Soal Larangan Ban Lengan One Love, Denmark Siap Cabut dari FIFA?

Kontroversi pelarangan ban One Love oleh FIFA menjadi persoalan rumit di Piala Dunia Qatar 2022

oleh Anissa Rizky Alfiyyah diperbarui 24 Nov 2022, 13:15 WIB
Kontroversi terkait penggunaan ban 'One Love' sebagai bentuk dukungan terhadap kaum LGBTQ menjadi topik panas selama perhelatan Piala Dunia 2022 (Ilustrasi LGBT | Via: istimewa)

Liputan6.com, Doha - Setelah Kapten Inggris, Wales, Belgia, Belanda, Swiss, Jerman, dan Denmark diperingatkan FIFA untuk tidak mengenakan ban lengan 'One Love', muncul kabar bahwa Denmark siap keluar dari FIFA. 

Setelah konferensi pers ketua DBU Jesper Moeller, media melaporkan bahwa FA sedang mempertimbangkan untuk mundur dari FIFA setelah Denmark dan enam tim Eropa lainnya diancam oleh Federasi Sepak Bola Internasional tersebut jika mereka mengenakan ban ‘OneLove’.

"Beberapa media menimbulkan kesalahpahaman bahwa DBU akan mundur dari FIFA," kata kepala komunikasi DBU Jakob Hoejer kepada Reuters dalam pesan WhatsApp.

"Itu tidak dikatakan pada konferensi pers. Kami bersikap kritis dan tidak puas dan kami tidak akan mendukung presiden FIFA saat ini (Gianni Infantino). Kami akan membahas tindakan selanjutnya dengan rekan-rekan Nordik dan Eropa kami,” tambah Hoejer mengutip Football 365 pada Kamis (24/11/2022).

Pada konferensi pers sebelumnya, FA Denmark mengungkapkan bahwa FIFA mengancam memberikan sanksi seperti kartu kuning karena mengenakan ban lengan, yang merupakan bagian dari kampanye untuk mendukung keberagaman pada Piala Dunia kali ini.

Bahkan, Federasi Sepak Bola Belanda (KNVB) mengatakan bahwa FIFA menginfokan larangan penggunaan ban lengan bermotif pelangi dengan tulisan 'OneLove' kepada KNVB hanya beberapa jam sebelum kick-off pertandingan melawan Senegal. 

Akibatnya, tujuh negara Eropa yang telah merencanakan untuk memakainya, membatalkan ide tersebut.

Sementara itu, menteri dalam negeri Jerman, Nancy Faeser, mengenakan ban lengan 'OneLove' saat duduk di sebelah presiden FIFA, Infantino, pada pertandingan tersebut.

Dan asosiasi sepak bola Jerman mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa,"Menyangkal kami mengenakan ban lengan sama dengan menyangkal kami bersuara.".


Dinilai Ingin Keluar FIFA Saat Konferensi Pers

Presiden FIFA Gianni Infantino berbicara dalam konferensi pers jelang Piala Dunia Qatar 2022 di Qatar National Convention Center (QNCC), Doha, Sabtu, 19 November 2022. (GABRIEL BOUYS / AFP)

Berbicara dalam konferensi pers pada Rabu pagi, CEO FA Denmark (DBU), Jakob Jensen menyatakan bahwa kartu kuning adalah hukuman 'minimum' yang akan dihadapi Kapten Simon Kjaer.

"Pada 21 November, Inggris mengadakan pertemuan darurat dengan FIFA, yang datang ke hotel Inggris. FIFA mengatakan setidaknya akan memberikan kartu kuning," kata Jensen.

Jesper Moller juga mengatakan dengan tegas bahwa Denmark tidak akan mendukung lagi FIFA khususnya presiden Gianni Infantino.

"Ada pemilihan presiden di FIFA. Ada 211 negara di FIFA dan saya mengerti bahwa presiden saat ini memiliki pernyataan dukungan dari 207 negara. Tapi, Denmark tidak termasuk di antara negara-negara tersebut. Dan kami juga tidak akan menjadi salah satunya," kata Moller. 

Media-media lain juga mengatakan bahwa Moller dengan tegas mengatakan akan keluar dari FIFA bersama dengan 55 negara lainnya. Bahkan, dia telah mendiskusikan hal tersebut di wilayah Nordik sejak Agustus lalu. 

"Saya harus memikirkan pertanyaan tentang bagaimana mengembalikan kepercayaan pada FIFA. Kita harus mengevaluasi apa yang telah terjadi, dan kemudian kita harus membuat strategi --- juga dengan rekan-rekan Nordik kita," ujar Moller. 


Ungkapan Kecewa

Para pemain timnas Jerman menutupi mulut mereka saat berpose untuk foto grup jelang pertandingan Grup E Piala Dunia 2022 Qatar melawan Jepang di Stadion Internasional Khalifa di Doha, Rabu (23/11/2022). Aksi itu adalah bentuk protes Tim Panser kepada FIFA terkait ban kapten pelangi "One Love" yang melambangkan dukungan kepada kelompok LGBTQ+. (AP Photo/Ebrahim Noroozi)

KNVB merasa sangat kecewa dengan sikap FIFA dan tidak akan membiarkan hal ini berlalu begitu saja.

"Ini benar-benar bertentangan dengan semangat olahraga kita, yang menyatukan jutaan orang," kata KNVB dalam sebuah pernyataan.

"Bersama dengan negara-negara lain yang terlibat, kami akan melihat secara kritis hubungan kami dengan FIFA," dia menambahkan.

FA Belanda menjelaskan bahwa ban lengan itu telah dirancang untuk menyampaikan pesan 'menentang segala bentuk diskriminasi'.

Selain FA Belanda, Federasi Inggris, Wales, Belgia, Belanda, Swiss, Jerman, dan Denmark mengatakan pada hari Senin bahwa mereka telah ditekan oleh FIFA yang mengancam akan memberikan sanksi pada pemainnya.

Direktur media DFB, Steffen Simon, mengatakan kepada radio Deutschlandfunk Jerman bahwa Inggris, yang telah menjadi tim pertama yang diharapkan untuk mengenakannya pada hari Senin dalam pertandingan mereka melawan Iran, telah diancam dengan beberapa sanksi olahraga.

Sementara negara-negara Eropa memutuskan untuk menanggalkan ban kapten, tim nasional Iran menolak menyanyikan lagu kebangsaan mereka sebelum pertandingan pembukaan Piala Dunia mereka pada hari Senin sebagai tanda dukungan untuk protes massa di dalam negeri dan penumpasan negara yang kejam terhadap kerusuhan.

Sebagai gantinya, para pemain Jerman menutup mulut mereka dengan tangan untuk memprotes karena dibungkam oleh FIFA menjelang pertandingan pembuka mereka melawan Jepang.


Pelarangan FIFA

FIFA resmi meluncurkan logo Piala Dunia 2022 di Doha, Qatar, Selasa (3/9/2019). (AFP).

Menurut aturan FIFA, perlengkapan tim tidak boleh memiliki slogan, pernyataan, atau gambar politik, agama atau pribadi, dan selama Kompetisi Final FIFA, setiap kapten tim harus mengenakan ban kapten yang disediakan oleh FIFA.

Larangan pemakaian ban lengan dengan simbol hati berwarna pelangi One Love dalam Piala Dunia 2022 di Qatar resmi keluar pada Senin (21/11/2022).

Armband pelangi One Love itu sendiri merupakan simbol solidaritas terhadap kaum Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, Queer (LGBTQ).

Selain itu, penggunaan ban lengan itu merupakan cara dari para pemain bola Eropa untuk menyatakan pentingnya inklusivitas dan penghapusan tindakan diskriminasi dari berbagai bidang.

Sementara, LGBTQ merupakan hal yang dilarang Qatar dan haram dalam hukum Islam.

Maka, Pengenaan ban lengan menjadi cara para pemain Eropa untuk memprotes kebijakan pemerintah Qatar yang tegas terhadap kelompok LGBT.

Undang-undang negara tuan rumah Qatar menyatakan hubungan homoseksual adalah tindakan ilegal. 

Begini riwayat panas dingin hubungan bertetangga Qatar dan Negara Teluk lainnya (liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya