Liputan6.com, Jakarta - Adalah Deborah Secco, pembawa acara Piala Dunia Qatar 2022 yang tengah menarik atensi publik. Penampilan perempuan berusia 42 tahun ini dikritik terlalu terbuka. Nama Secco sendiri mungkin masih asing bagi sebagian orang. Jadi, siapa sebenarnya ia?
Melansir laman IMDb, Kamis (24/11/2022), Secco lahir pada 26 November 1979 di Rio de Janeiro, Brasil. Ia adalah seorang aktris dan produser, yang dikenal melalui Confessions of a Brazil Call Girl (2011), Good Luck (2014), dan America (2005).
Baca Juga
Advertisement
Ia telah menikah dengan Hugo Moura sejak 2015. Mereka memiliki satu anak. Sementara, ia sebelumnya menikah dengan Roger Flores dan Rogério Gomes. Pada 2004, Secco adalah "Queen of Drums" di sekolah samba Acadêmicos do Grande Rio.
Secco tercatat sudah dua kali berpose untuk majalah Playboy Brasil: pada Agustus 1999 dan Agustus 2002. Sementara soal penampilan terbarunya yang mengundang kontroversi, pilihan busananya dinilai "tidak sesuai dengan aturan di Qatar."
Penampilan yang dimaksud ini dibagikan dalam sederet unggahan di akun Instagram-nya, baru-baru ini. Di sana, Secco tampak memakai baju berwarna biru dongker yang senada dengan jersey timnas Brasil sebagai bentuk dukungan.
Atasan itu hadir dalam potongan crop yang mengekspos perutnya yang rata. Melengkapi tampilan, ia memilih celana kargo krem berpotongan pinggang rendah dan sengaja menunjukkan tali celana dalam yang tipis. Tidak ketinggalan, ia juga memakai high heels senada.
Di kolom komentar, tidak sedikit warganet yang meminta pembawa acara Piala Dunia 2022 itu berbusana "lebih sopan." Kendati, tidak sedikit juga yang memuji tampilan Secco, menyebutnya "tidak masalah."
Aturan Berbusana
Sementara itu, FIFA telah merilis aturan berbusana bagi penonton maupun yang berpartisipasi di gelaran Piala Dunia Qatar 2022. Melansir situs webnya, dijelaskan bahwa perempuan harus memakai pakaian yang menutupi perut dan lengan.
Selain itu, celana dan rok mereka harus menutupi bagian paha. Pakaian ketat dan yang menunjukkan belahan dada juga tidak diperbolehkan.
Busana Secco sayangnya bukan satu-satunya kontroversi yang menghiasi gelaran pesta sepak bola empat tahunan tersebut. Sebelumnya, ban lengan One Love sudah lebih dulu jadi topik hangat perbincangan publik.
Kapten sepak bola dari tujuh tim Eropa semula akan mengenakan ban lengan pelangi, One Love, selama Piala Dunia 2022 di Qatar. Itu merupakan ikon promosi pesan inklusi LGBTQ di negara tuan rumah yang menetapkan bahwa homoseksualitas adalah ilegal.
Tapi, melansir TIME, setelah menghadapi tekanan dari shoppingmode FIFA, tidak ada dari mereka yang akan memakai ban lengan tersebut. Kampanye One Love diprakarsai Asosiasi Sepak Bola Belanda pada awal musim sepak bola 2020.
Advertisement
Protes Sunyi
Ini dilakukan dalam upaya "mengungkap dukungan mereka untuk penyatuan semua orang" dan mengutuk segala bentuk diskriminasi. Pada September 2022, diumumkan bahwa sembilan negara lain, termasuk Norwegia, Swedia, dan Prancis, akan mengadopsi kampanye untuk berbagai pertandingan mendatan, termasuk Piala Dunia Qatar dan UEFA Nations League tahun depan.
Kapten tim setuju memakai ban lengan pelangi, yang bertuliskan "OneLove" di atasnya dan menampilkan nomor satu di dalam simbol hati. Meski tidak secara langsung menyebutkan penyebab atau diskriminasi LGBTQ, bendera pelangi adalah simbol hak LGBTQ yang diakui secara global.
Dalam sebuah pernyataan tahun 2020, kapten Belanda Virgil van Dijk mengatakan, "Ini adalah pesan penting yang sesuai dengan permainan sepak bola: di lapangan semua orang sama dan ini harus terjadi di setiap tempat di masyarakat. Dengan ban lengan OneLovem kami menyampaikan pesan ini."
Hubungan sesama jenis dikriminalisasi di Qatar dan anggota komunitas LGBTQ telah ditangkap dan dianiaya pihak berwenang pada September lalu, menurut Human Rights Watch. Berdasarkan catatan ini, ban lengan OneLove semula akan bertindak sebagai bentuk protes sunyi.
Tidak Punya Pilihan
Dalam sebuah pernyataan, Senin, 21 November 2022, badan sepak bola Inggris Football Association dan Welsh bergabung dengan Belanda, Swiss, Jerman, Denmark, serta Belgia mengonfirmasi bahwa ancaman sanksi FIFA membuat mereka tidak punya pilihan, selain meninggalkan gerakan kampanye One Love.
"Sebagai federasi nasional, kami tidak bisa membiarkan pemain kami menghadapi sanksi olahraga, termasuk kartu kuning, jadi kami telah meminta kapten kami untuk tidak mengenakan ban kapten di pertandingan Piala Dunia FIFA," bunyi pernyataan bersama mereka.
Pihaknya menambahkan bahwa mereka siap menghadapi denda karena melanggar peraturan seragam, tapi tidak akan membiarkan pemain menerima kartu kuning atau dipaksa meninggalkan lapangan. Pernyataan itu juga mengatakan tim "sangat frustrasi dengan FIFA, dan percaya ini belum pernah terjadi sebelumnya."
Pada Sabtu, 19 November 2022, FIFA mengumumkan inisiatif ban lengannya sendiri, menyarankan para pemain mengenakan ban lengan yang berbeda untuk setiap pertandingan. Itu menampilkan apa yang para kritikus anggap sebagai slogan milquetoast seperti "Sepak bola menyatukan dunia," "Berbagi makanan," dan "Bawa semangat gerakannya."
Advertisement