Liputan6.com, Cianjur - Mayoritas pasien Gempa Cianjur yang mengalami luka berat rupanya membutuhkan tindakan bedah atau operasi. Sebab, kondisi pasien yang tertimpa bangunan atau reruntuhan akibat gempa menyebabkan mereka patah tulang dan cedera kepala.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin menegaskan, pasien yang luka berat butuh perawatan intensif di rumah sakit. Selain itu, dibutuhkan peralatan operasi dan kelengkapan perawatan pasien dalam penanganan operasi.
Advertisement
“Kami sudah identifikasi ada 474 pasien yang luka berat, ini mesti dirawat di rumah sakit. Nah, itu umumnya (butuh) tindakan bedah,” katanya usai meninjau pasien terdampak Gempa Cianjur di RSUD Cimacan, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada Rabu, 23 November 2022.
“Karena banyak yang patah tulang, cedera kepala belakang. Belum lagi patah (tulang) di dalam, yang enggak terbuka (terlihat dari luar).”
Lebih dari 400 pasien gempa yang patah tulang tersebut, ratusan di antaranya dirujuk ke berbagai rumah sakit di luar Kabupaten Cianjur. Ada yang dirujuk ke Bandung, Sukabumi, Bogor, bahkan ke Jakarta untuk tindakan pembedahan.
Sementara itu, tindakan bedah terhadap pasien luka berat akibat gempa di Cianjur terus dilakukan di sejumlah rumah sakit di Kabupaten Cirebon, seperti di RSUD Cimacan, RSUD Bhayangkara, dan RSUD Sayang Cianjur.
“Yang 474 pasien (luka berat) ini kan terlampau banyak. Jadi 140 di antaranya sampai dirujuk (ke rumah sakit lain), ada yang ke Bandung, Sukabumi, Bogor, dan ada yang ke Jakarta juga,” lanjut Budi Gunadi.
“Sisanya (yang luka berat) itu yang ada (dirawat) di Cianjur."
Bantuan dari TNI - Polri
Demi mengoptimalkan upaya penanganan pasien Gempa Cianjur, bantuan tenaga kesehatan (nakes) dan dokter, khususnya dokter spesialis ortopedi dan dokter bedah sudah tersebar di rumah sakit.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sebelumnya telah memobilisasi sejumlah tenaga kesehatan, antara lain dari bidang kedokteran dan tenaga kesehatan (Biddokes) 22 tenaga kesehatan dan 1 ambulans. Dari Kantor Kesehatan Pelabuhan 26 tenaga kesehatan dan 3 ambulans.
RSUP Hasan Sadikin Bandung mengirimkan tim dan menyiapkan Unit Gawat Darurat (UGD) untuk melayani pasien dari Cianjur. Dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) 3 dokter spesialis bedah, 1 tim medis dan 1 ambulans.
Kemudian dari Perhimpunan Ahli Bedah Ortopedi Indonesia (PABOI) 3 dokter spesialis bedah ortopedi dan 5 petugas Public Safety Center (PSC) 119.
Menkes Budi Gunadi Sadikin menambahkan, kebutuhan sumber daya tenaga kesehatan, misal di Posko Darurat pun mendapat bantuan dari TNI - Polri.
“Tadi saya lihat kan tim-tim (nakes dan dokter) sudah pada datang juga. Dokter spesialis ortopedi sudah kami kirim, dokter bedah sudah datang. Jadi sudah cukup banyak, dibantu sama tim dari TNI - Polri,” terangnya.
Advertisement
Identifikasi Pasien Korban Gempa
Fokus Kemenkes dalam penanganan korban Gempa Cianjur, ditegaskan Budi Gunadi Sadikin yakni memastikan kesehatan masyarakat terjaga. Identifikasi pasien korban terdampak gempa turut dilakukan Tim Kemenkes dengan menyisir ke posko-posko yang jaraknya agak jauh dari rumah sakit setempat.
Identifikasi pasien korban ditujukan untuk mengkategorikan, korban mana saja yang membutuhkan perawatan di rumah sakit dan yang cukup dilakukan perawatan di posko darurat. Penanganan di posko darurat umumnya bagi korban yang mengalami luka ringan.
Bagi korban gempa yang harus dirawat di rumah sakit adalah mereka yang patah tulang dan cedera kepala serta butuh tindakan operasi atau bedah.
“Kemenkes fokusnya mau memastikan kesehatan masyarakat itu terjaga. Jadi kami identifikasi (korban gempa). Pertama, kami identifikasi ke posko-posko yang agak jauh dari rumah sakit,”
“Tim relawan yang datang, lalu dokter, bidan, perawat yang datang ke rumah sakit ini kami kirim ke sana (posko). Kemudian melihat (korban) mana yang bisa dirawat di sana dan mana yang bisa dirawat di rumah sakit,” jelas Menkes Budi Gunadi.
“Nah itu sudah jalan. Sudah ada lebih dari 15 tim yang kami kirim ke posko, kami sudah identifikasi lebih dari 2.000 yang luka-luka dengan 1.800 di antaranya luka ringan dan dirawat di sana.”
Adapun pendataan sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per Rabu, 23 November 2022 pukul 19.00 WIB, tercatat korban luka sebanyak 2.043 orang dan mengungsi 61.908 orang. Jumlah kematian akibat Gempa Cianjur bertambah menjadi 271 orang meninggal dunia.
Kebutuhan Dokter Ortopedi Sangat Mendesak
Terkait banyaknya pasien gempa Cianjur yang patah tulang, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia Muhadjir Effendy ternyata menelepon Menkes Budi Gunadi Sadikin.
Dalam perbincangan lewat sambungan telepon, Muhadjir meminta Budi Gunadi untuk mengirimkan bantuan dokter ahli ortopedi. Kemudian ia juga telah meminta bantuan dokter dari Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC).
"Tadi Pak Menkes sudah berjanji ada 6 orang dokter ortopedi yang sedang dalam perjalanan. Dan MDMC juga ada 1 orang dokter yang sudah sampai hari ini," ujar Muhadjir saat mengunjungi RSUD Sayang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada Selasa, 22 November 2022.
Pemerintah pun mengerahkan bantuan dokter ahli ortopedi atau bedah tulang untuk membantu menangani pasien luka-luka akibat gempa bumi Cianjur berkekuatan Magnitudo 5,6 ini.
Menko Muhadjir mengatakan, kebutuhan tenaga kesehatan dokter bedah tulang sangat mendesak untuk keadaan gawat darurat bagi korban terdampak Gempa Cianjur.
Dalam kunjungan ke RSUD Sayang Cianjur, Menko Muhadjir Effendy melihat langsung banyak korban luka-luka yang di rawat di tenda perawatan. Penanganan pasien di sana dilakukan di dalam tenda perawatan yang didirikan sebagai rumah sakit darurat.
Korban luka mulai dari orang dewasa, orangtua hingga anak-anak. Kebanyakan mereka mengalami cedera patah tulang dan luka lebam karena tertimpa reruntuhan bangunan akibat gempa berkekuatan Magnitudo 5,6.
"Memang yang sangat dibutuhkan adalah dokter bedah ortopedi karena banyak korban luka yang mengalami patah tulang," ucap Muhadjir dalam pernyataan resmi yang diterima Health Liputan6.com.
Advertisement