Liputan6.com, Jakarta - Cyberbullying atau perundungan siber, adalah salah satu perilaku negatif yang banyak ditemukan di internet, dan tidak jarang anak-anak menjadi korbannya.
Andrey Sideko, Lead web content analyst di Kaspersky mengatakan, masalah ini sangat kompleks dan serius, juga paling sering dialami.
Advertisement
"Studi menunjukkan, anak-anak sering tidak memberi tahu orang dewasa bilamana mereka mengalami intimidasi," kata Sideko, dikutip dari siaran pers, Jumat (25/11/2022).
Kaspersky menyebut, ada beberapa tips bagi orang tua dan anak, tentang apa yang harus dilakukan jika mengalami perundungan, serta bagaimana cara melindungi diri mereka sendiri.
Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan anak-anak, untuk melindungi diri mereka dari perundungan siber.
1. Menerapkan pengaturan pribadi
Orangtua dapat mengajari anak untuk tidak berbicara dengan orang asing di jalan. Hal serupa juga dapat diterapkan di dalam ruang digital atau daring, termasuk ketika menggunakan akun pribadi media sosial.
2. Jangan merespon
Bereaksi dengan kata-kata ofensif hanya akan memperburuk situasi. Mencoba bernalar dengan pelaku intimidasi tanpa partisipasi orang dewasa juga dinilai tidak sepadan.
Satu-satunya cara yang terbaik bagi anak untuk melindungi diri dari perundungan siber, agar terhindari dari hal-hal seperti jebakan klarifikasi, hinaan, atau semacamnya, adalah dengan mengabaikan komentar buruk.
Memblokir Akun yang Mengganggu
3. Blokir agresor, adukan ke moderator
Banyak situs dan hampir semua media sosial memungkinkan penggunanya untuk menambahkan akun lain ke daftar hitam atau blokir. Selain itu, hubungi administrator situs dengan permintaan untuk memblokir perundung.
4. Mengambil tangkapan layar
Bukti seperti tangkapan layar atau screenshot, bisa berguna jika kamu perlu menghubungi lembaga penegak hukum.
Opsi lain adalah dengan mendiskusikan masalah dengan orangtua pelaku jika mereka masih anak-anak, atau menjelaskan kepada mereka secara pribadi konsekuensi yang mungkin terjadi.
5. Menghapus akun pribadi secara sementara atau permanen
Meninggalkan media sosial selama beberapa waktu dapat membantu orang untuk lebih bernapas lega dan fokus pada diri sendiri.
Perundung juga akan melihat pengguna tidak merespon, dan dapat kehilangan minat pada korban yang ditargetkan, karena mereka tidak akan mendapatkan reaksi apapun.
Advertisement
Tips Bagi Orang Tua
Sementara untuk orang tua, berikut ini beberapa kiat dari Kaspersky soal menghadapi perundungan siber.
1. Dukungan dan kepercayaan
Jika anak menghadapi perundungan siber, orang tua bisa menjadi pendukung bagi mereka. Sayangnya, menurut berbagai survei, banyak anak yang tidak menceritakan masalah semacam ini kepada orangtuanya.
Maka dari itu, orang tua dapat memperhatikan tanda-tanda yang mungkin terjadi jika anak mereka di-bully.
Secara khusus tanda-tandanya mungkin seperti masalah tidur atau makan, air mata atau kesedihan dengan lekas marah atau menghindari pergi ke sekolah. Bisa juga dengan menarik diri dari aktivitas yang biasa mereka nikmati.
2. Melarang bukan jawaban
Melarang penggunaan media sosial atau internet dirasa bukan solusi tepat untuk masalah cyberbullying.
Langkah semacam ini malah bisa memperumit hubungan dengan anak karena mereka dapat menjauh, menarik diri, hingga menjadi kurang bersosialisasi.
Kaspersy mengatakan, jauh lebih efektif untuk membantu mereka mengambil sikap kritis terhadap situasi tersebut, untuk "memutuskan" pesan pelaku intimidasi dari kepribadian anak-anak.
Situasi itu juga dianggap dapat membantu anak-anak memahami apa yang terjadi, sebagai pengalaman yang akan membantu mereka membentuk keterampilan untuk melawan agresi dan manipulasi dunia maya.
Terhubung dengan Anak di Ruang Digital
3. Tetap terhubung dengan anak-anak secara daring
Pilihan lainnya adalah dengan tetap berhubungan dengan anak di jejaring sosial dan pesan instan. Ini akan membantu untuk memeriksa unggahan mereka, dan lebih memahami kondisinya.
4. Jangan abaikan bantuan digital
Saat ini, banyak platform yang sudah memiliki kontrol orang tua, untuk membantu melindungi anak dari materi yang berbahaya atau tidak pantas.
Orangtua juga dapat memanfaatkan aplikasi pihak ketiga yang menawarkan perlindungan dari konten berbahaya, serta memungkinkan untuk mengatur batas waktu layar, memantau aktivitas daring, atau melacak lokasi dengan GPS.
"Membangun hubungan saling percaya dengan anak akan membantu orangtua waspada jika buah hati mengalami perundungan," kata Sideko.
(Dio/Ysl)
Baca Juga
Laporan UNICEF: Jumlah Anak-anak di Haiti yang Direkrut Kelompok Bersenjata Naik 70 Persen
Cegah Diabetes pada Anak, IDAI Sarankan Pemerintah Atur Takaran Gula dan Cantumkan pada kemasan Makanan
27 November 2000: Kematian Tragis Damilola Taylor, Bocah 10 Tahun yang Tewas Ditusuk Pisau Usai Pulang Sekolah
Advertisement