Liputan6.com, Doha - Wartawan asal Brasil yang meliput Piala Dunia Qatar 2022, Victor Pereira, terlibat keributan dengan polisi dan seorang pria yang menginjak-injak bendera regional Brasil yang disangkanya adalah artibut LGBTQ pada Selasa, 22 November 2022.
Kejadian ini terjadi setelah Arab Saudi berhasil melumpuhkan Argentina 2-1. Victor merekam reaksi negatif seorang pria terhadap bendera negara bagian Pernambuco Brasil yang dianggap mendukung LGBTQ.
Advertisement
Victor mengatakan bahwa pria yang direkamnya itu menggunakan sebuah pakaian gamis putih. Pria itu mengira bendera itu adalah bendera pelangi komunitas LGBTQ. Kemudian dia mengambilnya dan menginjak-injak bendera tersebut ketika keluar dari stadion Lusail.
Sebagai informasi LGBTQ adalah hal ilegal di Qatar dan pelakunya dapat dihukum penjara.
Bendera negara bagian Pernambuco itu memiliki dua warna dasar, biru tua di atas dan putih di bawah. Di bagian warna biru terdapat simbol pelangi tiga warna dan di atasnya ada logo bintang dan di bawahnya ada logo matahari. Sementara di bagian putih, ada lambang salib merah.
Setelah itu Victor mengatakan bahwa pria tersebut merampas ponselnya dari tanganya.
"Pria yang mengenakan pakaian putih itu mengambil bendera tersebut, melemparkannya ke tanah dan mulai menginjak-injaknya. Saya mengambil ponsel saya untuk merekam video tetapi dia merampasnya dari tangan saya dan mengatakan dia hanya akan mengembalikannya jika saya menghapus videonya," kata Victor mengutip Channel News Asia Rabu (23/11/2022).
Campur Tangan Pihak Berwenang
Keributan keduanya menarik perhatian polisi setempat. Polisi tersebut merebut ponsel dari pria tersebut, kemudian polisi meminta agar jurnalis tersebut menghapus rekaman tersebut.
"Kemudian seorang petugas tiba dan mencoba untuk campur tangan. Dia merebut telepon dari pria itu dan memerintahkan saya untuk menghapus video," kata Victor.
Victor akhirnya bersedia mematuhi permintaan itu demi bisa mendapatkan kembali ponselnya karena dia menggunakan poselnya itu untuk bekerja.
Sontak kasus Victor heboh setelah dia mengunggah video di Twitter yang menyampaikan apa yang terjadi. Kasusnya menjadi berita pada hari setelah dia mengunggah di Twitter.
The Supreme Committee for Delivery and Legacy yang merupakan Panitia Piala Dunia 2022 Qatar belum mengomentari tentang hal ini, begitu pula kantor media pemerintah Qatar.
Gubernur Pernambuco, Paulo Camara, menyatakan bahwa solidaritasnya pada Pereira di Twitter. Sebelumnya seorang wartawan asal Amerika Serikat mengatakan dia ditahan sebentar pada hari Senin 21 November 2022 ketika mencoba memasuki stadion Piala Dunia di Qatar sambil mengenakan kemeja pelangi yang mendukung komunitas LGBTQ. Wartawan AS itu juga mengklaim bahwa ponselnya disita.
Advertisement
Kontroversi Piala Dunia Qatar 2022
Sebelumnya, Piala Dunia Qatar 2022 telah dimulai sejak 20 November 2022. Di balik kemegahan turnamen sepak bola terbesar ini tersimpan banyak kontroversi. Mulai dari LGBTQ yang ditentang oleh pemerintahan Qatar yang berlatar belakang negara muslim, sampai pelarangan menjual dan meminum minuman keras. Semua ini berlaku selama Piala Dunia 2022.
Dilansir livemin, LGBTQ adalah ilegal di Qatar karena dianggap tidak bermoral di bawah hukum Syariah Islam. Hukumannya termasuk denda, hukuman penjara hingga tujuh tahun, dan bahkan hukuman mati dengan cara dirajam.
Meskipun penyelenggara Piala Dunia Qatar dengan tegas menyatakan bahwa 'semua orang disambut baik', kepala eksekutif Qatar 2022, Nasser al Khater, menyatakan bahwa pemerintah tidak akan mengubah undang-undangnya tentang homoseksualitas dan telah meminta pengunjung untuk menghormati budaya mereka.
Meski begitu Qatar akan menerima semua tamu tanpa diskriminasi gender walaupun di sana illegal.
Qatar Haramkan Kampanye LGBT
Qatar sebelumnya dengan tegas menyatakan sikap mereka kepada kaum LGBT. Kepala Keamanan Piala Dunia 2022, Abdullah Al Nasari mengharamkan simbol maupun bentuk kampanye lain dari kelompok Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) di Qatar.
Al Nasari menyatakan tidak akan bertoleransi mengenai apapun yang berkaitan dengan LGBT selama Piala Dunia 2022 berlangsung.
"Jika Anda ingin mengungkapkan pandangan Anda mengenai LGBT, lakukanlah dalam masyarakat yang bisa menerima hal itu. Jangan datang dan menghina seluruh masyarakat [kami]. Kami tidak akan pindah agama [hanya karena Piala Dunia] selama 28 hari," ucapnya seperti dikutip dari Sportsration.
Al Nasari juga mengatakan akan melakukan tindakan tegas andai simbol terkait kelompok LGBT muncul di stadion yang menghelat Piala Dunia 2022. Ia memastikan tindakan harus dilakukan sebagai pencegahan akan dampak buruk yang berpotensi terjadi.
"Jika seorang penggemar mengibarkan bendera pelangi di stadion dan bendera itu diambil, itu bukan karena kami ingin menyinggungnya tetapi untuk melindunginya," kata Al Nasari.
"Jika tidak [diambil], penonton lain bisa menyerangnya. Jika Anda membeli tiket, itu untuk menyaksikan pertandingan sepak bola dan bukan untuk berdemonstrasi," ia melanjutkan.
Advertisement