Liputan6.com, Jakarta - Seorang turis digeruduk massa setelah dituduh tidak menghormati budaya Maya dengan mendaki El Castillo, sebuah piramida kuno di Meksiko. Dalam video terbaru yang diunggah di TikTok @angelalopeze, yang kemudian beredar di media sosial, seorang wanita tidak dikenal terlihat menaiki tangga monumen bersejarah, yang dikenal sebagai Kuil Kukulcán.
Piramida itu terletak di tengah Chichen Itza, sebuah situs arkeologi di Yucatán. Begitu wanita itu berhasil mencapai puncak piramida, ia melepas topinya dan mulai menari, membuat kerumunan penonton yang berdiri di dasar monumen mencemooh, dilansir dari Independent, Rabu (23/11/2022).
Baca Juga
Advertisement
Setelah menuruni piramida, turis itu dilaporkan dikawal pihak keamanan di situs arkeologi. Sementara, video TikTok menunjukkan penonton terus berteriak dan mengejek wanita itu.
Klip itu menunjukkan turis itu berusaha melewati kerumunan orang, di mana para penonton dapat terlihat merekam kepergiannya dan melemparkan makian. Topi wanita itu juga dilepas salah satu orang di kerumunan, sementara yang lain terdengar meneriakkan "kunci dia" dan "penjara, penjara," dalam bahasa Spanyol.
Dalam keterangan video, @angelalopeze mengkritik turis itu, menulis, "Ini sangat tidak sopan. Jangan main-main dengan orang-orang Meksiko." Video viral sekarang telah dibagikan ulang di beberapa platform media sosial, mendorong pemirsa untuk mengutuk turis tersebut karena tidak menghormati budaya Maya dan tidak mematuhi aturan monumen.
Institut Nasional Antropologi dan Sejarah (INAH) melarang pengunjung naik ke chamber Chichen Itza. Seperti dicatat situs resmi situs arkeologi, larangan itu diberlakukan setelah seorang wanita Amerika berusia 80 tahun menaiki 91 anak tangga El Castillo dan jatuh hingga tewas pada Januari 2006.
Ditangkap
Terkait insiden itu, salah satu pengguna Twitter berkomentar, "Ini tentang menghormati: Struktur lama, aturan dan ketertiban yang ditetapkan oleh orang-orang yang mencoba melestarikan tempat (dan) budaya."
"Saya berkunjung ke sini. Mereka menegaskan bahwa pendakian dilarang karena, tidak hanya orang-orang yang menyalahgunakan hak istimewa untuk berjalan di atasnya, tapi mereka akan memotong potongan-potongan struktur dan membawa pulang pecahannya… atau mengukir tanda di dalamnya," kata yang lain. "Orang-orang tidak memiliki rasa hormat dengan atau tanpa aturan."
Yang lain menambahkan, "Bayangkan jika seseorang memanjat altar di katedral dan melakukan tarian vulgar, piramida ini suci dan itulah yang ia lakukan."
Riviera Maya News melaporkan bahwa turis wanita tersebut dikawal massa yang marah dan dua personel INAH. Publikasi itu juga mengatakan bahwa ia "ditangkap oleh Polisi Kota Tinum dan didenda sesuai Pasal 55 Undang-Undang Federal tentang Monumen Arkeologi, Seni, dan Sejarah."
Menurut MercoPress, INAH melarang pendakian di monumen Maya pada 2008, saat itulah kabel keamanan di sekitarnya pertama kali dipasang.
Advertisement
Aturan Denda
Pengunjung yang melanggar aturan dapat menghadapi denda hingga 50 ribu peso Meksiko (sekitar Rp40,4 juta) hingga 100 ribu peso Meksiko (sekitar Rp80,7 juta), tergantung pada seberapa banyak kerusakan yang terjadi pada struktur.
Dalam sebuah pernyataan yang dibagikan pada The Independent, INAH mengatakan, turis itu tidak menyebabkan kerusakan pada El Castillo. "Alasan tidak diperbolehkan memanjat struktur piramida telah dijelaskan pada orang tersebut dan mereka diserahkan ke Sekretariat Keamanan Publik Negara Bagian Yucatan, di mana ia akan mematuhi sanksi administratif yang sesuai," bunyi pernyataan itu.
"Kementerian Kebudayaan (Meksiko) dan INAH mengimbau masyarakat umum menghormati ketentuan yang ditetapkan untuk kunjungan publik ke zona arkeologi dan situs bersejarah, yang bertekad menjamin pengalaman yang menyenangkan dan aman bagi peserta dan staf, serta menjamin pelestarian situs cagar budaya," tutup INAH.
Sayang, ini bukan ulah perdana turis yang menimbulkan kemarahan karena dianggap tidak menghormati budaya lokal. Oktober lalu, seorang pengunjung perempuan tertangkap sedang berfoto telanjang dadakan di tangga gereja di Amalfi, Italia.
Melansir CNN, pada Senin pagi, 17 Oktober 2022, sekitar pukul 07.30, wanita itu tertangkap kamera penduduk setempat yang terkejut. Si turis tampak berpose untuk foto dengan hanya selembar bahan merah menutupi bagian depan tubuhnya di depan pintu katedral.
Berpose Telanjang
Keputusan berpose telanjang untuk foto di lokasi tersebut disebut "sangat menyinggung" warga setempat, kata sejarawan seni dan penulis Laura Thayer, yang tinggal di Amalfi dan menulis blog Ciao Amalfi.
"Episode itu begitu mengejutkan karena terjadi di gereja," katanya. "Duomo adalah tempat pemujaan dan tempat yang sangat dekat dengan hati warga Amalfi. Latar belakang khusus itu menyentuh memori sejarah penduduk setempat."
"Pintu perunggu mengingatkan kembali ke masa Republik Amalfi. Pintu-pintu ini terbuka untuk prosesi, pernikahan, dan pemakaman. Ya, itu indah, tapi Amalfi lebih dari sekadar latar belakang yang cantik untuk foto di media sosial," ia menuturkan.
Seorang wanita lokal yang merekam kejadian tersebut terdengar menyebut para turis itu "gila." "Telanjang di gereja," katanya tidak percaya. Media online lokal Positano News, yang menerbitkan video tersebut, mengatakan bahwa tiga turis yang tidak meminta izin untuk syuting telah ditangkap polisi sebelum meninggalkan kota.
Amalfi Notizie, situs web lokal lain yang menerbitkan video di Facebook, memberitakan bahwa wanita itu, yang tiba dengan pakaian lengkap di gereja dan menaiki tangga untuk menanggalkan pakaian, mengatakan pada polisi, mereka hanya membuat kenangan perjalanan ke Pantai Amalfi daripada melakukannya untuk publisitas.
Seorang perwakilan polisi Amalfi mengatakan pada CNN bahwa ketiganya adalah orang Inggris: seorang fotografer pria, ditambah model dan asistennya. Mereka menambahkan, polisi telah merujuk ketiganya ke kantor kejaksaan untuk "tindakan cabul di tempat umum."
Advertisement