Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan atau Menko Luhut menyampaikan perkembangan terbaru kasus gugatan tumpahan minyak di Lapangan Montara yang mencemari Laut Timur.
Luhut menjelaskan, saat ini kasus tersebut dalam proses penjajakan baru, yakni memperjuangkan hak-hak 15 ribu petani rumput laut yang terdampak pencemaran tumpahan minyak Montara. Menurut dia, hasil ini diperoleh atas kerjasama tim dari Pemerintah Indonesia.
Advertisement
“Kalau kita teamwork kerja tidak ada yang tidak bisa selesai. Ini salah satu lagi karena semua kita bikin terintegrasi kerjanya. (Misalnya) orang puji-puji di G20 itu karena kerja keras kita semua dan sekarang negeri kita ini begitu solid karena kerja berintegrasi,” kata Luhut dalam Konferensi Pers Kasus Tumpahan Minyak Montara 2009, Kamis (24/11/2022).
Untuk diketahui, kasus tumpahan minyak PTTEP terjadi pada 21 Agustus 2009. Ketika sumur minyak H1-ST1 Anjungan Lepas Pantai Lapangan Minyak Montara di Laut Timor meledak. Tumpahan minyak ini mengalir secara terus-menerus selama 74 hari sampai ke pesisir pantai wilayah Provinsi NTT, Indonesia.
Kejadian ini mengakibatkan pencemaran pada baku mutu air laut di hampir seluruh wilayah NTT dan mengakibatkan kerusakan lingkungan berupa hutan mangrove, padang lamun, terumbu karang dan ekosistem laut secara luas.
Kemudian, 15 ribu petani rumput laut dan nelayan di Kabupaten Kupang dan Rote Ndao di Provinsi NTT mengajukan gugatan class action kepada PTT Exploration and Production (PTTEP) asal Thailand.
Gugatan diajukan di Pengadilan Federal Australia dan pada Maret 2022 telah dimenangkan oleh para petani rumput laut dan nelayan. Namun kemudian PTTEP mengajukan banding dan sidang akan berlanjut pada Juni 2022.
Butuh Kerja Tim
Kendati demikian, Luhut menegaskan, upaya tersebut masih belum sempurna. Oleh karena itu, diperlukan kerja tim yang solid, agar kasus tersebut cepat diselesaikan, dan para petani yang terdampak bisa sejahtera.
“Apakah sudah sempurna masih jauh tapi arahnya sudah ke sana dan saya kira yang mudah-mudah. Harus juga bekerja seperti itu jangan merasa dirinya sendiri hebat sendiri, menurut saya tidak! jangan pernah mimpi hebat karena kita sendiri. Saya akan buat foundation supaya mereka rakyat yang 15 ribu itu bisa sejahtera,” pungkasnya.
Advertisement
Tumpahan Minyak Misterius di Perairan Sekitar Nusakambangan Cilacap
PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU IV Cilacap menyelidiki sumber tumpahan minyak yang mengotori perairan Cilacap khususnya Sungai Donan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Saat memberi keterangan pers di Cilacap, Selasa, Area Manager Communication, Relations & CSR PT KPI RU IV Cilacap Cecep Supriyatna mengatakan jika dilihat dari fisiknya, tumpahan tersebut merupakan minyak mentah (crude oil).
"Untuk penyebabnya masih dalam penyelidikan, investigasi kami," katanya.
Sebelum terjadi tumpahan minyak, kata dia, di Area 70 Pertamina Cilacap sedang ada aktivitas muat (loading) minyak dari pipa penyalur ke kapal tanker.
Menurut di, pihaknya belum mengetahui secara pasti sumber tumpahan minyak tersebut itu berasal dari kapal tanker atau dari pipa penyalur.
"Kawan-kawan di Area 70 sedang mencari sumber tumpahan minyak tersebut," katanya menegaskan, dikutip Antara.
Lebih lanjut, Cecep mengatakan PT KPI RU IV Cilacap langsung mengerahkan tim untuk melakukan penanggulangan dan pembersihan setelah menerima informasi tentang kejadian tumpahan minyak tersebut.
Tim PT KPI RU IV Cilacap berupaya melokalisasi tumpahan minyak tersebut dengan menggunakan oil boom jika kondisi cuaca mendukung.
Setelah dilokalisasi, tumpahan minyak itu disedot dan dipisahkan dari air dengan menggunakan oil skimmer sebelum dimasukkan kembali ke slot tangki.
"Kami dari semalam melakukan pembersihan sebisa mungkin karena memang kondisi angin dan ombaknya, sehingga tidak maksimal. Kondisi cuaca semalam memang luar biasa sekali," kata Cecep.