.
"Harga batu bara masih berpotensi turun tapi diperkirakan masih terjaga di atas USD 300 per ton hingga akhir 2022 karena permintaan yang tinggi meskipun supply lebih banyak dari perkiraan,” kata dia kepada Liputan6.com, Jumat (11/11/2022).
Menurut Cheryl, terkoreksinya harga komoditas batu bara ditengarai beberapa hal. Pertama, musim dingin yang ternyata lebih hangat di Eropa, sehingga persediaannya cukup. Kedua, sumber energi alternatif dari batu bara yaitu gas alam saat ini mengalami penurunan harga.
Selain itu, kembali naik lagi kasus C19 di China sehingga permintaan batu bara rendah di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi negeri tirai bambu itu akibat pembatasan kegiatan.
"Rekomendasinya wait and see dulu dan cermati saham yang diuntungkan dari penurunan harga batu bara, seperti SMGR dan INTP,” kata dia.
Advertisement
Investor Asing Buru Saham Emiten Bank hingga Batu Bara
Sebelumnya, investor asing kembali membukukan aksi beli bersih saham sekitar Rp 4,7 triliun pada 5-9 September 2022. Tercatat investor asing membeli saham perbankan dan komoditas
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Senin, (11/9/2022), investor asing membukukan aksi beli Rp 23,84 triliun dan aksi jual Rp 19,11 triliun. Dengan demikian, selama sepekan, aksi beli bersih saham oleh investor asing Rp 4,7 triliun. Sepanjang 2022, investor asing membukukan aksi beli bersih saham sebesar Rp 72,46 triliun.
Selama sepekan, investor asing membeli saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 4,2 triliun, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp 2,2 triliun, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp 1,6 triliun, PT Astra International Tbk (ASII) sebesar Rp 1,1 triliun.
Kemudian saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) senilai Rp 879,9 miliar, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) sebesar Rp 494,8 miliar, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) sebesar Rp 477,6 miliar, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) sebesar Rp 359,8 miliar, PT MNC Digital Entertainment Tbk (MSIN) sebesar Rp 319,8 miliar dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) senilai Rp 263,4 miliar. Demikian mengutip data RTI.
Kata Analis
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, selama sepekan ini, aliran dana investor asing yang masuk ke emiten perbankan dan batu bara. Hal ini dipengaruhi oleh harga komoditas sehingga masih cenderung menarik.
"Kemudian dari rilis data ekonomi nasional yang dapat dikatakan baik diperkirakan juga menjadi daya tarik investor asing terhadap IHSG,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.
Aksi investor asing yang membeli saham bank dan batu bara ini dinilai dapat dicermati pelaku pasar. “Ya dapat dilihat secara teknikalnya, pelaku pasar masih dapat memilih emiten batu bara yang kecenderungannya masih belum naik signifikan dan dapat dijadikan buy on weakness terlebih dahulu,” kata dia.
Advertisement